Kiat-Kiat Berbenah Ala Buku Suteru Gijutsu! – Pernahkah kamu merasa, tidak peduli seluas dan sebanyak apa pun tempat penyimpanan, barang-barangmu tetap saja berserakan di mana-mana, seolah tidak cukup ruang? Kamu sudah rutin membuang dan menyortir barang yang tidak terpakai, tetapi tetap saja barang-barangmu masih saja menggunung.
Ada barang yang baru dibeli tapi entah kapan akan dipakai. Pokoknya beli saja dulu, siapa tahu nanti perlu, tetapi nyatanya barang itu hanya teronggok bak rongsokan di rumah. Ada barang yang baru dipakai beberapa kali, rasanya sayang untuk dibuang. Atau barang itu pemberian seseorang sehingga tidak enak hati andai dibuang. Atau malah barang itu menyimpan segudang kenangan, tentu ‘haram’ hukumnya bagimu untuk membuangnya.
Akhirnya, tidak peduli sebanyak apapun tempat penyimpanan yang kamu siapkan, tidak peduli seberapa rutin kamu berbenah dan menyortir barang, tetap saja barangmu tidak banyak berkurang, tertimbun di sudut rumah, tidak terpakai.
Buku Suteru Gijutsu Karya Nagisa Tatsumi
Suteru Gijutsu! merupakan buku yang ditulis oleh Nagisa Tatsumi dan diterbitkan di Jepang pertama kali pada tahun 2000. Buku ini pula yang di kemudian hari menginspirasi Marie Kondo untuk melahirkan metode Konmari-nya yang mendunia. Buku tersebut telah terjual hingga 2 juta eksemplar di seluruh dunia dan memenangi The London Book Fair International Excellence Awards pada tahun 2019.
Baca juga: Mengulas Toleransi dari Buku Nasihat-Nasihat Keseharian
Kini, buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Reni Indardini dengan judul lengkapnya yaitu Suteru Gijutsu! Seni Membuang Barang: Enyahkan Berantakan dan Raih Kebahagiaan dan diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Oktober 2020 lalu.
Tiga Kiat Berbenah Ala Buku Suteru Gijutsu
Buku ini termasuk buku lama, terbit pada tahun 2000, dan berasal dari Jepang. Tentunya, tidak semua isi buku tersebut dapat diterapkan, terlebih mengingat faktor budaya, kebijakan dalam hal buang-membuang, dan perkembangan teknologi yang berbeda dengan masa sekarang. Namun, ada beberapa kiat dalam berbenah yang disampaikan buku tersebut, yang masih bisa relevan dan diterapkan oleh siapa pun, terlepas dari waktu dan tempat di mana kamu berada.
Pertama, Jangan Takut Membuang
“Simpan barang yang Anda pergunakan dan buang yang tidak dipergunakan. Barang yang bermanfaat adalah yang dipergunakan. Menyimpan barang karena dibuang sayang dapat diibaratkan seperti sebuah siksaan. Bebaskan diri dari perasaan ‘dibuang sayang’ dan dengan begitu, Anda akan mulai melihat nilai sejati dari barang-barang.”
Demikian, tegas Nagisa Tatsumi dalam pendahuluan buku Suteru Gijutsu! Sebuah prinsip yang merangkum seluruh inti pembahasan dan tujuan dari adanya buku tersebut.
Ada beberapa sebab mengapa seseorang takut membuang barang. Misalnya karena takut mubazir atau membuang-buang barang yang mungkin saja masih bisa dipakai lagi, sehingga rasanya sayang untuk dibuang. Dalam bukunya, Nagisa Tatsumi menjelaskan bahwa rasa takut membuang barang ini bisa jadi diwariskan oleh orang tua kita. Dulu, pada masa orang tua kita hidup, dunia tidak seperti sekarang ini di mana barang apapun yang kita butuhkan dapat dengan mudah di dapat. Dulu, belum ada produksi massal sehingga stok barang sangatlah terbatas, yang tentunya membuat harga barang menjadi mahal.
Sebab lainnya ialah bisa jadi barang tersebut merupakan hadiah atau pemberian dari seseorang, sehingga sungkan untuk membuangnya. Padahal kalau dipikir baik-baik, apa iya si pemberi ingat barang apa dan kepada siapa ia memberikannya?
Baca juga: Resensi Buku “Manajemen Lembaga Pendidikan Islam”
Cobalah berkaca pada diri sendiri, apakah kita sendiri ingat? Tentu saja tidak. Kalau kita sudah memberikannya, tentu terserah si penerima mau dibuat apa. Di sisi lain, kita juga berharap barang pemberian itu bermanfaat. Kalau tidak si penerima merasa barang itu tidak bermanfaat bagi dirinya, tentu lebih baik diberikan pada orang lain yang lebih butuh, kan?
Ingat ya, membuang di sini bukan hanya membuang barang ke tempat sampah, tetapi dapat juga dijual sebagai barang bekas, atau diberikan kepada orang lain.
Kedua, Tidak Ada yang Namanya “Kapan-kapan Mungkin Perlu”
“Simpan dulu, ah. Kapan-kapan mungkin akan perlu,” demikian pikiran berbisik, menyuruh kita menyimpan barang tersebut. Namun, pada akhirnya ‘kapan-kapan’ itu tidak pernah pasti kapannya. Apakah beberapa minggu lagi, beberapa bulan lagi, beberapa tahun lagi, ataukah malah beberapa puluh tahun lagi?
Dalam buku tersebut, untuk mengatasi mentalitas “kapan-kapan” ini ada beberapa cara. Jika kamu merasa bahwa barang tersebut masih memiliki fungsi tertentu, jangan menyiapkan tempat penyimpanan sementara. Sebab, yang ‘sementara’ seringkali menjadi permanen, demikian tutur penulis pada halaman 7. Apabila menemukan barang semacam itu, putuskanlah sekarang, dengan tegas, mana tempat yang layak untuk barang itu. Apakah disimpan, ataukah dibuang.
Cara lainnya adalah dengan memberi batas waktu jika suatu barang tidak digunakan dalam kurun waktu tersebut, berarti barang tersebut tidak akan terpakai sampai kapan pun. Selain itu, kita juga harus berdamai bahwa tidak semua barang yang kita miliki dapat kita pakai sampai titik darah penghabisan. Kita boleh-boleh saja membuang barang biarpun barang itu masih bisa dipergunakan. Barang tersebut telah memenuhi fungsinya dengan baik.
Ketiga, Mulailah Sedikit-Sedikit dengan Rutin, Tapi Jangan Menyasar Kesempurnaan
Penulis, Nagisa Tatsumi, mengatakan bahwa biarpun dirinya menulis buku tentang berbenah, bukan berarti meja kerjanya selalu tertata rapi, efisien, bebas berantakan, tidak berlebih-lebihan dan hanya dikelilingi oleh barang yang telah ia pilih dengan saksama. Rupanya tidak sepenuhnya demikian. Biarpun ia telah rajin menyingkirkan barang yang terkumpul.
“Namun, barang beranak pinak dalam waktu singkat, merembes melalui celah terkecil sekalipun.” Demikian ia menjabarkan kondisinya.
Maka dari itu, penulis pun menyarankan dengan tegas, agar kita jangan sampai menargetkan kesempurnaan dalam proses buang-membuang barang dan dalam berbenah. Santai saja, nikmati prosesnya, dan nikmati dampaknya.
Kita bisa mulai dari area terkecil di dalam rumah. Misalnya saja permukaan meja, rak dapur, wastafel. dan lain sebagainya. Mulailah dari pekerjaan-pekerjaan kecil, tempat-tempat yang mudah dirapikan, atau barang yang jelas-jelas sudah tidak kita perlukan.Demikianlah tiga kiat yang dapat dilakukan dari buku Suteru Gijutsu! karya Nagisa Tatsumi untuk membantumu berbenah. Perlu diingat bahwa buku ini tidak menyarankan kita untuk asal membuang barang, melainkan agar kita lebih bijak dalam memperlakukan barang yang kita miliki. Mengapa sebuah barang penting untuk disimpan atau dibuang, kita sendirilah yang harus menentukannya. Dengan begitu, kita akan bisa memahami seutuhnya nilai sejati dari barang-barang yang kita miliki.