Biografi Rasyid Ridha, Pembaharu Islam dan Tafsir Al-Manar

Biografi Rasyid Ridha, Pembaharu Islam dan Tafsir Al-Manar – Rasyid Ridha dikenal sebagai pembaharu pemikiran Islam pada abad ke-19 dan ke-20. Lahir dengan nama lengkap Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Muhammad Syamsyuddin Al-Qolamuni pada tahun 1865 di desa Qalamun, Suriah, ia merupakan keturunan langsung dari Al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Pemikiran dan perjuangannya dalam bidang reformasi agama, pendidikan, dan tafsir Al-Qur’an meninggalkan warisan yang besar hingga saat ini. Dalam perjalanan hidupnya, Ridha banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh besar seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, yang memengaruhi visi dan ide-idenya mengenai pembaharuan Islam.

Profil/Biodata Rasyid Ridha

Nama LengkapMuhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Muhammad Syamsyuddin Al-Qolamuni
Tempat LahirQalamun, Suriah
Tahun Lahir1865
Riwayat PendidikanMadrasah tradisional di Al-Qalamun: Belajar menulis, berhitung, dan membaca Al-Quran. Madrasah Al-Wataniah Al-Islamiah, Tripoli: Melanjutkan pendidikan formal. Belajar kepada Muhammad Abduh, tokoh pembaharu Islam terkemuka.
Nama AyahAli Ridha
Nama IbuTidak banyak tercatat dalam sejarah
AgamaIslam (Sunni)
PekerjaanUlama, pemikir, penulis, editor majalah, pembaharu pemikiran Islam, dan penulis Tafsir Al-Manar
Wafat22 Agustus 1935 di Iskandariyah, Mesir

Biografi Rasyid Ridha

Latar Belakang Keluarga dan Rasyid Ridha

Rasyid Ridha tumbuh dalam lingkungan yang mendukung pendidikan dan pembelajaran. Ayahnya, Ali Ridha, adalah seorang yang memperhatikan pendidikan, sehingga Ridha sejak kecil telah dibimbing dalam membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Di desa kelahirannya, Qalamun, ia mulai menerima pendidikan dasar. Namun, untuk memperdalam ilmunya, Ridha melanjutkan pendidikan ke Madrasah Al-Wathoniyah Al-Islamiyah di Tripoli, yang didirikan oleh Syekh Al-Husain Al-Jisr, seorang ulama yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pemikirannya.

Di madrasah tersebut, Ridha banyak belajar tentang agama dan pemikiran Islam, yang membentuk dasar pemikiran pembaharuannya di kemudian hari. Selain itu, ia juga mempelajari bahasa Arab dan sejarah Islam secara mendalam, yang membuka jalan baginya untuk terlibat dalam gerakan pembaharuan.

Baca juga: Biografi Jamaluddin Al-Afghani, Keturunan Nabi & Pencetus Pan-Islamisme

Pengaruh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh

Perjalanan intelektual Rasyid Ridha sangat dipengaruhi oleh dua tokoh besar dalam dunia Islam, yakni Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Jamaluddin al-Afghani, seorang ulama dan reformis besar, dikenal karena perjuangannya dalam menyatukan umat Islam dan melawan dominasi kolonialisme Barat. Rasyid Ridha sangat terinspirasi oleh gagasan-gagasan al-Afghani mengenai pentingnya kesadaran politik dan sosial umat Islam serta penekanan pada pembaharuan dalam pemikiran Islam.

Meskipun Ridha memiliki keinginan untuk bergabung dengan al-Afghani di Istanbul, niat tersebut tidak terwujud. Namun, kesempatan datang ketika Muhammad Abduh, murid setia al-Afghani, dibuang ke Beirut oleh pemerintah Ottoman. Di sana, Ridha memanfaatkan waktu untuk mendalami pemikiran Abduh, yang akhirnya membentuk hubungan erat antara keduanya sebagai guru dan murid.

Baca juga: Biografi Muhammad Abduh: Pembaharu Pemikiran Islam

Majalah Al-Manar: Suara Pembaharuan Islam

Setelah pindah ke Kairo, Mesir, Rasyid Ridha menerbitkan majalah Al-Manar pada tahun 1889. Majalah ini menjadi alat utama untuk menyebarkan gagasan pembaharuan Islam, yang mendukung tafsir yang lebih rasional dan modern terhadap Al-Qur’an. Al-Manar terbit pertama kali seminggu sekali, namun seiring berjalannya waktu, majalah ini berubah menjadi terbitan bulanan dan menyebar luas ke seluruh dunia Islam.

Al-Manar menjadi wadah bagi Ridha untuk menyampaikan ide-ide pembaharuannya dalam berbagai aspek kehidupan Islam, termasuk politik, sosial, dan pendidikan. Melalui majalah ini, Ridha juga memperkenalkan tafsir yang lebih moderat dan membuka ruang bagi interpretasi baru terhadap teks-teks klasik Islam. Al-Manar juga menjadi sumber informasi yang berharga bagi umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Nusantara.

Tafsir Al-Manar: Karya Monumental

Salah satu karya monumental Rasyid Ridha adalah Tafsir Al-Manar, yang merupakan tafsir Al-Qur’an yang ditulisnya setelah melanjutkan karya gurunya, Muhammad Abduh. Gagasan utama dalam tafsir ini adalah penerapan prinsip-prinsip rasionalisme dan pemikiran modern dalam memahami wahyu Allah. Ridha tidak hanya fokus pada aspek keagamaan, tetapi juga memberikan perhatian besar pada aspek sosial dan politik dalam penafsiran Al-Qur’an.

Tafsir Al-Manar pertama kali diterbitkan dalam bentuk serial di majalah Al-Manar. Setelah wafatnya Abduh pada tahun 1905, Ridha melanjutkan penulisan tafsir ini dan menyelesaikannya dalam bentuk buku yang kemudian dikenal sebagai Tafsir Al-Manar. Tafsir ini tidak hanya mempengaruhi dunia Islam pada masanya, tetapi juga memberikan dampak yang besar bagi pemikiran Islam kontemporer.

Selain Tafsir Al-Manar, Ridha juga menulis Tafsir Al-Fatihah dan buku lainnya, seperti The Muhammad Revelations, yang membahas kehidupan dan wahyu Nabi Muhammad SAW. Karya-karya ini memperlihatkan betapa besar perhatian Ridha terhadap pemahaman yang lebih mendalam dan rasional tentang Islam.

Peran Majalah Al-Manar di Nusantara

Majalah Al-Manar tidak hanya berpengaruh di dunia Arab, tetapi juga di Nusantara. Para santri Indonesia yang belajar di Makkah dan menjadi bagian dari komunitas ulama di sana mengonsumsi majalah ini secara teratur. Dua tokoh penting dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari, juga terinspirasi oleh gagasan-gagasan yang disampaikan dalam majalah Al-Manar. KH. Ahmad Dahlan, yang kemudian mendirikan Muhammadiyah, dan KH. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), keduanya memperoleh banyak wawasan dari Al-Manar.

Pemikiran Rasyid Ridha melalui Al-Manar memperkenalkan ide-ide pembaharuan yang mendalam, yang kemudian membentuk wajah gerakan Islam modern di Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan dan sosial.

Akhir Hayat Rasyid Ridha

Rasyid Ridha menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Iskandariyah, Mesir, di mana ia terus mengabdikan diri untuk pembaharuan pemikiran Islam. Pada tahun 1935, setelah perjuangannya yang panjang, Ridha meninggal dunia. Meskipun ia telah wafat, pemikirannya tetap hidup dan berpengaruh dalam perkembangan Islam modern. Tafsir Al-Manar dan majalah Al-Manar tetap menjadi rujukan penting bagi para intelektual Muslim, dan gagasan-gagasannya tentang pembaharuan dalam Islam terus menginspirasi banyak orang hingga saat ini.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis