Biografi Wiweko Soepono, Tokoh Perintis Penerbangan Indonesia – Sejak memproklamasikan kemerdekaan di tahun 1945, Indonesia langsung melakukan segala bentuk rintisan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan nasional. Salah satu giat pembangunan yang menjadi perhatian kala itu adalah kedirgantaraan. Banyak tokoh yang kala itu cukup berjasa dalam perintisan dunia penerbangan di Indonesia, baik dalam ranah sipil maupun militer. Salah satu tokoh yang dianggap sangat berjasa dalam perintisan dunia kedirgantaraan di Indonesia adalah Wiweko Soepono.
Biografi Wiweko Soepono
Kehidupan Pribadi
Wiweko Soepono lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 8 Januari 1923. Kala itu daerah Blitar masih menjadi daerah kolonial Hindia-Belanda. Beliau merupakan anak dari keluarga “ambtenaar” atau pegawai pemerintah. Ayahnya bernama Soepono yang berasal dari Banyumas, sedangkan ibunya bernama Boentarmi merupakan seorang wanita asal Solo. Saat masih berusia anak-anak, Wiweko dikenal sebagai pribadi yang sangat gemar membaca dan menyukai bidang ilmu pengetahuan serta teknologi.
Baca juga: Biografi Nurtanio Pringgoadisuryo, Bapak Dirgantara Indonesia
Wiweko mengeyam bangku pendidikan di ELS (Europesche Lagere School). Kemudian dia melanjutkan studinya ke HBS di Kota Bandung. Sebelum pindah ke Bandung, dia sempat menetap di Yogyakarta mengikuti kedua orang tuanya yang dipindah tugaskan di sana. Di tempat inilah beliau mulai menumbuhkan minatnya terhadap dunia penerbangan dan sangat menunjukkan minat di bidang tersebut.
Bahkan, semasa masih bersekolah dia seringkali meluangkan waktunya untuk mempelajari dunia aeromodelling. Tidak jarang pula dia sering membuat bentuk pesawat sederhana dan mencoba untuk menerbangkannya bersama kawan-kawannya yang juga menggemari dunia yang sama. Wiweko kemudian membentuk dan memimpin sebuah klub pecinta penerbangan (aeroclub). Dia juga dikenal sebagai orang yang sangat menggemari membaca majalah penerbangan yakni Vliegwereld yang merupakan majalah penerbangan satu-satunya yang terbit di Hindia-Belanda kala itu.
Karir di Dunia Kedirgantaraan
Wiweko sewaktu masa-masa akhir kekuasaan Belanda dan zaman Jepang sangat gemar mengikuti beragam kegiatan yang berbau nasionalis. Dia bahkan tidak jarang mendengarkan beragam pidato dari Ir. Soekarno yang seringkali kian menumbuhkan rasa nasionalisme dalam dirinya.
Sewaktu Indonesia memproklamasikan kemerdekaan di tahun 1945, Wiweko bersama kawan-kawannya segera mengambil alih kantor militer bekas Jepang dan membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) setempat. Wiweko kemudian ditunjuk sebagai salah satu orang yang membentuk dan mengurusi divisi penerbangan kala itu.
Pada masa inilah Wiweko kian lantang menggelorakan semangat perjuangan dan kemandirian bangsa lewat jalur dirgantara. Dia menjadi pelopor dalam perancangan pesawat glider bersama Nurtanio yang kelak menjadi Bapak Industri Dirgantara Indonesia. Beberapa rancangan pesawatnya yakni NWG-1 dan WEL-1.
Pada masa revolusi, Wiweko juga diminta oleh Soekarno untuk membeli pesawat Dakota DC-3 yang merupakan hasil dari sumbangan saudagar dan masyarakat Aceh kala itu. Wiweko juga memiliki andil sebagai orang yang membuka rute penerbangan lintas pulau di Indonesia sewaktu sedang masa revolusi melawan pihak sekutu dan Belanda.
Menjadi Direktur Garuda Indonesia Airways (GIA)
Wiweko sewaktu masa kepemimpinan Soekarno dikenal sebagai salah satu orang yang merintis berdirinya Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Dia bahkan, menjadi orang pertama di Indonesia yang memiliki brevet atau lisensi pilot untuk menerbangkan helikopter. Saat itu dia diminta Soekarno untuk pergi ke Amerika Serikat guna mempelajari dan membeli beberapa helikopter. Helikopter yang dibelinya kala itu merupakan jenis Hiller 360 yang merupakan helikopter pertama yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca juga: Biografi Jan Hilgers, Penerbang Indo-Belanda Pertama Kebanggaan Hindia-Belanda
Namun, salah satu karirnya yang cukup menjadi perhatian saat beliau menjabat sebagai direktur Garuda Indonesia Airways (GIA). Beliau diminta langsung oleh Presiden Soeharto pada tahun 1968 untuk menyelamatkan maskapai kebanggaan Indonesia tersebut dari ancaman kebangkrutan. Wiweko kemudian melakukan beragam reformasi di tubuh GIA dan melakukan beragam peremajaan armada pesawat. Hal tersebut kemudian mulai mengalami kesuksesan dan memasuki periode 1970-an Garuda Indonesia Airways mulai memasuki masa kejayaannya. Akan tetapi, beberapa kebijakannya dalam perihal keuangan seringkali kurang menimbulkan rasa puas dari beberapa kalangan, khususnya para pilot maskapai yang merasa bayaran sebagai pilot sangat kecil pada masa itu.
Hingga pada akhirnya Wiweko kemudian diberhentikan oleh Presiden Soekarno sebagai Direktur Garuda Indonesia pada tahun 1984. Wiweko juga sempat dianugrahi tanda jasa oleh pemerintah Republik Indonesia atas jasanya dalam dunia penerbangan nasional, khususnya dalam penerbangan sipil negara. Wiweko wafat di Rumah Sakit St. Carolus pada 8 September 2000, setelah sebelumnya sempat dirawat beberapa waktu akibat sakit prostat. Beliau kemudian dimakamkan di Pemakaman umum Jeruk Purut, Jakarta di samping makam istrinya yang telah lebih dahulu wafat pada tahun 1998.
Demikianlah biografi Wiweko Soepono, salah satu tokoh yang dianggap sangat berjasa dalam perintisan dunia penerbangan di Indonesia.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi