Ilmu Pawang Hujan Sederhana

Ilmu Pawang Hujan Sederhana

Ilmu Pawang Hujan Sederhana

Hujan menjadi fenomena alam yang biasa terjadi di daerah yang beriklim tropis, termasuk Indonesia. Seharusnya dari bulan April sampai bulan Oktober wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, namun pada kenyataannya tahun ini beberapa daerah di Indonesia masih mengalami musim penghujan termasuk di daerah saya.

Pada dasarnya hujan memang berkah dan anugerah dari Tuhan yang patut juga kita syukuri. Namun bagi orang yang sedang menggelar suatu pesta atau hajatan, hujan merupakan suatu musibah yang harus di hindari agar acara bisa tetap berjalan lancar. Seperti halnya ketika event gelaran Moto GP Mandalika 2022 bulan Maret kemarin, saat acara terpaksa di tunda gara-gara sirkuit Mandalika Lombok di guyur hujan yang cukup deras. Akhirnya, di kutip dari berita Harianjogja.com pihak penyelenggara pun harus menyewa pawang hujan. Nama Raden Rara Istiati Wulandari atau yang kerap di sapa Mbak Rara jadi sorotan publik lantaran aksinya yang berhasil mengusir hujan di Mandalika.

Baca juga: Ayam Geprek Produk Kuliner Akulturasi

Di podcast Deddy Corbuzier, Mbak Rara mengaku di kontrak menjadi pawang hujan Moto GP Mandalika selama 21 hari dengan gaji 5 juta perhari. Dan ternyata Mbak Rara bukan baru kali ini saja menjadi pawang hujan di event besar, namun ia telah beberapa kali di percaya mampu mengusir hujan di event-event yang cukup besar.

Bagi kita orang kalangan bawah ketika menggelar suatu acara dan pas lagi hujan, pasti enggak mungkin mampu menyewa jasa pawang hujan. Oleh karena itu, berikut ada beberapa cara yang bisa kita lakukan sendiri untuk menangkal hujan tanpa mengeluarkan biaya sepeser  pun. Pawang hujan DIY (do it yourself)

Menggunakan Sapu Lidi dan Bumbu Dapur

Cara ini cukup mudah dilakukan, kita hanya perlu menyiapkan sapu lidi, cabe, bawang putih, dan bawang merah. Tusukkan satu butir bawang merah, satu butir bawang putih, dan satu butir cabe ke lidi, kemudian tancapkan atau letakkan sapu lidi tadi di tanah, ada juga yang meletakkannya di setiap penjuru sisi tempat acara.

Jujur hal ini kerap dilakukan bapak gue kalau di rumah pas lagi ada acara pengajian.

Melempar CD ke Atap Rumah

Cara yang berikutnya adalah dengan melempar CD alias celana dalam ke atas atap rumah. Cara ini memang terdengar nyeleneh, tetapi tak sedikit orang yang memercayainya, termasuk saya sendiri wkwkwk. Ceritanya gini, bulan Mei lalu di rumah almarhum mbah ada acara tahlilan kubro dengan mengundang seorang kiai besar dalam rangka memperingati haul mbah uti ke-14 dan mbah kakung ke-3. Waktu itu dari mulai siang hingga sore hujan enggak mau berhenti, sedangkan acara akan dimulai setelah magrib.

Baca juga: Pergi ke Pernikahan Mantan adalah Hal yang Paling Menyebalkan

Akhirnya para orang tua termasuk ibu saya menyarankan bulik saya selaku tuan rumah (pemilik hajat) untuk membuang celana dalamnya ke atas atap rumah. Percaya gak percaya, hujan semakin mereda dan sebelum magrib hujan benar-benar sudah berhenti.

FYI, celana dalam katanya memang harus punyanya si pemilik hajat dan harus yang bekas pakai, bukan yang telah di cuci atau yang baru, dan yang melakukan pelemparan juga si pemilik hajat.

Esok sorenya langit mendung cukup gelap namun hujan tak kunjung turun, akhirnya ibu ngomong ke adik iparnya selaku pemilik hajat kemarin buat ngambil CD nya di atas genteng rumahnya. Dan menjelang maghrib hujan mulai turun. 

Sekian pengalaman dari saya, kalian mau percaya atau enggak itu hak kalian. 🙂

Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Umi Kulzum Pratiwi Nora Putri

Bagikan di:

Artikel dari Penulis