Pentingnya Diksi dalam Menulis Puisi – Menulis puisi tentunya bukan hal yang asing lagi bagi kita, apalagi untuk anak-anak sekolah dan mahasiswa jurusan bahasa sastra atau yang berkaitan. Seperti yang kita ketahui, puisi merupakan salah satu karya sastra yang dipengaruhi oleh pemilihan gaya bahasa penyair (penulis puisi), dan bahasanya terikat oleh rima, irama, serta penyusunan larik dan bait. Puisi sendiri adalah salah satu jenis karya sastra yang memperhatikan pemilihan kata di setiap larik dan baitnya, sebab puisi terkenal dengan bahasa-bahasa indah dan memberikan kedalaman makna yang disajikan oleh penyair.
Diksi atau pemilihan kata dalam menulis sebuah puisi adalah salah satu hal yang akan memberikan pengaruh terhadap pemberian makna. Dalam menulis puisi, pemilihan kata atau penggunaan diksi yang tepat dapat menciptakan emosi atau perasaan tersendiri pada pembaca. Selain itu, pemilihan diksi yang tepat digunakan oleh penyair agar puisi yang diciptakannya tidak monoton dan membosankan, sehingga bisa menarik atensi lebih dari penikmatnya.
Pemilihan kata dalam menulis puisi harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: ketepatan makna, komposisi dan posisinya dalam sebuah kalimat atau larik, kedudukan kata di antara kata yang lainnya, juga kedudukan kata dalam dalam keseluruhan karya. Dalam puisi, pemilihan kata atau diksi yang digunakan masuk dalam unsur-unsur pembentukan puisi. Berikut pemilihan kata atau diksi dalam menulis sebuah puisi.
Konotasi
Kata konotasi merupakan kata yang memiliki makna tidak sebenarnya. Contohnya kata “tikus berdasi” memiliki arti koruptor, bukan tikusnya yang memakai dasi. Kata konotasi merupakan sebuah kiasan yang digunakan dalam menulis puisi untuk menimbulkan kesan lebih indah saat dibaca.
Majas
Majas merupakan bahasa kias yang digunakan untuk menciptakan kesan tersendiri bagi pembaca. Untuk membuat timbulnya kesan tersebut, majas yang digunakan berupa majas perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan. Majas yang sering digunakan dalam menulis puisi adalah majas personifikasi, majas alegori, majas hiperbola, majas litotes, dan masih banyak lagi.
Contoh majas personifikasi terdapat dalam puisi karya Sapardi Djoko Damono dengan judul “Aku Ingin” yang berbunyi
“kata yang tak sempat diucapkan, kayu kepada api yang menjadikannya abu”
Kalimat ini bisa diartikan seseorang yang belum sempat mengucapkan kata sayang pada kekasihnya, dan menjadikan kekasihnya menjauhinya bahkan menghilang dari hidupnya layaknya api yang membakar kayu hingga menjadi abu.
Pengimajinasian
Pengimajinasian merupakan kata yang dapat menimbulkan khayalan pada pembacanya. Dengan pengimajinasian ini pembaca seolah-olah bisa merasakan, melihat, ataupun mendengar sesuatu yang diungkapkan oleh penyair. Contohnya dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono yang berbunyi
“Kepada Pohon Berbunga Itu”.
Dalam kalimat tersebut Sapardi berusaha memberikan imajinasi berupa pembaca seakan-akan dapat melihat pohon yang sedang berbunga.
Kata Berlambang
Kata berlambang adalah kata berupa simbol yang menyatakan maksud atau arti tertentu. Penggunaan kata berlambang dalam menulis puisi membuat puisi menjadi lebih berkesan saat dibaca, sebab kata berlambang ini menyajikan kata yang familiar di telinga kita namun menimbulkan makna yang berbeda saat berada dalam larik sebuah puisi. Misalnya, dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono yang berbunyi
“Diserap akar pohon bunga itu.”
Kata “bunga” menunjukkan arti keindahan.
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa diksi atau pemilihan kata sangat penting dalam menulis sebuah puisi, sebab dengan diksi yang tepat penyair bisa membawa pembaca merasakan puisinya, penyair dapat membawa pembaca menuju konsep puisi yang diciptakannya.
Editor: Widya Kartikasari
Illustrator: Salman Al Farisi