Biografi Cak Durasim, Legenda Kesenian Ludruk Sekaligus Tokoh Perlawanan Melalui Seni Pertunjukan

Biografi Cak Durasim

Biografi Cak Durasim, Legenda Kesenian Ludruk Sekaligus Tokoh Perlawanan Melalui Seni Pertunjukan – Seni dapat diibaratkan sebagai sebuah karya yang dapat merepresentasikan beragam hal dalam kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari rasa senang, sedih, kecewa, marah dan ekspresi lainnya. Melalui seni pula beberapa orang menyuarakan beragam gerakan atau kampanye yang memiliki tujuan masing-masing. Salah satu cabang seni yang seringkali menyuarakan hal tersebut adalah seni pertunjukan seperti teater. 

Berbicara mengenai salah satu seni teater tradisional yang ada di Indonesia, tentunya sebagian orang sudah mengetahui tentang kesenian ludruk. Kesenian teater tradisional khas Jawa Timur khususnya Kota Surabaya ini memang sudah sejak dahulu sangat populer sebagai seni pertunjukan yang mengedepankan kritik sosial dan gerakan perlawanan atas ketidakadilan. Salah satu tokoh legendaris dalam seni tradisional Ludruk adalah Gondo Durasim atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Durasim.

Biografi Cak Durasim

Kehidupan Pribadi dan Mendirikan Grup Ludruk Genteng

Gondo Durasim atau yang lebih akrab di masyarakat dengan nama Cak Durasim merupakan seniman ludruk yang cukup dikenal sebagai salah satu legenda kesenian di Jawa timur, khususnya di Kota Surabaya. Meskipun cukup terkenal dan identik dengan kota Surabaya, akan tetapi Cak Durasim ternyata lahir di Kota Jombang, Jawa Timur. Kota ini juga sekaligus menjadi kota kelahiran kesenian ludruk yang melegenda tersebut. Kurang diketahui secara pasti mengenai masa muda beliau karena kurangnya literasi yang menjelaskan perihal masa muda beliau membuat tidak diketahuinya kehidupan pribadi beliau secara rinci.

Baca juga: Biografi Usmar Ismail, Pahlawan Kebangkitan Perfilman Tanah Air

Di masa kolonial, dia kemudian berpindah ke Kota Surabaya setelah sebelumnya menjadi seniman keliling dari kampung ke kampung di area Jawa timur. Kemudian pada periode 1930-an dia berpindah ke Kota Surabaya dan mendirikan grup kesenian ludruk yang memiliki nama Ludruk Genteng. Akan tetapi, grup seni ludruk ini justru lebih dikenal dengan nama Ludruk Gondo Durasim yang merupakan representasi dari nama beliau yang merupakan pendiri sekaligus pemimin grup tersebut. Selama masa kolonial, beliau seringkali melakukan pertunjukan seni ludruk yang cukup revolusioner karena memberikan kritik melalui seni terhadap penguasa saat itu yang merupakan orang-orang kolonial.

Pelopor Seni Ludruk Revolusioner dan Tokoh Perlawanan Melalui Seni

Ketika mementaskan sebuah lakon dalam drama ludruk, Cak Durasim dan anggota keseniannya seringkali menyelipkan kampanye tentang persatuan bangsa dan nasionalisme yang dapat diterima khalayak umum pada saat itu. Bahkan, dia sempat diberi penghargaan oleh dr. Soetomo yakni pendiri Boedi Oetomo, sebagai pelopor pemanfaatan budaya rakyat demi kepentingan nasionalisme. 

Ludruk yang dipimpin oleh Cak Durasim kala itu benar-benar menjadi salah satu media propaganda nasionalisme yang sangat mudah diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Hal inilah yang membuat beberapa pementasan ludruk yang dilakukan oleh kelompok pimpinan Cak Durasim seringkali diawasi oleh Belanda. Bahkan, mereka juga sempat dilarang beraktivitas di beberapa kesempatan.

Memasuki zaman pendudukan militer Jepang di Indonesia, kesenian ludruk digunakan oleh pihak Jepang melalui lembaga propaganda untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi, Cak Durasim justru menciptakan sebuah kidungan yang cukup legendaris pada saat itu, yakni: 

Pegupon Omahe Doro, Melok Nippon Tambah Soro

Kidungan yang memiliki terjemahan harfiah “Pegupon itu rumahnya burung dara, ikut Nippon tambah susah”, kidungan ini memiliki makna sindiran yang menyiratkan di zaman kolonial saja nasib rakyat bumiputera sudah susah, di zaman Jepang makin susah lagi. Perlawanannya terhadap pihak Nippon melalui kesenian ludruk inilah yang membuatnya ditangkap oleh pihak Jepang dan dijebloskan ke penjara di Kalisosok yang dikenal sebagai salah satu penjara terkejam di zaman Jepang.

Baca juga: Biografi P. Ramlee, Seniman Agung Asal Malaysia

Akhir Hayat dan Warisan Seni

Setelah ditangkap oleh pihak Jepang dan dijebloskan dalam penjara, Cak Durasim kemudian menghembuskan nafasnya pada tahun 1944. Namun, ada pula kisah yang menyebutkan bahwa Cak Durasim tidak meninggal di dalam penjara, melainkan dibunuh oleh pihak Jepang ketika akan melakukan pementasan ludruk. Beliau kemudian dimakamkan di makam Islam daerah Tembok, Kota Surabaya.

Cak Durasim dianggap tidak hanya sebagai legenda kesenian ludruk di Jawa Timur. Namun, beliau juga menjadi inspirator bagi para seniman ludruk lainnya yang hingga hari ini menjadi kesenian tradisional yang penuh dengan nilai-nilai moral dan kritik terhadap para penguasa. Nama Cak Durasim juga diabadikan menjadi nama sebuah gedung pertunjukan dengan nama Gedung Budaya Cak Durasim yang berada di komplek Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) di Kota Surabaya.

Demikian biografi dari Cak Durasim, sang legenda kesenian Ludruk sekaligus tokoh yang melakukan perlawanan melalui seni pertunjukan.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi

Bagikan di:

Artikel dari Penulis