Biografi Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Biografi Soekarno

Biografi Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Kusno adalah nama asli dari Ir. Soekarno atau yang akrab dengan sebutan Bung Karno. Nama Kusno adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya yang kemudian diubah oleh ayahnya sendiri menjadi “Soekarno” agar tidak sakit-sakitan. Nama Soekarno diambil dari kisah seorang pahlawan serta panglima dalam kisah Bharata Yudha yaitu “Karna”. Karena dalam logat jawa kata “a” sering dibaca “o” maka namanya disebut “Karno”. Sedangkan awalan “Su” memiliki arti “baik”. Saat menjadi presiden, ejaan yang awalnya “Soekarno” diubahnya sendiri menjadi “Sukarno”, dengan alasan ejaan “Soe” masih ejaan dari Belanda. Meski begitu, Bung Karno tetap menggunakan ejaan lama dalam tanda tangannya.

Beberapa negara Barat, menyebutkan nama Soekarno dengan penyebutan Achmed Soekarno. Ini bisa terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, seorang wartawan bertanya, “Siapa nama kecil Sukarno?”. Soekarno menyebutkan bahwa nama “Achmed” ia dapatkan saat menunaikan ibadah haji di Makkah. Dalam beberapa versi lain, disebutkan bahwa pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab. Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, ada penjelasan yang menyebutkan bahwa namanya hanya “Sukarno” saja, karena di Indonesia merupakan hal biasa memiliki nama yang hanya terdiri dari satu kata saja.

Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Pendidikan Wanita Pribumi

Kelahiran dan Pendidikan

Dalam catatan biografi Soekarno, ia lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Ia merupakan anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibu Bung Karno merupakan keturunan keluarga bangsawan Bali. Kedua orang tua Bung Karno bertemu saat sang ayah menjadi pengajar di Bali. Bung Karno kecil tinggal bersama kakeknya, Raden Hardojokromo di Tulungagung, Jawa Timur. Ia pernah masuk di Sekolah Rakyat di Tulungagung, namun tidak sampai lulus karena saat berumur 6 tahun harus pindah ke Mojokerto Bersama kedua orang tuanya. Di Mojokerto, ayahnya yang merupakan seorang guru di Eerste Inlandse School memasukkan Bung Karno ke sekolah tersebut. Namun di tahun 1911, Soekarno kembali dipindahkan ke ELS (Europeesche Lagere School) oleh ayahnya, guna mempermudah masuk ke HBS (Hoogere Burger School) Surabaya.

Setelah lulus dari ELS dan masuk ke HBS pada tahun 1915, ia pindah ke Surabaya dan tinggal bersama Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang merupakan teman dari ayahnya. Setelah lulus dari HBS ia melanjutkan pendidikan di THS (Technische Hoogeschool) di Bandung yang merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung. Bung Karno lulus pada 25 Mei 1926 dan mendapat gelar Insinyur atau “Ir”. Lulus dari THS, Bung Karno mendirikan Biro Insinyur bersama dengan Ir. Anwari pada tahun 1926. Selama di Bandung, Bung Karno banyak aktif dalam kegiatan organisasi.

Baca juga: Biografi Gus Dur, Mantan Presiden Perekat Bangsa Indonesia

Andil dalam Proses Kemerdekaan dan Kiprah Politik

Bung Karno aktif dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, serta dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Karena banyak usaha yang dilakukannya, ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok. Tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam kunjungan selama 17 hari di Jepang dan diterima secara langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan Kaisar Showa memberikan bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Pemberian Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Bulan Agustus 1945, Bung Karno diundang oleh Marsekal Terauchi, namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.

Bung Karno punya andil besar dalam kemerdekaan Indonesia, karena ia ditunjuk menjadi proklamator untuk membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, Bung Karno mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang, sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.

Baca juga: Biografi Abraham Lincoln, Presiden Pemberantas Perbudakan

Masa Tua dan Kepergiannya

Agustus 1965 kesehatan Bung Karno mulai menurun. Sebelumnya, ia memang sudah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria pada 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi Bung Karno menolak dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia bertahan selama lima tahun sebelum meninggal dalam status tahanan politik di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta pada Minggu, 21 Juni 1970. Bung Karno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazahnya dipindahkan ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Bung Karno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.

Demikianlah biografi Soekarno, sang proklamator kemerdekaan Negara Indonesia.

Illustrator: Natasha Evelyne Samuel

Bagikan di:

Artikel dari Penulis