Melihat Sisi Lain Anak Punk Kota Salatiga

Sisi Lain Anak Punk

Melihat Sisi Lain Anak Punk Kota Salatiga – Banyak persepsi mayoritas masyarakat yang menganggap anak punk itu brutal, anarkis, nakal, dll. Namun ternyata banyak sisi lain dari mereka yang bertolak belakang dari persepsi tersebut. Salah satunya yang tejadi pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2022,  pukul 15.00 WIB. Para anak punk Salatiga berkumpul dan membuat acara Pasar Gratis di Jalan Kartini Salatiga. 

Acara sangat ramai dengan tenda-tenda layaknya bazar disajikan di sana. Mulai makanan, minuman, bahan kebutuhan pokok, hingga pakaian layak pakai tersaji di sana. Bukan hanya itu, mereka juga membuka live music sederhana di tengah kerumunan orang di antara tenda-tenda bernyanyi, bercanda, dan tertawa riang.

Mereka mengatakan bahwasannya pasar gratis yang mereka buat merupakan representasi “Gerakan Perlawanan” terhadap ketimpangan sosial dan ketidakadilan. Gerakan ini juga bersifat otonomi dan menolak hierarki antara pemberi dan penerima. 

Mereka juga menulis sebuah kalimat dalam pamflet bahwa mereka melawan dengan cara “berbagi”. Harapan mereka dengan berbagi, dapat menjadi sebuah sindiran terhadap masyarakat kelas atas hingga pemerintah setempat yang tak jarang menutup mata dan tidak peduli dengan masyarakat kelas bawah. 

Baca juga: Bila Selera Lagu Menentukan Tingkatan dalam Masyarakat, maka Jelas Dangdut Koplo Merupakan Representasi Kelas Pekerja

Dengan adanya aksi ini, harapan mereka dapat membantu untuk memberikan makanan dan pakaian yang layak kepada masyarakat kelas bawah. Sekaligus membuka mata pemerintah setempat agar memperlakukan semua warga negara dengan setara.

Banyak pengunjung yang merespon positif kegiatan tersebut, salah satunya Angga seorang mahasiswa UIN Salatiga yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Angga menuturkan bahwa acara tersebut merupakan sebuah acara yang luar biasa. Gerakan yang membuka mata kita bahwa selama ini banyak orang dibutakan oleh pemodal agar hidup hanya untuk uang. 

Sehingga sifat individual bermunculan dan menggerus budaya Indonesia yaitu gotong royong. Ia juga berharap acara ini dapat ditularkan ke berbagai tempat dan dilestarikan. Agar esensi manusia sebagai makhluk sosial tidak tergerus dengan kemajuan zaman yang begitu cepat ini.

Semoga dengan acara ini dapat menjadi pelopor dan pengingat bagi penerus bangsa khususnya para pemuda, bahwa energi positif harus ditularkan dan selalu dilestarikan. Supaya esensi manusia sebagai makhluk sosial tidak tergerus dengan kemajuan zaman yang begitu cepat ini.

Salah satu pamflet yang disebarkan oleh mereka terdapat judul tulisan “Not For Charity This is Protest” berisi curahan hati serta opini mereka. Acara ini berangkat dari koin-koin kecil yang teman-teman kumpulkan dan membuka ruang bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan sebagian barangnya yang tidak terpakai namun masih layak, agar bisa bermanfaat untuk orang-orang yang tengah membutuhkan. 

Mereka juga mengatakan bahwa acara yang diselenggarakan ini bukan aksi amal. Melainkan bentuk solidaritas dan kepedulian kepada sesama manusia yang digariskan untuk saling berbagi. Selain itu dapat menjadi ruang alternatif di mana orang-orang mendapatkan kebutuhan pokoknya tanpa ada transaksi uang.

Dengan didistribusikannya semua barang-barang yang ada, dapat bermanfaat untuk saudara-saudara dengan strata ekonomi rendah dan tidak perlu untuk membelinya. Mereka juga mengklaim bahwasanya kegiatan ini tidak mengatasnamakan siapapun dan murni wujud solidaritas sosial.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi

Bagikan di:

Artikel dari Penulis