7 Kesalahpahaman Terkait Mahasiswa, Lulusan, dan Jurusan Ekonomi Syariah

7 Kesalahpahaman terkait Jurusan Ekonomi Syariah

7 Kesalahpahaman Terkait Mahasiswa, Lulusan, dan Jurusan Ekonomi Syariah – Ekonomi syariah, mungkin bukan suatu jurusan kuliah yang paling populer di perguruan tinggi secara umum, setidaknya sampai tulisan ini saya buat. Akan tetapi, nyaris di setiap Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pasti ada jurusan ekonomi syariah. Mulai dari UIN, IAIN sampai STAIN, biasanya memiliki jurusan tersebut.

Karena jurusan ini enggak begitu populer, sehingga kerap terjadi kesalahpahaman terkait mahasiswa, lulusan, dan jurusan ekonomi syariah. Sebagai salah satu lulusan dari ekonomi syariah di suatu PTAIN, saya merasa sedikit bertanggung jawab untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut. Berikut adalah hal-hal yang akan saya luruskan terkait jurusan ekonomi syariah.

1. Mahasiswa atau Lulusan Ekonomi Syariah Enggak Menggunakan Jasa Bank Konvensional

Meskipun sudah banyak bank syariah yang ada di Indonesia. Enggak lantas membuat seluruh mahasiswa atau lulusan ekonomi syariah tidak memerlukan jasa dari bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Contohnya, Kartu Tanda Mahasiswa (yang sekaligus menjadi ATM) dari PTAIN (yang memiliki jurusan ekonomi syariah) enggak selalu bekerjasama dengan bank syariah. Ada beberapa PTAIN yang KTM-nya masih atau minimal pernah bekerjasama dengan bank konvensional.

2. Suka Mengharamkan Bank Konvensional

Sependek pengetahuan saya, minimal terdapat tiga pendapat ulama terkait hukum bunga bank. Pertama, pendapat yang menyamakan (qiyas) antara riba dengan bunga bank, yang membuat bunga bank menjadi haram. Kedua, ada pendapat yang enggak menyamakan antara riba dengan bunga bank, membuat hukumnya boleh. Terakhir, pendapat yang mengatakan bahwa hukum bunga bank adalah syubhat.

Saya kira nyaris seluruh lulusan ekonomi syariah dari PTAIN tau ketiga pendapat di atas. Sehingga enggak mudah bagi seorang lulusan ekonomi syariah dari PTAIN untuk mengharam-haramkan riba. Karena seharusnya mereka menghargai dan menghormati perbedaan pendapat tersebut. 

3. Lulusan Ekonomi Syariah Otomatis Menjadi Ahli Fikih Ekonomi

Memang seorang lulusan ekonomi syariah kemungkinan besar banyak tau terkait fatwa transaksi ekonomi di masyarakat. Akan tetapi, bukan berarti semua lulusan ekonomi syariah adalah ahli fikih ekonomi. Banyak diantara lulusan ekonomi syariah cuma mengutip pendapat ulama yang sudah ada.

Seperti misalnya ketika saya ditanya beberapa teman terkait hukum transaksi NFT. Saya enggak gegabah mengatakan boleh atau tidak. Saya menunggu fatwa dari Komisi Fatwa MUI, Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail NU, sebagai rujukan utama saya untuk berpendapat. 

4. Mengagungkan Lembaga Keuangan Syariah

Masih ingat kasus antara Jusuf Hamka dengan beberapa bank syariah di Indonesia? Waktu ada permasalahan itu, Jusuf Hamka sempat menyampaikan komentar yang cukup pedas terkait bank syariah. Sehingga komentar itu viral, sampai membuat Jusuf Hamka diserang netizen.

Jujur saya sebagai lulusan ekonomi syariah, enggak langsung menyerang atau menyalahkan Jusuf Hamka, tanpa tau duduk perkara yang jelas. Saya berpikir saat itu belum tentu pihak bank syariah pasti benar, lah wong pegawai bank syariah itu manusia yang bisa salah kok. Ternyata permasalahan itu terkait perbedaan persepsi tentang perhitungan kewajiban pelunasan antara Jusuf Hamka dan pihak bank syariah.

5. Senang Diajak Debat Bank Syariah vs Bank Konvensional

Jujur ya, saya tuh sudah capek dan males banget ketika ada yang tau bahwa saya lulusan ekonomi syariah dan mereka sok-sokan mengajak debat terkait bank syariah vs bank konvensional. Pasalnya sejak zaman kuliah saya diajak (bukan mengajak) debat terkait hal itu. Mulai dari pegawai bank (yang katanya satpamnya paling ramah) sampai keluarga sendiri pernah berdebat dengan saya tentang bank syariah vs bank konvensional.

6. Cuma Belajar Keuangan Syariah Saja

Salah satu hal yang paling keliru terkait jurusan ekonomi syariah adalah mata kuliahnya tentang keislaman dan keuangan syariah saja. Padahal sebenarnya enggak begitu. Selama saya kuliah, saya belajar beberapa mata kuliah umum seperti matematika ekonomi, pengantar akuntansi, teori ekonomi mikro dan makro. 

7. Cuma Bisa Kerja di Industri Keuangan Syariah Saja

Ini masih terkait dengan pemahaman keliru tentang jurusan ekonomi syariah sebelumnya. Karena banyak yang mengira jurusan ekonomi syariah hanya belajar keuangan syariah saja. Sehingga banyak HRD yang mengesampingkan (untuk tidak mengatakan menolak) jurusan ini ketika melamar pekerjaan di bidang keuangan atau pembayaran pada suatu perusahaan. Padahal lulusan ekonomi syariah memiliki kompetensi di bidang tersebut.Kurang lebih begitulah hal-hal yang kerap keliru terkait mahasiswa, lulusan, dan jurusan ekonomi syariah. Jika kamu punya sanak famili yang mau kuliah jurusan ini. Tolong share ke mereka juga ya.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani

Bagikan di:

Artikel dari Penulis