Biografi Mohammad Hatta, Teladan Kesederhanaan dan Kejujuran – Bung Hatta atau Mohammad Hatta merupakan sosok teladan bagi bangsa Indonesia. Salah satu proklamator bersama Soekarno yang ditakdirkan Tuhan hadir sebagai pendongkrak semangat revolusi kemerdekaan Indonesia. Kejujuran dan kesederhanaannya patut menjadi contoh bagi bangsa Indonesia.
Biodata Mohammad Hatta
Berikut biodata singkat Drs. Mohammad Hatta.
Nama | Mohammad Hatta |
Nama Asli | Mohammad Athar |
Tempat, Tanggal Lahir | Bukittinggi, 12 Agustus 1902 |
Meninggal | Jakarta, 14 Maret 1980 |
Pendidikan | – European Laguerre School (ELS) di Padang – Meer Vitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang – Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang) di Jakarta – Nederland Handelshogeschool di Rotterdam |
Karir | – Wakil Presiden Pertama RI (18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956) – Menteri Pertahanan Indonesia ad-interim (29 Januari 1948 – 15 Juli 1948) – Perdana Menteri Indonesia ke-3 (29 Januari 1948 – 6 September 1950) – Menteri Luar Negeri Indonesia (20 Desember 1949 – 6 September 1950) |
Penghargaan | – Pahlawan Proklamator RI (1986) – Pahlawan Nasional (2012) |
Biografi Mohammad Hatta
Latar Belakang
Bung Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Nama aslinya sebenarnya adalah Mohammad Athar. Athar sendiri berasal dari Bahasa Arab yang artinya “parfum” atau “harum”. Namun karena mengikuti logat dialek Minangkabau, namanya berubah menjadi Mohammad Hatta. Hatta lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Ayahnya, Muhammad Djamil, merupakan anak dari seorang ulama besar pendiri surau pertama yang sangat mendekati sistem pesantren ala Minangkabau, yaitu Datuk Syekh Abdurrahman Batuhampar.
Meskipun sang ayah memilih untuk menjadi seorang pedagang dan meninggalkan kehidupan ulama, Mohammad Hatta tetap mendapatkan pendidikan agama melalui pamannya, Syekh Arsyad, yang menjadi penerus surau kakeknya. Sedangkan ibu dari Bung Hatta adalah keturunan campuran Minangkabau dan Jawa yang memiliki latar belakang pedagang.
Baca juga: Biografi Usmar Ismail, Pahlawan Kebangkitan Perfilman Tanah Air
Pendidikan
Bung Hatta mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi dan melanjutkan studinya di European Laguerre School (ELS) Padang dari tahun 1913 sampai 1916. Pada usia 13 tahun, ia lulus ujian masuk HBS (Tingkat Sekolah Menengah Atas) di Batavia, tetapi ibunya ingin Hatta tinggal di Padang terlebih dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya, Bung Hatta melanjutkan studinya di Meer Vitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Padang, sekolah setingkat SMP yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai pengantar pembelajarannya. Barulah pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk belajar di Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang).
Lulus dengan pujian pada tahun 1921 dari Handel Middlebare School, Bung Hatta melanjutkan perjalanan pendidikannya ke Rotterdam, Belanda untuk belajar perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool, kalau sekarang Erasmus Universiteit.
Kiprah di Organisasi
Kiprah Mohammad Hatta dalam berorganisasi dimulai sejak ia sekolah di MULO, Padang. Selama sekolah di padang, ia aktif di Jong Sumatran Bond (JSB) cabang Padang sebagai bendahara. Dunia perpolitikan yang ia geluti di JSB cabang Padang, akhirnya membawanya kembali menjadi bendahara JSB cabang Batavia saat sekolah di Handel Middlebare School. Bahkan ia semakin jauh terlibat dalam dunia perpolitikan setelah bertemu dengan tokoh-tokoh seperti Abdul Moeis dan Agus Salim.
Tinggal di Belanda mulai 1921, semangat berorganisasi dan berpolitik Bung Hatta tidaklah surut. Ia mulai mengikuti kelompok pergerakan di Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia), sebuah organisasi sosial yang kemudian menjadi wadah pergerakan setelah masuknya Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo di tahun 1913. Pada tahun 1923, Bung Hatta diangkat sebagai bendahara, ketika terjadi pergantian direksi Indische Vereeniging. Mantan Ketua Dr. Soetomo digantikan oleh Hermen Kartawisastra dan di saat bersamaan itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging (Perkumpulan Indonesia atau PI). Dalam forum yang sama, salah satu anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa sekarang kita mulai membangun Indonesia dan melenyapkan Hindia atau Hindia Belanda. Lebih lanjut, Hatta bahkan terpilih menjadi ketua PI selama empat tahun berturut-turut (1926-1930) yang juga menjadi alasan ia tak kunjung menyelesaikan studinya di Belanda.
Tahun 1927 Hatta bergabung dengan persatuan mahasiswa yang melawan imperialisme dan kolonialisme di Belanda, dan di sana ia berteman dengan Jawaharlal Nehru, seorang nasionalis India. Kegiatannya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap oleh pemerintah Belanda. Namun Hatta pada akhirnya bebas setelah menyampaikan pidato pembelaannya yang terkenal: “Indonesia Merdeka”.
Pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat Indonesia melalui proses pendidikan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Syahrir. Mereka (Belanda) mengasingkan Mohammad Hatta ke Digul lalu kemudian Banda Naira selama enam tahun.
Kejujuran dan Kesederhanaan Bung Hatta
Sepanjang menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Bung Hatta terkenal sebagai pemimpin yang sederhana dan jujur. Ia tak pernah memakai atau memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. Dia hanya menggunakan uang yang negara berikan kepadanya, dan itu adalah uangnya sendiri secara legal. Sebagai contoh kecil, tahun 1971 Bung Hatta dan keluaraga pergi berobat ke Belanda dan mampir ke Austria.
Baca juga: Biografi Buya Hamka, Penulis Novel “Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck”
Pulang dari sana, Bung Hatta meminta sekretaris pribadinya (Pak Wangsa Widjaja) untuk mengembalikan dana yang masih lebih kepada negara dengan catatan pengeluaran selama perjalanan dan sisanya. Namun, ditolak oleh bendahara Setneg. Pak Wangsa kemudian lapor kembali ke Bung Hatta bahwa uang itu sudah dikeluarkan oleh negara dan dianggap sah menjadi milik orang yang diberikan jadi tidak perlu dikembalikan, itu uang saku.
Dikutip dari buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya, Mendengar laporan tersebut Bung Hatta menegur Pak Wangsa dan berkata, “Kebutuhan rombongan dan saya sudah tercukupi, kalau masih ada sisanya yang tak terpakai itu wajib dikembalikan.” Kemudian kembalilah Pak Wangsa dengan rasa bingung dan mencari strategi supaya bendahara kepresidenan bersedia menerima pengembalian uang tersebut.
Selain jujur dan sederhana, Bung Hatta juga sosok yang konsisten. Selalu sama perkatan dan perbuatannya. Hal itu ditunjukkan ketika beliau menjadi anggota BPUPKI melalui sidang-sidang perumusan konsep negara Indonesia. Bung Hatta selalu memberikan sumbangsih pikiran yang luar biasa dalam hal kesejahteraan, ekonomi kerakyatan, dan kebebasan berpendapat. Sehingga beliau disebut sebagai bapak koperasi, kedaulatan rakyat, dan perumahan nasional. Hal itu berkat karya-karya yang Bung Hatta telah hasilkan selama ini.
Mundur dari Kursi Wakil Presiden
1 Desember 1956 melalui surat resmi setelah pelantikan dewan konstituante (DPR) Bung Hatta meletakkan jabatan wakil presiden. Sering banyak perbedaan pendapat dengan Bung Karno membuat Bung Hatta sedikit kecewa dengan langkah yang dilakukan oleh Bung Karno pada saat itu sehingga membuat Bung Hatta memilih mundur dari wakil presiden. Namun, perbedaan pendapat itu tidak menyulutkan kebencian satu sama lain. Itu terbukti ketika Bung Hatta sakit, Bung Karno menjenguk. Pun juga ketika Bung Karno sakit keras, Bung Hatta menjenguknya.
Banyak cerita tentang Bung Hatta, kisah perjuangan dan pemikiran sosok yang bersahaja dan kuat akan prinsip hidup. Kecintaanya terhadap bangsa Indonesia tertuang dalam konsep dan gagasan melalui karya-karyanya di antaranya Demokrasi Kita dan Mendayung di antara Dua Karang. 14 Maret 1980 beliau wafat. Bangsa Indonesia kehilangan 2 proklamator kemerdekaan. Pulangnya sang Dwi Tunggal menandakan berakhirnya perjuangannya. Namun, kisah-kisah dan sejarah yang telah diukir oleh Bung Hatta perlu kita ilhami untuk memajukan bangsa Indonesia yang kita cintai ini. Perjalanan hidup beliau juga bisa kita baca dengan banyaknya biografi Mohammad Hatta yang ditulis di buku-buku maupun di media-media lain.
Demikianlah biografi dan biodata Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia yang kita bisa jadikan teladan dalam kesederhanaan dan kejujurannya.
Referensi:
Hatta, M., Ridjal, F., & Swasono, S-E. (1992). Demokrasi kita, bebas aktif, ekonomi masa depan. UI Press.
Hatta, M. F., Hatta, G. R., & Hatta, H. N. (2015). Bung Hatta di mata tiga putrinya. Kompas Media Nusantara.
Hatta, M. (1976). Mendayung antara dua karang. Bulan Bintang.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi