Pernahkah kalian mendengar fenomena name dropping? Name dropping atau dompleng nama adalah sebuah fenomena di mana menggunakan gelar atau jabatan orang lain demi mengambil keuntungan dirinya sendiri ketika berada pada situasi sosial tertentu. Secara garis besar name dropping menggunakan nama, gelar dan jabatan orang lain untuk menarik perhatian agar pelaku memperoleh pengakuan dan membuat orang lain lebih terkesan.
Misalnya kalian merasa kenal dengan seorang polisi, menteri, dan hakim tetapi sebenarnya kalian tidak terlalu mengenal mereka bahkan tidak akrab cuma hanya sekedar tahu saja. Alih-alih saat kalian berada pada cyrcle pertemanan, kalian menggunakan gelar atau jabatan mereka seolah-olah kalian kenal padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Tujuan dilakukannya name dropping adalah pelaku berharap dapat meningkatkan status sosialnya sendiri ke tingkat yang mendekati orang-orang yang di dompleng namanya. Sudah banyak peneliti yang mengkaji fenomena ini salah satunya adalah Profesor William Keith Campbell seorang psikolog ahli di bidang narsistik yang menulis buku berjudul The Narcisism Epidemic.
Profesor Campbell ini menjelaskan bahwa semua manusia pasti pernah melakukan name dropping karena hal tersebut termasuk ke dalam basic human interaction sehingga masih dalam kategori wajar. Manusia cenderung melakukannya karena ingin terlihat baik didepan orang dan mendapatkan status sosial yang baik. Apalagi di saat berada dalam Professional Network.
Baca juga: Cara Mengetahui Kepribadian Seseorang Melalui Tulisan Tangannya
Name dropping diperlukan agar kalian memiliki obrolan yang relate dengan lainnya. Namun ternyata ada bahayanya loh saat name dropping dilakukan terus menerus. Berikut 5 bahayanya:
1. Lebih insecure terhadap diri sendiri
Melakukan name dropping pada situasi yang tepat dinilai wajar namun jika kamu memiliki kebiasaan melakukan hal ini secara terus menerus, justru membuat perasaan insecure kepada diri sendiri. Kamu merasa tidak percaya diri ketika kamu tidak membawa nama orang lain. Ada perasaan takut kalau kamu tidak dihargai, tidak dianggap dan tidak diakui pada cyrcle sekitarmu. Perasaan inilah yang akan menjatuhkan dan mendorong kamu agar melakukan name dropping terus menerus.
2. Berbohong secara continue
Jika seseorang memiliki kebiasaan name dropping alih-alih kenal dengan si A seorang polisi, atau si B seorang menteri, kebiasaan ini akan membuat kalian melakukan kebohongan publik entah kepada media sosial, teman, kerabat atau lainnya. Padahal kalian tidak terlalu kenal dengan seseorang yang namanya dibawa-bawa. Yang dapat menjadikan kebiasaan buruk adalah kalian terbiasa untuk berbohong.
3. Bisa mengintimidasi dan memberi ancaman bagi orang lain
Seperti contoh kasus berikut, dilansir dari kompas.com (06/04/2016) terjadi peristiwa di mana seorang siswi ditilang oleh polisi wanita yang bertugas di lalu lintas karena siswi tersebut melakukan konvoi kelulusan dengan keadaan pintu mobil terbuka. Siswi tersebut tidak terima dan memarahi sang polisi lantaran ia ditilang dan mobilnya diberhentikan.
Ia mengaku sebagai putri jenderal dan mengancam polisi wanita tersebut apabila tidak membiarkannya pergi. Siswi tersebut mengaku sebagai anak Arman Depari yaitu seorang Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen (Pol) Kepala Pol Resta Medan Komisaris Besar Polisi bernama Mardiaz Kusin Dwihananto telah mengonfirmasi bahwa siswi tersebut bukan anak dari Arman Depari karena pak Arman hanya memiliki 3 anak laki-laki dimana semuanya sekolah di Jakarta. Peristiwa tersebut telah membuktikan name dropping dapat disalah gunakan untuk menakut-nakuti dan mengancam orang lain.
4. Pandai memanipulasi cerita
Saat melakukan kebiasaan name dropping, secara tidak sadar pelaku akan melebih-lebihkan cerita agar sang lawan bicara percaya kepadanya. Mereka menambah atau membumbui cerita-cerita sesuai keinginan sendiri demi keuntungan diri sendiri seakan cerita mereka benar. Dengan kebiasaan ini, pelaku berbicara manipulatif dan berlawanan dengan kenyataan.
5. Menimbulkan kepribadian hyper narsistik
Karena kurang percaya diri dan sering insecure kepada diri sendiri orang-orang tersebut akan melakukan hal-hal untuk menarik perhatian salah satunya melakukan name dropping. Ketika hal tersebut dilakukan secara berlebihan, ada perasaan narsistik di mana ia ingin diperhatikan lebih oleh orang lain sehingga cenderung ingin menjadi center of attention.
Baca juga: Mengenal Sindrom Nice Guy
Mereka suka dipuji bahkan merasa lebih hebat dari yang lain karena merasa memiliki status sosial yang sama dengan nama yang dibawa-bawa. Mereka ingin membuat orang lain lebih terkesan sehingga ada perasaan narsistik yang berlebihan.
Name dropping sendiri sebenarnya wajar dilakukan namun yang jadi masalah ketika hal tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak ada value apapun selain membawa nama-nama orang lain untuk kepentingan pribadi. Name dropping tidak buruk jika melakukannya di waktu yang tepat atau meminta izin dahulu untuk membawa nama orang lain. Justru hal tersebut malah bagus sehingga bisa meningkatkan efektivitas. Tapi kalau terlalu berlebihan dan dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri tanpa izin, hal tersebut bisa merugikan karena bisa melanggar etika dan profesi seseorang. Janganlah bangga karena kamu berada di dalam situasi cyrcle yang memiliki otoritas tertentu sehingga hal tersebut bisa disalah gunakan, namun banggalah ketika kamu berusaha sendiri dalam membangun otoritas itu.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi