7 Makanan Khas Resign di Perkantoran Jakarta – Salah satu “adat” standar yang mesti diketahui orang-orang yang mau dan sedang bekerja di Jakarta adalah makan-makan saat resign atau selesai magang. Tentu, resign dengan cara yang baik-baik, ya. Kalau resign enggak baik-baik, akan sangat aneh jika ada makan-makannya.
Jika kamu seorang yang ingin selesai magang atau resign dari pekerjaan di Jakarta, saya akan memberikan rekomendasi beberapa kudapan yang biasa hadir dalam makan-makan saat resign atau selesai magang. Beragam kuliner ini bisa menjadi referensi kalian kelak ketika resign atau berhenti magang. Berikut adalah makanan khas resign di perkantoran Jakarta yang saya kumpulkan dari berbagai sumber terpercaya.
7 Makanan Khas Resign di Perkantoran Jakarta
1. Donat J.Co
Banyak yang mengakui bahwa rasa dari donat ini sangat lezat. Bukan cuma lezat, harga donut ini cukup terjangkau. Satu lusin donat ukuran reguler harganya mulai dari 93 ribu rupiah. Akan tetapi, kalau langsung beli dua lusin donat, harganya akan lebih murah, menjadi mulai dari 143 ribu rupiah. Ini termasuk “terjangkau” untuk ukuran UMP DKI Jakarta ya, bukan UMR Jogja.
Baca juga: Gaji UMK adalah Jackpot bagi Tenaga Pendidik (Guru)
2. Pizza Ukuran Jumbo
Makanan resign tentu saja harus berjumlah banyak sebab yang akan mengkonsumsi makanan tersebut adalah orang satu kantor. Minimal setiap orang di kantor bisa mencicipi makanan dari kalian.
Oleh karena itu, makanan yang lumrah menjadi menu makanan resign yaitu pizza dengan ukuran jumbo. Biasanya terdapat dua pilihan umum pizza untuk makanan resign. Pertama, Pizza Limo dari Pizza Hut dengan ukuran satu meter. Kedua, Henk Pizza dengan ukuran 42 inci yang mirip-mirip dengan ukuran sebuah televisi.
3. Martabak
Sebelum terjadi kesalahpahaman, saya perjelas maksud dari martabak dalam tulisan ini. Maksud dari martabak dalam tulisan ini adalah Kue Bandung (penyebutan di Semarang), martabak manis (penyebutan di Jabodetabek), dan terang bulan (penyebutan di wilayah Sulawesi dan sekitarnya). Sudah clear, ya ? Enggak perlu diperdebatkan lagi.
Ada beberapa alasan martabak menjadi pilihan untuk makanan resign. Seperti misalnya menjadi selera banyak orang dan mudah dicari dimana-mana. Selain itu, harganya juga cukup terjangkau.
4. Pisang Goreng Madu Bu Nanik
Secara tampilan sebenarnya Pisang Goreng Madu Bu Nanik sedikit berbeda dengan gambaran pisang goreng pada umumnya. Tampilan makanan ini cenderung kurang menarik dari warna dan bentuknya. Bahkan jika kamu pertama kali melihat kuliner ini, mungkin kamu akan mengira bahwa pisang ini adalah pisang gosong.
Akan tetapi, kalau sudah membahas rasa, cukup sulit untuk mencari tandingannya. Memang banyak produk pisang goreng madu selain buatan Bu Nanik, tapi saya rasa yang paling juara adalah pisang goreng madu milik Bu Nanik.
5. Roti Kukus Srikaya Tet Fai
Di Toko Roti Srikaya Tet Fai sebenarnya ada beberapa pilihan menu atau varian, seperti roti panggang dan roti goreng. Cuma yang menjadi menu primadona adalah roti kukus srikaya-nya. Karena menjadi primadona, roti tersebutlah yang lebih sering dijadikan makanan resign atau selesai magang.
6. Brownies Amanda
Selain cukup mudah untuk dicari. Alasan brownies amanda ini menjadi pilihan untuk makanan resign adalah awet dan tetap enak jika disimpan pada suhu dingin. Seperti ketika ditaruh di kulkas kantor. Biasanya makanan resign enggak langsung habis dalam sehari karena jumlahnya cukup banyak.
Baca juga: Jangan Menggigit Tangan yang Memberimu Makan, Apakah Masih Relevan?
7. Lapis Talas Bogor Sangkuriang
Buat sobat hemat, sepertinya kuliner ini yang paling cocok untuk dijadikan makanan khas resign. Harga satu lapis reguler mulai dari 35 ribu sampai 45 ribu saja. Keunggulan lain produk ini adalah varian rasanya yang cukup banyak.Itulah beberapa makanan khas resign atau selesai magang di Jakarta dan beberapa kota besar lain. Jika kelak kamu memutuskan untuk resign, di antara pilihan di atas, makanan apa yang menurutmu paling cocok dijadikan kudapan khas resign saat pelepasan kamu? Silahkan sampaikan pendapatmu pada kolom komentar di bawah ya.
Editor: Widya Kartikasari
Visual Designer: Al Afghani