5 Alasan Ketua Rohis Enggak Terlalu Populer – Saya akan menceritakan sedikit terkait ekskul rohis yang telah saya geluti sejak duduk di bangku SMP sampai SMA. Alasan saya cukup betah menjadi anak rohis sampai enam tahun lamanya adalah mager. Karena kegiatan ekskul lain lebih cenderung pada aktivitas fisik sedangkan rohis jarang sekali ada kegiatan fisik yang memerlukan tenaga ekstra.
Menjadi anggota rohis adalah suatu pengalaman yang enggak pernah terlupakan selama sekolah. Sebagai anggota rohis selama bertahun-tahun, saya melihat orang syang menjadi ketua rohis nasibnya cukup malang. Sebab capeknya menjadi ketua rohis itu sama dengan ketua ekskul lain, tapi jarang sekali ada siswa yang mengidolakannya. Enggak seperti ketua ekskul lain yang memiliki banyak fans dan sangat diidolakan oleh siswa-siswi, khususnya yang masih baru.
5 Alasan Ketua Rohis Enggak Terlalu Populer
Berikut beberapa alasan kenapa setiap ketua rohis di sekolah saya jarang diidolakan para siswa dari sudut pandang anggota rohis kawakan.
- Rohis bukan ekskul yang paling banyak anggotanya
Pertimbangan memilih ekskul saat sekolah hanya terpaku pada minat dan bakat masing-masing siswa. Nyaris enggak ada pengaruh senior atau guru sedikit pun terkait pemilihan ekskul seorang siswa.
Umumnya, minat dan bakat seorang siswa SMP atau SMA akan cenderung ke olahraga. Maka dari itu, ekskul yang paling banyak anggotanya adalah sepak bola/futsal, basket, voli, dan lain sebagainya. Jumlah anggota ekskulnya banyak bakal membuat sang ketua ekskul olahraga menjadi bahan perbincangan oleh banyak orang khususnya siswa baru.
Sedangkan ekskul rohis di sekolah saya memiliki anggota yang cukup sedikit, sehingga ketuanya jarang menjadi buah bibir siswa lain. Saya rasa mayoritas rohis sekolah lain di zaman saya merasakan hal yang sama. Beberapa kali saya dan sebagian anggota rohis yang lain bersilaturahmi dengan rohis di sekolah tetangga. Mereka memiliki nasib kurang lebih sama, yaitu sama-sama memiliki anggota yang sedikit.
- Dianggap kurang maskulin
Banyak siswi yang kagum kepada seorang ketua ekskul karena bisa menampakkan sisi maskulinitas dan kegagahannya. Biasanya, ketua ekskul yang dapat menampakkan kedua sisi tersebut berasal dari ekskul olahraga, pramuka, maupun paskibra.
Pada dasarnya, beberapa ekskul tersebut memang didominasi aktivitas fisik. Sedangkan ketua rohis sangat sulit terlihat maskulin dan gagah. Paling mentok cuma dicap sebagai anak soleh saja.
Kegiatan-kegiatan rohis umumnya hanya di seputaran lingkungan masjid atau musala saja. Mulai dari membersihkan masjid/musala sekolah, siraman rohani, sampai belajar band tabok (marawis atau rebana). Beberapa kegiatan tersebut rasanya sulit untuk memunculkan sisi maskulinitas dan kegagahan seorang laki-laki.
- Kurang populer
Di sekolah saya dulu, hanya ada tiga jenis siswa yang sangat populer dan diingat oleh seluruh orang di sekolah. Pertama adalah siswa nakal, kedua siswa berprestasi secara akademik, dan terakhir adalah siswa berprestasi di bidang olahraga. Ketua rohis nyaris enggak masuk dalam tiga kategori siswa tersebut.
Sedangkan ketua ekskul lain, misal basket atau bola, biasanya punya prestasi di bidang olahraga dan ketua ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja) memiliki prestasi akademik. Jika ketua rohis maksa menjadi anak nakal demi masuk kategori anak populer, bakalan malu sama kegiatan tiap minggunya yaitu main band tabok.
- Enggak punya wadah untuk show off
Pasca ujian semester, sekolah saya selalu melaksanakan perlombaan class meeting. Beberapa pertandingan yang kerap dilombakan adalah futsal dan basket. Meskipun hadiahnya kecil, tensi perlombaan selalu tinggi karena para siswa yang bermain membawa nama baik kelasnya masing-masing.
Class meeting adalah suatu wadah yang tepat untuk show off para ketua ekskul olahraga seperti futsal dan basket. Di sana mereka biasa menampilkan kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Sedangkan ketua rohis kurang bisa ambil bagian dalam kegiatan yang menarik perhatian banyak siswa ini. Ketua rohis cuma bisa sedikit unjuk gigi saat Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) saja, itu pun kesempatannya minim karena jarang dapat panggung dan mayoritas siswa kurang bergairah mengikuti acara PHBI.
- Tujuannya akhirat bukan duniawi
Segala harta benda, jabatan, dan ketenaran duniawi itu enggak akan dibawa mati. Mungkin itu prinsip yang dipegang oleh seorang ketua rohis selama menjabat sehingga dia enggak mementingkan dirinya untuk eksis dan diidolakan para siswa lain. Tujuan utamanya mungkin cuma satu, yaitu menghidupkan kegiatan masjid atau musala sekolah agar semakin enak dan nyaman untuk digunakan ibadah oleh seluruh siswa dan guru.
Begitu sekiranya hal-hal yang melatarbelakangi kurang diidolakannya ketua rohis ketimbang ketua ekskul lain. Enggak apa-apa enggak diidolakan siswa lain, yang penting ketika ulangan mata pelajaran agama enggak pernah remedial.
Editor: Widya Kartikasari
Visual Designer: Al Afghani