Biografi Achmad Soebardjo, Perumus Piagam Jakarta dan Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia – Dari sekian banyak nama tokoh di era pergerakan dan revolusi yang memiliki jasa besar bagi bangsa Indonesia, nama Achmad Soebardjo tentunya tidak bisa dikesampingkan. Pria yang dikenal sebagai salah satu diplomat dan politikus semasa era revolusi ini dianggap memiliki peran yang cukup vital bersama Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa tokoh pergerakan terkait jelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945. Berikut adalah biodata atau profil singkat dan biografi lengkap dari seorang Achmad Soebardjo.
Biodata Achmad Soebardjo
Nama | Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo |
Tempat Lahir | Teluk Jambe, Karawang, Karesidenan Batavia (Sekarang Jawa Barat) |
Tanggal Lahir | 23 Maret 1896 |
Pendidikan | – Europeesche Lagere School-III (ELS III) (Sekolah Dasar Eropa III) – Europeesche Lagere School-B (ELS B) (Sekolah Dasar Eropa Taraf B) – Prins Hendrik School (Sekolah Menengah I) – King Willem III School (Sekolah Menengah II) – Universitas Leiden, Belanda (Sarjana Hukum) |
Ayah | Teuku Muhammad Yusuf |
Ibu | Wardinah |
Keluarga | – Ulee Balang (Nama Asli Tak Diketahui) (Kakek) – Siti Chadijah (Kakak Perempuan) – Siti Alimah (Kakak Perempuan) – Abdul Rachman (Kakak Laki-Laki) – Raden Ayu Poedji Astuti Soebardjo (Istri) |
Profesi | – Diplomat – Menteri |
Agama | Islam |
Biografi Achmad Soebardjo
Kehidupan Pribadi dan Latar Belakang Pendidikan
Achmad Soebardjo memiliki nama lengkap Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Lahir pada 23 Maret 1896 di Teluk Jambe, Karawang, Karesidenan Batavia yang kini masuk ke wilayah Jawa Barat. Beliau merupakan anak keempat dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf dan Wardinah. Ayahnya merupakan seorang Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Karawang. Sementara ibunya adalah seorang keturunan Jawa-Bugis. Kakeknya dari ibunya merupakan seorang Camat di wilayah Telukagung, Cirebon.
Baca juga: Biografi Alexander Andries Maramis, Perumus Piagam Jakarta dan Menteri Keuangan Pertama Indonesia
Kakeknya dari ayah merupakan seorang kepala agama atau ulama di daerah Lueng Putu atau Pidie Jaya. Ayahnya dan Kakeknya sendiri masih ada hubungan kekerabatan dengan bangsawan Aceh di wilayah Pidie. Hal inilah yang membuat Achmad Soebardjo yang memiliki nama lahir Teuku Abdul Manaf dianggap sebagai salah satu keturunan bangsawan Aceh. Status inipula yang juga membuatnya sejak kecil dapat mengenyam kualitas pendidikan yang cukup baik di jamannya.
Achmad Soebardjo menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School-III atau Sekolah dasar Eropa tingkat III di daerah Kramat. Lalu, dirinya pindah ke Europeesche Lagere School-B yang berada di daerah Pasar Baru. Achmad Soebardjo dikenal cukup ahli dalam berbahasa Belanda dan Inggris, Hal inilah yang membuatnya tidak kesulitan menerima pelajaran di sekolah untuk anak-anak Eropa dan kaum bangsawan tersebut.
Selepas lulus sekolah dasar, Achmad Soebardjo kemudian melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah di Prins Hendrik School. Dirinya bersekolah disana selama 2 tahun sebelum kemudian pindah ke King Willem III School di daerah Salemba. Di masa inilah dirinya mulai mengalami ketertarikan dengan mata pelajaran ilmu sosial dan ilmu sejarah. Dirinya juga dikenal cukup menggemari dunia musik klasik saat menempuh pendidikan menengah.
Setelah lulus dari King Willem III School di tahun 1917, dirinya kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Belanda. Seperti lazimnya orang-orang bangsawan dan keturunan Indo-Belanda di Hindia-Belanda pada masa itu, Achmad Soebardjo memilih meneruskan pendidikannya dengan menempuh jurusan Hukum di Universitas Leiden, Belanda. Dirinya tercatat masuk pada tahun 1919 dan lulus pada tahun 1922 dengan gelar sarjana muda. Lalu pada tahun 1933 dirinya lulus dengan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) secara penuh.
Perjuangan dan Karier Diplomat dari Achmad Soebardjo
Semasa masih aktif sebagai mahasiswa di Belanda, Achmad Soebardjo dikenal sebagai sosok yang cukup progresif dan seringkali terlibat dalam organisasi-organisasi mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tercatat, dirinya pernah bergabung dengan organisasi Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda.
Baca juga: Biografi Haji Agus Salim, Sang Diplomat Ulung Perumus Piagam Jakarta
Pada tahun 1927, dirinya dan Mohammad Hatta ditunjuk sebagai perwakilan dari Indonesia dalam sebuah konferensi internasional yang digelar di Belgia dan Jerman. Dirinya menyampaikan aspirasinya dan menentang segala bentuk kolonialisme bangsa barat dan segala bentuk imperialisme yang dilakukan oleh salah satu bangsa ke bangsa lainnya. Hal inilah yang membuat dirinya dianggap sebagai salah satu diplomat ulung yang pernah dimiliki oleh Indonesia.
Semasa masa pendudukan Jepang, dirinya bersama Soekarno, Mohammad Hatta dan beberapa tokoh lainnya juga memiliki peran yang cukup penting dalam perjuangan mendapatkan kemerdekaan. Puncaknya, dirinya menjadi salah satu anggota dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk tahun 1945. Dirinya juga masuk ke dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang juga dibentuk di tahun yang sama.
Dirinya juga ditunjuk menjadi salah satu anggota dari Panitia Sembilan yang juga kelak akan melahirkan Piagam Jakarta yang nantinya akan menjadi dasar negara Republik Indonesia, yakni Pancasila. Pada saat peristiwa Rengasdengklok, Achmad Soebardjo juga memegang peran penting dalam perundingan bersama golongan muda yang saat itu tengah mengamankan Soekarno dan Mohammad Hatta agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Atas usaha perundingannya tersebut, akhirnya golongan muda mau melepaskan Soekarno dan Mohammad Hatta agar kembali ke Jakarta guna menemui pimpinan-pimpinan Jepang yang saat itu telah kalah dalam perang dunia II.
Penyusunan Naskah Proklamasi Kemerdekaan dan Ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri
Seusai bertemu dengan pimpinan-pimpinan militer Jepang di Indonesia, Soekarno, Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo kemudian segera menuju ke rumah Laksamana Maeda guna membahas proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. Kala itu, pada tanggal 16 Agustus 1945, Achmad Soebardjo, Soekarno dan Mohammad Hatta duduk bertiga dan merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana Maeda untuk dibacakan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Seusai proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Achmad Soebardjo kemudian ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dan dilantik pada 18 Agustus 1945. Dirinya mencatatkan sejarah sebagai Menteri Luar Negeri pertama Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Dirinya menjabat sebagai menteri luar negeri hingga tanggal 18 November 1945 sebelum digantikan oleh Sutan Syahrir.
Baca juga: Biografi Mohammad Yamin, Sastrawan Sekaligus Politikus Perumus Piagam Jakarta
Dirinya kemudian kembali menduduki jabatan sebagai menteri luar negeri pada tahun 1951 setelah Belanda mengakui kemerdekaan penuh Indonesia baik secara de facto maupun de jure. Dirinya menjabat sebagai menteri luar negeri hingga tahun 1952 sebelum digantikan oleh penerusnya, yakni Wilopo. Selepas menjabat sebagai menteri, dirinya juga pernah ditunjuk sebagai Duta besar Indonesia untuk Swiss di tahun 1957 hingga tahun 1961.
Akhir Hayat Achmad Soebardjo
Achmad Soebardjo juga dikenal sebagai seorang akademisi yang cukup berpengaruh di zamannya. Dirinya memiliki gelar profesor bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Universitas Indonesia. Achmad Soebardjo wafat pada 15 Desember 1978 saat berusia 82 tahun. Dirinya dimakamkan di daerah Cipayung, Bogor. Atas dedikasinya pada negara, dirinya kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009 silam.
Itulah biografi lengkap Achmad Soebardjo, seorang diplomat sekaligus Menteri Luar Negeri pertama Indonesia yang menjadi sosok penting dalam perumusan Piagam Jakarta.