Perang Rusia-Ukraina Membuktikan Perdamaian Itu Tak Dapat Dicapai dengan Mudah – Palagan perang di Ukraina di mana pihak Rusia menyerbu negaranya tetangganya tersebut memang belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat. Bahkan, kemungkinan tensi perang ini akan semakin memanas setelah beberapa waktu lalu pihak Rusia melakukan referendum satu arah atas empat wilayah Ukraina yang menyatakan diri ingin bergabung dengan Federasi Rusia.
Vladimir Putin selaku presiden Rusia pun menyetujui referendum tersebut yang dimana keempat wilayah tersebut yakni Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia resmi masuk ke dalam Federasi Rusia. Hal inipun sontak membuat banyak pihak menyayangkan referendum yang dianggap tidak sah tersebut, serta membuat perdamaian antara pihak Rusia dan Ukraina kian susah untuk dicapai lewat meja perundingan. Meskipun dalam beberapa waktu lalu daerah Kherson sebagian telah direbut kembali oleh pihak Ukraina, akan tetapi tentunya hal ini tidak menurunkan konstelasi peperangan di medan laga tersebut.
Hal tersebut pada akhirnya direspon oleh pihak Ukraina melalui pihak militernya yang mulai melancarkan operasi untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah melakukan referendum sepihak tersebut. Tentunya hal ini juga didukung oleh pihak barat yang notabene adalah musuh Rusia negara itu masih bernama Uni Soviet. Pihak barat khususnya Amerika Serikat kian gencar melakukan kiriman bantuan berupa beragam senjata kepada pihak Ukraina untuk bertempur melawan Rusia. Tentunya hal ini membuat banyak pihak berargumen bahwa konflik tersebut belum menunjukkan tanda-tanda mereda ataupun berakhir.
Konflik Rusia-Ukraina Menjadi Ladang Uji Coba Senjata
Pengiriman beragam senjata dan alutsista yang notabene dilakukan oleh pihak Amerika Serikat bersama para sekutunya membuktikan selain ditujukan sebagai bentuk bantuan kepada pihak Ukraina juga memberikan pandangan bahwa konflik terbuka seperti yang terjadi di medan Ukraina ini merupakan momen yang cocok untuk uji senjata masing dari masing-masing pihak.
Tentunya hal ini dilakukan untuk semakin mendapatkan status ‘battle proven’ atau teruji dalam pertempuran. Status tersebut tentunya merupakan syarat mutlak dalam perdagangan senjata, mulai dari perdagangan senjata yang legal maupun perdagangan senjata ilegal. Di era modern ini memang status teruji di lapangan perang atau konflik dapat menaikkan pamor senjata tersebut dan dapat lebih meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk senjata tersebut.
Lain hal di pihak Rusia yang memang merupakan negara yang menjadi aggressor dalam konflik kali ini. Secara umum Rusia melakukan serangan dengan senjata-senjata buatan dalam negerinya. Namun, tentun saja pihak Rusia menurunkan beragam persenjataan terbarunya untuk diuji dalam medan pertempuran ini. Bahkan beberapa senjata yang masih dibilang baru yang dimiliki oleh Rusia juga turut diuji di medan perang Ukraina.
Selain itu, pihak-pihak lain juga turut andil dalam fase uji senjata buatannya seperti Iran dan Korea Utara yang dirumorkan ikut menjual beberapa senjatanya ke pihak Rusia. Pihak Iran sendiri memang dikenal turut mengembangkan beberapa alutsista yang diharapkan dapat menghadapi hegemoni negara-negara yang selama ini menjadi produsen senjata unggulan di dunia, sedangkan Korea Utara sendiri meskipun tidak dikenal sebagai negara produsen senjata besar namun negara yang dicap sangat tertutup ini memang tidak dapat diremehkan apalagi dalam kekuatan militer.
Baca juga: Menilik Kevalidan Situs Global Firepower (GFP) dalam Acuan Kekuatan Militer Dunia
Penggunaan senjata-senjata dari pihak luar ini tentunya makin memperpanjang durasi pertempuran karena kedua belah pihak masih kuat melakukan perlawanan dan merasa di atas angin. Hal ini juga turut menyulitkan pihak-pihak netral untuk mengajak perdamaian melalui meja perundingan.
Tidak Ada Perang yang Adil
Sejak perang ini dilakukan pada akhir Februari tahun 2022 silam, membuat mata publik dunia terbuka dengan konsep perang yang adil. Nyatanya tidak ada perang yang berjalan adil bagi kedua belah pihak yang bertikai. Di fase perang Rusia-Ukraina ini pihak Ukraina yang dianggap sebagi pihak terjajah didukung oleh banyak negara-negara lain khususnya dalam hal persenjataan. Meskipun pada awal perang Ukraina seperti kewalahan bertahan namun mereka mampu memperpanjang pertempuran dengan Rusia berkat bantuan senjata-senjata dari pihak barat.
Dari pihak Rusia sendiri mereka beralasan melakukan serangan ke pihak Ukraina karena negara tersebut sejak beberapa tahun lalu menginginkan bergabung dengan aliansi North Atlantic Treaty Organization (NATO) pasca aneksasi wilayah Krimea oleh pihak Rusia pada sejak tahun 2014.
Hal ini dilihat sebagai pihak Rusia sebagai serangan tak langsung karena jika Ukraina resmi masuk ke dalam aliansi tersebut tentunya pihak NATO diijinkan untuk membangun markas aliansinya di Ukraina yang notabene berbatasan langsung dengan Rusia. Jika dilihat hal ini merupakan alasan yang menimbulkan pro-kontra, di samping memang ingin mengamankan wilayah-wilayah seperti Donetsk dan Luhansk yang memang sejak lama melakukan pemberontakan ke pihak Ukraina dan didukung oleh Rusia.
Pihak Uni-Eropa dan beberapa negara barat juga langsung menjatuhkan beragam sanksi ekonomi terhadap Rusia bahkan hal ini juga merembet ke hal-hal di luar itu seperti olahraga dan beberapa bidang non-politik lainnya. Hal tersebut pada akhirnya juga dibalas oleh pihak Rusia dengan menyetop suplai gas ke Uni Eropa. Tentunya hal ini juga berdampak kepada pihak-pihak yang tidak bersengketa secara langsung atau bahkan pihak yang tidak terlibat dengan perang.
Jika dilihat dari kacamata awam, perang ini memang murni merupakan sebuah langkah ingin mempertahankan diri, baik antara pihak Rusia maupun Ukraina. Pihak Ukraina beralasan bahwa teritorial mereka diambil satu per satu oleh pihak Rusia secara paksa, sedangkan pihak Rusia sendiri beralasan ingin melindungi dalam negerinya dari beragam kemungkinan bahaya dari luar.
Tentunya perdamaian di dunia ini belum akan atau sangat susah dicapai jika tidak ada salah satu pihak yang mengalah dan menurunkan egonya. Belum lagi semakin lama perang ini berlangsung semakin banyak pula korban baik nyawa maupun materi dari kedua belah pihak yang berjatuhan.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani