Biografi Soerjadi Soerjadarma, Tokoh Perintis Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI)– Dalam perjalannya panjang sejarahnya, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) jelas memiliki rekam jejak yang sangat panjang jika merunut dari sejarah dibentuknya sejak masa kemerdekaan. Bahkan, bibit-bibit pembentuk Angkatan Udara yang kini dikenal dengan nama TNI-AU ini sudah terlihat sejak Indonesia masih dijajah oleh Belanda pada awal hingga pertengahan abad ke-20.
Beberapa nama tentunya memiliki peran besar dalam pembentukan kekuatan udara Indonesia, terutama dalam masa mempertahankan kedaulatan kemerdekaan yang telah diraih dari serangan pihak sekutu, khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia sebagai bekas negara jajahannya. Salah satu tokoh yang ikut andil dalam pembentukan Angkatan Udara Indonesia ialah R. Soerjadi Soerjadarma.
Biografi Soerjadi Soerjadarma
Kehidupan Pribadi Soerjadi Soerjadarma
R. Soerjadi Soerjadarma lahir di Kota Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Beliau lahir pada tanggal 6 Desember 1912, dan merupakan anak dari R. Suryaka Soerjadarma yang merupakan seorang pegawai bank di daerah Banyuwangi. Keluarganya masih memiliki garis keturunan ningrat dari Keraton Kanoman, Cirebon. Buyut dari Soerjadi Soerjadarma adalah Pangeran Jakaria/Zakaria alias Aryabrata dari Keraton Kanoman. Kakek dari Soerjadi Soerjadarma adalah Dokter Pangeran Boi Suryadarma. Kakeknya sendiri adalah seorang tenaga medis lulusan dari Sekolah Dokter Jawa (STOVIA).
Baca juga: Biografi Hoegeng Iman Santoso: Humanitas, Integritas, dan Kesederhanaan
Sejak usia 4 tahun, Soerjadi Soerjadarma ikut tinggal bersama keluarga kakeknya di Jakarta. Soerjadi Soerjadarma tidak pernah mengenal sosok ibunya karena sang ibu meninggal pada saat dirinya masih bayi. Sang ayah meninggal pada saat dirinya masih berusia 4 tahun.
R. Soerjadi Soerjadarma hidup dalam keluarga yang memiliki pendidikan modern dan memiliki pandangan luas. Pada saat dirinya berusia enam tahun, tepatnya pada tahun 1918, Soerjadarma masuk sekolah ELS (Europeesche Lagere School), yakni Sekolah Dasar khusus untuk anak-anak keturunan Eropa atau Tionghoa, serta anak-anak Indonesia yang memiliki keturunan bangsawan atau anak pejabat yang kedudukanya setara dengan Bangsa Eropa.
Pada tahun 1926, Soerjadarma menyelesaikan pendidikanya di ELS, yang kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu, HBS (Hoogere Burgerschool) di Bandung. Namun, sebelum berhasil menamatkan sekolahnya di kota ini, ia harus berpindah ke Jakarta dan kemudian melanjutkan studinya yang sempat terpotong di KWS-III (Koning Willem School) Jakarta, sekolah ini cukup sederajat dengan HBS, dan berhasil diselesaikannya pada tahun 1931.
Masuk Sekolah Dinas Penerbangan
Setelah lulus dari KWS-III, Soerjadarma melanjutkan studinya di KMA (Koninklijke Militaire Academie), yang saat itu hanya ada di kota Breda, Belanda. Kemudian, pada September 1931, Soerjadarma mendaftarkan diri masuk pendidikan perwira di KMA Breda dan menjadi kadet KMA. Hal ini dilakukannya karena dia mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang penerbang.
Baca juga: Biografi Leo Wattimena, Penerbang Mustang Terhebat dalam Sejarah AURI
Setelah lulus dari sekolah kadet pada tahun 1934, dia sempat berdinas di Belanda yang kemudian berpindah dinas ke Magelang hingga tahun 1936. Dia kemudian beberapa kali mengikuti tes masuk kadet penerbang dan sempat gagal dua kali, tetapi pada akhirnya dia berhasil diterima dan menjalani pelatihan di Kalidjati. Soerjadarma lulus dari sekolah penerbang pada tahun 1938, tetapi dia tidak mendapatkan brevet penerbang karena adanya diskriminasi yang menganggap hanya keturunan Eropa khususnya Belanda yang boleh jadi penerbang.
Soerjadarma kemudian mengikuti pendidikan di Waarnemer School (Sekolah pengintai), kemudian pada tahun 1939 dia bertugas menjadi seorang navigator pada Kesatuan Pembom (Vliegtuiggroep) Glenn Martin di Bandung. Kemudian, dia sempat menjadi instruktur hingga kemudian dipindahkan lagi untuk berdinas militer menjelang kedatangan tentara Jepang pada tahun 1942. Di masa Jepang ini, dia sempat menjadi seorang Polisi Jepang hingga kemudian bergabung ke pihak pejuang revolusi pasca proklamasi kemerdekaan.
Kiprah dalam Angkatan Udara Indonesia dan Akhir Hayat
Pembentukan Angkatan Udara Bersenjata Indonesia ini diprakarsai oleh PPKI yang membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Kemudian, divisi ini berubah kembali menjadi TRI, di mana Soerjadarma diangkat menjadi Kepala Staf TNI-AU pada tahun 1946. Dalam kiprahnya di dunia penerbangan militer Indonesia, dia sering memberikan gagasan soal pembentukan divisi pelatihan penerbang di beberapa daerah di pulau Jawa dan pembentukan sebuah divisi khusus yang ditujukan untuk operasi terjun payung.
Baca juga: Biografi Nurtanio Pringgoadisuryo, Bapak Dirgantara Indonesia
Soerjadi Soerjadarma juga turut andil dalam penyerahan kedaulatan antara pihak Belanda dengan Republik Indonesia pada tahun 1949. Soerjadi Soerjadarma resmi menerima penyerahan Markas Besar Koninklijke Militaire Luchtvaart (Angkatan Udara Belanda) kepada Angkatan Udara Republik Indonesia. Upacara ini mengakhiri serangkaian upacara penyerahan pesawat udara militer bekas Belanda yang diberikan sebagai hibah dan pangkalan Angkatan Udara di beberapa tempat di Indonesia kepada AURI.
Dia juga mendukung keinginan Nurtanio Pringgoadisuryo dalam pengembangan kemandirian udara Republik Indonesia kala itu dengan pendirian LAPIP yang merupakan cikal bakal dari IPTN, yang kini memiliki nama PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Beliau juga memiliki peran sebagai salah satu negosiator dalam pembentukan Garuda Indonesia Airways (GIA) pada tahun 1950.
Soerjadi Soerjadarma kemudian mengajukan pengunduran diri sebagai KSAU pada tahun 1960. Akan tetapi, pengajuannya ini baru resmi disetujui pada tahun 1962, setelah adanya insiden Pertempuran Laut Aru yang membuat Komodor Yos Sudarso gugur di medan pertempuran. Di masa pensiunnya. dia lebih sering mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan, seperti berburu, mengoleksi batu mulia, menulis serta membaca.
Soerjadi Soerjadarma meninggal pada tanggal 16 Agustus 1975 akibat komplikasi lever dan kemudian dimakamkan pada tanggal 17 Agustus 1975 di Pemakaman Umum Karet, Jakarta. Dia kemudian mendapatkan pengukuhan sebagai “Bapak AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)” pada tahun 2000.
Beragam Tanda Kehormatan
- Bintang Maha Putra Adipurna
- Bintang Sakti
- Bintang Dharma
- Bintang Garuda
- Bintang Sewindu APRI
- Satyalencana Perang Kemerdekaan ke I
- Satyalencana GOM I (Madiun)
- Satyalencana GOM III (RMS)
- Satyalencana GOM IV (SulSel)
- Satyalencana GOM V (Jabar)
- Satyalencana GOM VII (Aceh)
- Satyalencana Sapta Marga
- Satyalencana Kesetiaan VIII Tahun
- Satyalencana Kesetiaan XVI Tahun
- Medali 10 Tahun AURI
- Midle of Yugoslav People Army 1st Class
- The Grand Goiden of The Order of The Republic Thai
- Order of The Crown 1st Class Thai
- Order of White Elephant 2nd Class Thai
- Het Bronzen Kruis
Demikianlah Biografi singkat dari Soerjadi Soerjadarma, Tokoh Perintis Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Semoga bermanfaat~
Editor: Widya Kartikasari
Illustrator: Salman Al Farisi