Sekelumit kiat atau tips yang saya peroleh dari dunia bookstagram, yaitu “lakukan, lalu lupakan.”
Dulu ada suatu fase dalam hidup, di mana saya senang sekali terlibat dalam aktivitas challenge tentang buku, siapa tahu dari situ bisa dapat hadiah jika postingan saya menarik, banyak likes, atau komentar. Namun, siapalah saya. Saya baru mengenal dunia bookstagram, baru mulai aktif sosial media pula. Tentu semua itu hanya angan. Walau bisa jadi, kalau saya tekun akan kesampaian pula.
Dari sanalah saya menemukan sebuah ungkapan, “lakukan, lalu lupakan”. Setelah mengikuti challenge, langkah selanjutnya adalah melupakannya. Lupakan kalau kita pernah mengikutinya dan tidak perlu tunggu bagaimana hasilnya. Apakah akan menang? Apakah akan mendapat respon yang baik? Apakah akan dapat likes? Lupakan saja!
Baca juga: Fitur Story di Media Sosial: Alat Pencitraan Diri dan Penipuan bagi Publik
Meski sekarang saya sudah tidak banyak aktif mengikuti challenge perbukuan, akan tetapi entah kenapa ungkapan itu masih berbekas dalam diri saya. Rasanya, bukan saja perihal mengikuti challenge, tetapi juga cocok untuk diterapkan pada banyak hal dalam hidup. Lakukan, lalu lupakan. Lupakan di sini dalam artian agar kita tidak terpaku pada hasil, melainkan lebih menikmati proses melakukannya.
Berani Mengambil Peluang, Lakukan, Lupakan
Misalnya saja, ketika sedang menemukan sebuah peluang baru. Tidak jarang rasa takut, bimbang, dan enggan untuk melakukan sesuatu yang hasilnya tidak pasti. Takut akan kegagalan, takut kalau hasilnya tidak sesuai harapan. Nah, di sinilah ungkapan ‘lakukan, lalu lupakan’ jadi kembali berguna.
Lakukan, lalu lupakan.
Sering kali saat hendak melakukan sesuatu, kepala kita sendiri sudah sok-sok merangkai skenario bak sutradara. Dengan begitu kejam dia tampilkan adegan mengerikan atas hasil dari keputusan yang akan kita ambil, sehingga kita ketakutan sendiri. Atau terkadang dia akan menampilkan adegan yang teramat membahagiakan, sampai-sampai harapan hati jadi melambung begitu tinggi, dan membuat kita mengambil keputusan tanpa pikir panjang atau pertimbangan.
Padahal dua adegan itu tidak sepenuhnya mungkin terjadi. Kadang hidup tidak seekstrim itu. Ada hal baik yang terjadi, tetapi ada pula hal buruknya. Maka hal terpenting yang wajib dilakukan adalah “coba saja!” Lakukan. Ambil peluang baru itu. Setelah melakukannya, tidak perlu meramal-ramal akan seperti apa hasilnya. Tundukkan kepala, bekerjalah. Setelah selesai, lupakan.
Tidak perlu menunggu-nunggu bagaimana hasilnya, tidak perlu berharap ini dan itu. Setelah selesai, lakukan hal lain, aktivitas baru, pekerjaan baru.
Saya malah jadi teringat sepenggal ayat dalam Juz Amma, Qs. Al-Insyirah, tepatnya di ayat 7 yang menyebutkan bahwa, “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
Setelah selesai, lakukan urusan yang lain, juga dengan sungguh-sungguh. Lakukan, lalu lupakan, lalu beralihlah pada urusan yang lain. Kalau dalam surah itu, ditambahi satu kiat lagi, pada ayat 8 sekaligus sebagai pemungkas surah, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Ya, berharapnya jangan kepada respon manusia atas apa yang kita lakukan, tetapi berharaplah pada Tuhan semata. Jika apa yang kita lakukan baik, dilakukan dengan sepenuh sungguh, selanjutnya serahkan saja pada Tuhan. Biar Dia yang atur bagaimana hasilnya. Mau berhasil atau gagal, yang mana pun itu pasti ada kebaikan di situ.
Kalau kata Jay Z, “You learn more in failure than you ever do in success.” Bahwa kita jauh lebih banyak belajar ketika gagal, dibanding ketika sukses.
Baca juga: Hidup Bersosial Media: Aku Tau, Tapi Aku Diam!
Hal ini berlaku pula dalam hal berkarya. Menciptakan karya sama sekali bukan hal yang mudah, butuh usaha yang mungkin tidak sederhana, tetapi hasilnya kerap kali tak sesuai harapan. Entah itu perihal bayaran, respon orang lain, atau mungkin pencapaian. Andai kita tepaku pada hasil belaka, maka bisa jadi kita akan menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil yang diinginkan tersebut. Bisa jadi, kita malah memakai cara yang buruk. Termasuk pula dalam berkerja, termasuk pula dalam belajar, termasuk pula dalam banyak hal lainnya.
Lakukan, lalu lupakan. Saya rasa ungkapan ini hendak memberi penegasan kepada kita agar kita fokus ‘melakukan’, mengerahkan segala usaha sebaik mungkin dan jangan terpaku pada hasil. Nikmati prosesnya, dan biarkan hasil baik yang datang sebagai sebuah bonus, adapun jika hasil buruk yang datang, jadikanlah sebagai pembelajaran.
Sederhananya ini hanyalah perihal mengatur ekspektasi diri. Ada sebuah kalimat menarik yang tersemat dalam subjudul buku The Happiness Equation karya Neil Pasricha, yaitu want nothing + do anything = have everything. Dikatakan bahwa kebahagiaan datang dari kemampuan kita untuk want nothing, yaitu tidak banyak berharap apa-apa, tidak berekspektasi berlebihan, fokus untuk mensyukuri apa yang ada. Lalu do anything, yaitu memahami diri, tentang apa yang dicari dalam hidup, lalu berusaha sebaik mungkin untuk mencapai hal tersebut. Just do it!
It’s impossible for you to fail if you know who you are, what you wanna do, and you wake up every day and work toward it.
Dana White