Memperkuat Fondasi Umat, Masjid Al Madinah Pelopori Konsep Masjid Ramah Keluarga di Indonesia — Dalam sebuah langkah maju yang signifikan untuk memperkuat ketahanan keluarga dan peran masjid di tengah tantangan modern, Masjid Al Madinah Zona Madina Dompet Dhuafa di Parung, Bogor sukses menyelenggarakan kegiatan diskusi dengan pakar.
Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Desain Masjid Ramah Keluarga sebagai Role Model Masjid Modern di Indonesia” pada hari Rabu, 28 Mei 2025.
Acara yang dihadiri oleh sekitar 30 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk pakar, akademisi, pengurus masjid, dan aktivis dakwah, ini bertujuan untuk merumuskan konsep dan panduan desain masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat penguatan keluarga yang ramah dan aman.
FGD ini digagas sebagai respons strategis terhadap realitas sosial yang kian kompleks. Keluarga, sebagai unit terkecil namun paling fundamental dalam struktur masyarakat, kini dihadapkan pada gelombang tantangan yang mengancam keutuhannya.
Masjid Al Madinah menyadari sepenuhnya bahwa di era disrupsi teknologi dan perubahan demografi ini, peran masjid harus dielevasi karena tidak lagi hanya sekadar tempat sujud.
Melainkan pusat dinamis yang merangkul setiap anggota keluarga, dari anak-anak hingga lansia, dari ibu menyusui hingga penyandang disabilitas.
Pengembangan konsep ini menjadi sangat mendesak mengingat data-data terkini yang mengkhawatirkan.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat pada tahun 2023 bahwa lebih dari 22% keluarga di Indonesia tergolong berisiko tinggi, baik secara sosial, ekonomi, maupun psikologis. Ironisnya, angka perceraian pun terus menanjak, menembus angka lebih dari 516.000 kasus pada tahun 2022.
Oleh karena itu, FGD ini bukan hanya sekadar diskusi, melainkan sebuah upaya kolektif untuk “merevitalisasi” peran masjid, mengembalikannya ke fitrahnya sebagai sentra kehidupan umat.
Harapan dari Jabaludin Selaku Ketua DKM Masjid Al Madinah Zona Madina ini adalah dari FGD ini akan lahir sebuah kerangka konseptual yang kokoh
Dilengkapi dengan rekomendasi desain dan panduan operasional yang dapat diimplementasikan secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Ini adalah langkah awal menuju transformasi masjid menjadi ruang yang benar-benar memeluk dan menguatkan keluarga,
sebuah “role model” bagi masjid modern yang relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi tetap teguh pada nilai-nilai spiritual dan sosialnya.
Gagasan Cemerlang dari Para Pakar

Sesi FGD ini menjadi panggung bagi gagasan-gagasan cemerlang dari para pakar terkemuka. Mereka menyajikan perspektif mendalam mengenai konsep masjid ramah keluarga. Pembahasan inti dibagi menjadi dua bagian krusial yang saling melengkapi.
Bagian pertama berfokus pada fondasi konseptual masjid ramah keluarga dan peran vitalnya dalam melindungi anak-anak. Sebuah isu yang semakin mendesak di tengah kompleksitas permasalahan keluarga masa kini.
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si., seorang Pakar Ketahanan Keluarga dan Guru Besar IPB, membuka diskusi dengan memaparkan materi berjudul “Masjid Ramah Keluarga, Posisi Strategis, Konsep Desain, dan Mekanisme.” Beliau dengan lugas menjelaskan bahwa masjid, dalam konteks sosial kontemporer, memiliki posisi yang sangat strategis untuk menjadi pusat ketahanan keluarga.
Baca juga: Mengembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban
Prof. Euis menyoroti berbagai perubahan yang memengaruhi struktur dan fungsi keluarga modern. Mulai dari perubahan demografi, migrasi dan urbanisasi yang masif, disrupsi teknologi yang tak terelakkan, hingga isu perubahan iklim yang kini menjadi perhatian global.
Dalam pandangannya, masjid harus mampu beradaptasi dan menawarkan solusi konkret terhadap persoalan-persoalan ini.
Lebih lanjut, Prof. Euis Sunarti membahas secara detail indikator dan model keluarga yang nyaman secara umum di Indonesia. Kemudian menguraikan bagaimana probabilitas implementasinya dapat diaplikasikan secara efektif di lingkungan masjid.
Konsep desain yang beliau usulkan tidak hanya berhenti pada aspek fisik bangunan masjid semata. Melainkan juga mencakup program-program inovatif dan tata kelola yang mendukung terciptanya interaksi positif antaranggota keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Ini adalah sebuah visi yang melihat masjid sebagai ekosistem pendukung keluarga, bukan sekadar ruang ibadah yang pasif.
Melengkapi perspektif ketahanan keluarga, Dr. J. Jopie Gilalo, S.H., M.H., selaku Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Bogor, menyajikan materi yang sangat relevan: “Peran dan Upaya Masjid dalam Penyelesaian Permasalahan Anak.”
Dr. Jopie membeberkan data permasalahan anak yang dikategorikan secara komprehensif. Mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan dan memilukan karena lingkungan kekerasan paling banyak terjadi justru berada di dalam lingkungan keluarga itu sendiri, terutama di daerah pinggiran. Data ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk segera bertindak.
Baca juga: Satu Agama, Banyak Pemahaman
Dalam konteks inilah, Dr. Jopie Gilalo menyoroti peran strategis masjid dalam memberikan solusi dan perlindungan bagi anak-anak. Menurutnya, masjid memiliki potensi besar untuk menjadi ruang aman bagi anak untuk belajar, bermain, dan mengembangkan diri.
Lebih dari itu, masjid juga dapat memberikan pendampingan yang krusial bagi keluarga-keluarga yang menghadapi berbagai masalah. Program-program konkret yang dapat diterapkan di masjid.
Menurut Dr. Jopie, antara lain adalah edukasi parenting yang komprehensif, layanan konsultasi keluarga, serta penyelenggaraan berbagai kegiatan positif yang dapat mengisi waktu luang anak-anak dan remaja dengan hal-hal yang bermanfaat. Ini adalah ajakan untuk melihat masjid sebagai garda terdepan dalam menjaga masa depan generasi penerus.
Membangun Komunitas Kuat Melalui Konsep Ramah Keluarga

Bagian kedua dari pembahasan inti FGD ini memperluas cakrawala peran masjid dari sekadar pusat ibadah dan perlindungan. Hal ini menjadi sebuah entitas yang memberdayakan dan menjadi sentra kehidupan umat secara holistik.
Fokus utama pada sesi ini adalah bagaimana masjid dapat menjadi motor penggerak bagi peningkatan kualitas hidup keluarga dari berbagai aspek.
Ust. Imam Al-Faruq, SEI, ME, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kolaborasi Masjid Pemberdaya, membawa perspektif yang sangat praktis dan transformatif dalam materinya, “Masjid Pemberdaya untuk Keluarga.”
Ust. Imam secara mendalam memaparkan bagaimana masjid dapat melampaui fungsi ritualistiknya dan bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan keluarga dari berbagai dimensi.
Beliau menjelaskan indikator-indikator spesifik dari sebuah masjid yang memberdayakan, sebuah konsep yang menekankan pada keberpihakan masjid terhadap kesejahteraan jamaahnya.