Biografi Widjojo Nitisastro, Ekonom dan Politikus Berpengaruh di Masa Orde Baru

Biografi Widjojo Nitisastro, Ekonom dan Politikus Berpengaruh di Masa Orde Baru – Berbicara mengenai dunia ekonomi di Indonesia pada masa orde baru, tentunya tidak bisa lepas dari nama seorang Widjojo Nitisastro. Pria yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh ekonomi Indonesia paling berpengaruh di era orde baru tersebut juga disebut-sebut sebagai salah satu arsitek atau aktor dari kebijakan perekonomian Indonesia di masa orde baru. Bahkan, beberapa kebijakannya kala masih menjabat di pemerintahan hingga saat ini masih kerap kali menginspirasi kebijakan perekonomian Indonesia. Berikut adalah profil singkat serta biografi lengkap seorang Widjojo Nitisastro.

Profil Singkat Widjojo Nitisastro

Nama Widjojo Nitisastro
Tempat LahirKaresidenan Malang (kini Kota Malang, Jawa Timur) Hindia-Belanda
Tanggal Lahir23 September 1927
Pendidikan– Sekolah Dasar (Nama Tidak Diketahui)
– Sekolah Menengah Pertama (Nama Tidak Diketaui)
– SMT (Sekolah Setara SMA) Santo Albertus, Karesidenan Malang
– Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
– University of California at Berkeley, California, Amerika Serikat
Ayah(Tidak Diketahui Namanya)
Ibu(Tidak Diketahui Namanya)
KeluargaSiti Sudarsih (Istri)
Profesi– Tenaga Pengajar
– Menteri
– Ahli Ekonomi
– Politikus
AgamaIslam

Biografi Widjojo Nitisastro

Latar Belakang dan Kehidupan Pribadi Widjojo Nitisastro

Widjojo Nitisastro lahir di Karesidenan Malang, Hindia-Belanda yang kini menjadi Kota Malang, Jawa Timur. Beliau lahir pada tanggal 23 September 1927. Beliau merupakan anak dari seorang pensiunan penilik di sebuah sekolah dasar di daerah Karesidenan Malang. Selain itu, ayahnya juga diketahui sebagai salah satu anggota Partai Indonesia Raya (Parindra) yang cukup kental dengan slogan “Rukun Tani” kala itu.

Baca juga: Biografi Emil Salim, Ekonom Sekaligus Tokoh Lingkungan Hidup Nasional

Masa kecil Widjojo Nitisastro tidak terlalu diketahui secara pasti. Namun, dirinya kemungkinan besar tumbuh seperti anak-anak seusianya di zamannya. Dirinya juga mengenyam pendidikan reguler di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Dirinya tercatat juga merupakan siswa di SMT Santo Albertus di Karesidenan Malang kala itu. Namun, semasa masih mengenyam pendidikan sekolah menengah atas, Widjojo Nitisastro juga turut bergabung dengan pasukan Tentara Pelajar kota Malang yang kelak dikenal dengan nama TRIP. Dirinya diketahui ikut dalam pertempuran di Surabaya pada tahun 1945 bersama rekan-rekannya yang juga tergabung dalam pasukan Tentara Pelajar.

Selepas masa revolusi berakhir, Widjojo Nitisastro kemudian melanjutkan pendidikan SMA-nya yang sempat tertunda karena turut dalam perang Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Selepas lulus SMA, dirinya kemudian diketahui sempat menjadi tenaga pengajar di sebuah sekolah menengah pertama selama kurang lebih 3 tahun. Namun, dirinya tak diketahui statusnya saat itu apakah sebagai guru formal atau tenaga pengajar sukarela.

Setelah mengajar di sekolah selama 3 tahun, dirinya kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Kala itu, dirinya memilih masuk ke Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Selama menimba ilmu di Universitas Indonesia (UI), dirinya memfokuskan studinya untuk mendalami dan mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan demografi penduduk. Widjojo Nitisastro juga dianggap sebagai salah satu mahasiswa yang cukup pintar secara akademik dan non-akademik sehingga bisa lulus dari Universitas Indonesia dengan predikat cum-laude.

Widjojo Nitisastro yang lulus dengan predikat cum-laude di Universitas Indonesia kala itu langsung menarik minat sebuah Organisasi Swasta di Michigan, Amerika Serikat. Organisasi tersebut dikenal dengan nama Ford Foundation. Dirinya kemudian menjadi salah satu orang yang turut dikirim ke University of California at Berkeley untuk menyelesaikan studi master-nya disana dengan beasiswa dari Ford Foundation. Dirinya kemudian lulus dari University of California at Berkeley pada tahun 1961 dan memutuskan kembali ke Indonesia.

Karir sebagai Politikus dan Ahli Ekonomi Terkemuka

Saat awal-awal kembali ke Indonesia di tahun 1961, Widjojo Nitisastro kemudian menjadi tenaga pengajar di SESKOAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Namun, dirinya yang sembari mengajar di SESKOAD tetap memantau kondisi perekonomian Indonesia kala itu yang masih dipimpin oleh Soekarno. Pada masa itu, perekonomian Indonesia lebih cenderung menyesuaikan dengan paham sosialisme-komunisme yang memang populer kala itu. Hal inilah yang membuat ketika pergantian rezim di tahun 1965-1966, kondisi perekonomian Indonesia menjadi kacau dan dipenuhi inflasi nilai ekonomi.

Pada tahun 1963 saat inagurasinya sebagai profesor ekonomi Universitas Indonesia, Widjojo Nitisastro juga memberikan masukan sekaligus kritikan kepada pemerintah Indonesia kala itu yang terlalu mengagungkan paham ekonomi sosialisme. Dirinya beranggapan bahwa harus adanya modernisasi dengan melakukan kombinasi antara paham ekonomi barat dan timur agar dapat mengatasi masalah perekonomian nasional.

Baca juga: Biografi Sri Mulyani, Ekonom Terkemuka Sekaligus Menteri Keuangan Indonesia ke-26

Pada tahun 1966 saat Soeharto naik menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2, Widjojo Nitisastro diundang sebagai salah satu pembicara saat acara seminar di SESKOAD untuk membahas mengenai kondisi politik dan perekonomian Indonesia di masa depan. Soeharto yang cukup tertarik dengan gagasan ekonomi di seminar tersebut kemudian menemui Widjojo Nitisastro dan menawarinya posisi sebagai Ketua penasihat bidang Ekonomi Presiden di tahun 1966. 

Widjojo Nitisastro kemudian menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ke-8 pada tahun 1967. Dirinya menduduki posisi tersebut hingga tahun 1983. Dirinya juga pernah ditunjuk sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional ke-4 pada tahun 1971 hingga tahun 1973. Dirinya juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan dan Industri Indonesia Ke-2 yang dipegangnya dari tahun 1973 hingga tahum 1983.

Mendapatkan Predikat sebagai Pemimpin “Mafia Berkeley”

Di tahun 1973, dirinya sempat mendapatkan predikat sebagai pemimpin dari “Mafia Berkeley”. Mafia Berkeley sendiri merupakan julukan kepada para orang-orang di kementerian Republik Indonesia di bidang Ekonomi yang mengatur kondisi dan kebijakan ekonomi negara tersebut di balik layar. Julukan ini pertama kali muncul di tahun 1970 dalam sebuah majalah bernama “Ramparts” yang terbit di Amerika Serikat.

Widjojo Nitisastro sendiri juga dianggap sebagai aktor atau arsitek dari beragam kebijakan perekonomian di Indonesia pada masa Orde Baru. Bahkan, dirinya dan rekan-rekannya seperti Emil Salim, Soemitro Djojohadikusumo, Mohammad Salim, Ali Wardhana, J.B. Soemarli dan Dorodjatun Koentjoro-jakti disebut sebagai orang-orang yang bekerja sama dengan CIA dari Amerika Serikat guna mengatur kondisi perekonomian negara Indonesia. Oleh karena itu, Widjojo Nitisastro hingga saat ini tetap disebut sebagai ‘aktor’ dalam kebijakan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru kendati klaim dirinya merupakan ‘orang suruhan’ CIA tak pernah terbukti.

Masa Akhir Jabatan dan Akhir Hayat Widjojo Nitisastro.

Seusai Reformasi tahun 1998, Widjojo Nitisastro tetap berkecimpung di dunia pemerintahan negara. Kendati dirinya tidak terlalu aktif di masa presiden B.J. Habibie, namun dirinya tetap memegang jabatan sebagai ketua penasihat perekonomian Presiden di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bahkan, dirinya juga ditugaskan sebagai pemimpin “Tim Ekonomi” saat program pelunasan utang Indonesia di tahun 2000.

Kondisi kesehatan Widjojo Nitisastro mulai menurun di tahun 2009-2011. Bahkan, di masa ini dirinya kerap kali masuk rumah sakit untuk melakukan perawatan. Widjojo Nitisastro pada akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya pada 9 Maret 2012 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada usianya yang menginjak umur 84 tahun. Dirinya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

Demikianlah profil singkat serta biografi lengkap dari seorang Widjojo Nitisastro.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis