Biografi Sapardi Djoko Damono, Legenda Puisi Indonesia – Berbicara tentang seorang penulis puisi, siapa sih penyair idola kalian? Salah satu penulis puisi legendaris Indonesia adalah Sapardi Djoko Damono. Siapa sih yang belum kenal dengan beliau? Setidaknya pasti kalian pernah membaca walaupun hanya satu puisi tulisan beliau. Sapardi Djoko Damono ini adalah salah satu ikon dunia sastra di Indonesia. Tapi beliau tidak hanya menulis puisi loh, beliau juga seorang penulis buku terkenal. Yuk kita berkenalan lebih jauh dengan sosok legenda puisi Indonesia ini!
Bersumber dari Ensiklopedia Sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono terkenal sebagai penyair, dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra. Sapardi Djoko Damono lahir di Solo Jawa Tengah, pada tanggal 20 Maret 1940. Beliau merupakan anak pertama dari Sadyoko dan Sapariadi. Beliau merupakan orang asli Solo, tepatnya di desa Ngadijayan. Dalam hal pendidikan beliau pernah kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurusan Sastra Inggris. Beliau juga pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, tahun 1970-1971. Tahun 1989 Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul “Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur”.
Beberapa penghargaan dan hadiah sastra pernah diterima Sapardi Djoko Damono atas prestasinya dalam menulis puisi. Tahun 1963 ia mendapat Hadiah Majalah Basis atas puisinya “Ballada Matinya Seorang Pemberontak”, tahun 1978 menerima penghargaan Cultural Award dari Pemerintah Australia, tahun 1983 memperoleh hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II untuk bukunya Sihir Hujan dari Malaysia, tahun 1984 mendapat hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya yang berjudul Perahu Kertas, dan masih banyak lagi. Tidak heran bukan jika beliau dijuluki sebagai “Legenda Puisi Indonesia” karena memang karya beliau yang luar biasa.
Baca juga: Biografi Mahatma Gandhi, “Bapak Bangsa” India yang Melawan Tanpa Kekerasan
Sayangnya, beliau telah berpulang ke rahmatullah pada Minggu, 19 Juli 2020 tepat di usia beliau yang ke-80 tahun. Tetapi, kita tetap bisa mengenang beliau lewat tulisan-tulisan indah ciptaannya. Beberapa puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal adalah Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Yang Fana adalah Waktu, dan Pada Suatu Hari Nanti. Berikut ini adalah salah satu puisi karangan Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Aku Ingin”.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sangat indah bukan? Uniknya saat ditanya soal inspirasi menulis puisi ini, beliau selalu bilang bahwa puisi itu ada dua komponen. Puisi itu adalah gambar dan puisi itu adalah bunyi, “Jadi ketika kita membaca puisi ada enggak gambaran itu. Karena puisi adalah kata-kata dan kata-kata itu pada hakikatnya adalah bunyi. Karena itu puisi adalah bunyi yang bisa menghasilkan gambar, ketika saya menuliskan Aku Ingin yang penting bagi saya bukan maknanya apa. Tetapi gambarnya itu lo. Ada kayu, ada api. Kayunya dibakar, dan jadi abu. Saya harus mikir mau diapain gambar ini. Ternyata menurut pikiran saya waktu itu percintaan yang begitu intim antara api dan kayu.” Hal ini dikutip dari Detiknews.
Bagi Sapardi Djoko Damono inspirasi dalam menulis itu bisa didapat dari mana saja, misalnya dari objek-objek yang ada di sekitar kita, atau suatu hal yang kita rasakan pada saat itu, dan masih banyak lagi. Beliau pernah berkata bahwa sajak favoritnya adalah sajak yang belum beliau tuliskan, karena jika beliau sudah menganggap sajak yang ditulisnya adalah sajak favoritnya, beliau tidak akan menulis lagi. Perkataan beliau ini juga bisa menjadi pesan untuk kita nih, bahwa kita harus tetap menulis, tetap berkarya, dan jangan cepat merasa puas sehingga kita terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Umi Kulzum Pratiwi Nora Putri