Di Balik Kemiripan Spanduk Warung Pecel Lele Pinggir Jalan – Tiap melintasi jalan besar yang kamu tuju, pasti kamu sering banget kan lihat spanduk legend bergambar ayam jago dengan tubuh gagah, lele dengan tubuh meliuk-liuk, dan ditambah lagi dengan bebek kurus yang kayak enggak pernah dikasih makan? Spanduk-spanduk tersebut biasanya terpampang di warung pinggir jalan. Itulah warung pecel lele, yang selalu identik dengan spanduk putih bertuliskan “PECEL LELE/ PECEL AYAM”.
Saat kamu makan di warung tenda itu atau hanya sekedar melihat saja, pernah enggak sih terlintas dalam benakmu “kenapa ya, spanduk warung pecel lele sama ayam selalu sama?”. Padahal warung-warung lain seperti bakso, soto, sate dan lain-lainnya itu memiliki spanduk yang berbeda-beda. Sebelum kita membahas tentang kemiripan spanduk warung pecel lele pinggir jalan, kita ketahui dulu yuk, asal-usul pecel lele.
Pecel lele adalah salah satu makanan terpopuler setelah nasi padang. Meskipun sayurnya sedikit, tetapi makanan ini disebut sebagai pecel. Makanan satu ini ternyata berasal dari Lamongan, Jawa Timur loh. Nama asalnya adalah “pecek” sebuah hidangan yang menggunakan sambal sebagai kuncinya, kemudian ditambah dengan lauk dan sayur. Seiring berjalannya waktu, dengan banyaknya makanan khas kota lain yang memiliki nama hampir sama dengan pecek menjadikan semua orang lebih mengenalnya dengan sebutan pecel.
Baca juga: Makan Nasi Putih Dicampur Nasi Goreng itu Bukan Dosa!!
Baiklah, kini kita telah mengetahui sedikit asal-usul pecel. Balik lagi ke topik awal tentang spanduk warung pecel lele pinggir jalan yang selalu sama. Ternyata ada loh, cerita di balik kemiripan spanduk warung pecel. Hal tersebut karena penjualnya memesan dari tempat percetakan dan orang yang sama, yaitu pak Hartono. Pak Hartono inilah yang melukis spanduk tersebut. Hingga kini bisnis lukis spanduk tersebut memiliki sekitar seribuan lebih pelanggan. Menurut Hartono, yang paling penting kualitas bukan kuantitas, yaitu bagaimana melayani pelanggan agar mereka enggak kecewa sehingga mau kembali lagi ke warung tersebut.
Di Jakarta contohnya, sejak 1952 sudah ada sebuah paguyuban bernama Forum Silaturahmi Putra Lamongan atau yang biasa disingkat Pualam, yang merupakan sebuah paguyuban tempat berkumpulnya para pengusaha kuliner yang berasal dari Lamongan. Forum ini rutin mengadakan pertemuan setiap sebulan sekali.
Meskipun sekilas konsepnya terlihat serupa, tetapi dibalik itu masih ada seni grafisnya loh. Misalnya saja dalam pemilihan warna terang, seperti latar belakang putih yang ditambah dengan gradasi warna oranye, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut dipilih karena memiliki gradasi warna yang mencolok sehingga tetap dapat dilihat banyak orang yang melintas, terlebih lagi pada waktu malam hari.
Bagi kamu, pecinta kuliner malam hari atau lagi lapar saat jam malam, tentu menu makanan ini sangat cocok, karena mudah dijumpai. Faktanya, hampir di setiap bahu jalan, pasti enggak asing dengan warung tenda satu ini. Gurihnya ikan lele yang dipadukan dengan sambal dan lalapan segar, jelas akan membuat siapa saja sulit untuk menolak kelezatan santapan kuliner ini.
Hal identik lain dari spanduk tersebut adalah gambar hewan yang dibuat agak besar. Hal ini dibuat bukan tanpa maksud, gambar dibuat agak besar dengan tujuan memberikan informasi secara jelas tentang menu utama yang disediakan di warung tersebut, yaitu ayam, lele, dan bebek. Dan kemudian ada beberapa lauk dan menu lain yang ditulis.
Baca juga: Tidak Ada yang Lebih Nista Ketimbang Mencampur Nasi Putih dengan Nasi Goreng
Selain itu, pemilihan gambar ayam jago dengan tubuh gagah, lele dengan tubuh meliuk-liuk, dan bebek dengan tubuh kurus ini selain lucu juga dapat menggugah selera makan bagi siapa saja yang melihatnya. Sehingga membuat orang yang melihat ingin mampir untuk makan di warung tersebut.
Tak perlu desain grafis terhandal yang punya banyak pengalaman untuk membuat spanduk seperti ini. Pasalnya, dengan desain spanduk yang simpel seperti ini pun sudah mampu mencuri perhatian semua mata yang memandang. Desain spanduk yang unik dan identik ini memang disengaja sama untuk menandakan identitas dari warung Lamongan, Jawa Timur. Dan biasanya warung khas Lamongan pada malam hari. Sehingga sangat cocok jika pemilihan warna spanduk menggunakan gradasi warna yang terang seperti itu.
Namun, meskipun kecil tapi ada loh perbedaannya. Pembedanya hanya saja ada warung yang spanduknya masih kinclong dan ada yang spanduknya sudah dekil atau pudar. Satu lagi yang jadi pembeda antara spanduk warung satu dengan lainnya, yaitu nomer yang menandakan nama warung atau nama warung itu sendiri.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani