Biografi Chrisye, Percik Pesona Kesederhanaan Sang Maestro – Chrisye, salah satu legenda musik Indonesia yang memiliki suara halus dengan beberapa albumnya masuk dalam daftar 150 album terbaik Indonesia menurut Rolling Stones Indonesia. Bahkan lima lagu Chrisye juga masuk ke dalam daftar majalah Rolling Stones tahun 2009. Banyak penghargaan yang lain juga dianugerahkan kepada Chrisye. Untuk mengenal beliau lebih jauh, mari simak biografi Chrisye berikut ini.
Biodata Chrisye
Nama | Christian Rahadi |
Tempat, Tanggal Lahir | Jakarta, 16 September 1949 |
Nama Ayah | Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang) |
Nama Ibu | Hanna Rahadi (Khoe Hian Eng) |
Istri | Damayanti Noor |
Pekerjaan | Musisi |
Wafat | 30 Maret 2007 |
Biografi Chrisye
Kehidupan Awal
Memiliki nama lengkap Christian Rahadi dan berganti nama menjadi Chrismansyah Rahadi sebab pada tahun 1982 menjadi mualaf dan memiliki nama panggung Chrisye. Lahir pada Jumat, 16 September 1949 di Jakarta dari pasangan Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang), seorang pengusaha keturunan Tionghoa Betawi, dan Hanna Rahadi (Khoe Hian Eng), seorang ibu rumah tangga keturunan Tionghoa Sunda. Dia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Setelah menghabiskan masa kecilnya di Jalan Talang dekat Menteng, Jakarta Pusat, keluarganya pindah ke Jalan Pegangsaan (Menteng) pada tahun 1954.
Baca juga: Biografi Iwan Fals, the Living Legend
Saat bersekolah di SD GIKI, Chrisye berteman dengan anak-anak keluarga Nasution yang merupakan tetangganya. Dia paling mengenal Bamid Gaur, yang sering bermain bulu tangkis dan layang-layang bersama. Dia juga mulai mendengarkan rekaman ayahnya pada waktu yang hampir bersamaan; dia bernyanyi bersama dengan lagu-lagu dari Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole dan Dean Martin. Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Chrisye bersekolah di SMPK III Diponegoro.
Saat Chrisye masih duduk di bangku SMA PSKD Menteng, The Beatles datang ke Indonesia. Hal ini membuat Chrisye tertarik pada musik. Menanggapi keinginan Chrisye untuk bermusik, ayahnya mendukung dengan membelikan sebuah gitar. Chrisye memilih gitar bass karena menurutnya itu adalah gitar yang paling mudah dipelajari. Seiring waktu, Chrisye mulai mengisi acara musik di sekolah.
Karir dan Karya
Beberapa jurnalis menyebut Chrisye sebagai penyanyi “legendaris”. Pada tahun 2007, majalah Rolling Stone Indonesia menobatkan album Badai Pasti Berlalu sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Tiga album solo Chrisye juga masuk dalam daftar, diantaranya adalah Sabda Alam, Puspa Indah, dan Resesi.
Seorang penulis majalah Gatra menggambarkan gaya Chrisye sebagai “kaku” dan hanya sedikit mengeluarkan gerakan. Chrisye memilih pakaiannya sendiri dan terkadang mencoba desain dengan warna baru. Dalam video musiknya, dia lebih suka memakai satu jenis pakaian saja. Dia bahkan hanya ingin berubah jika dia jatuh ke dalam selokan.
Menurut Asosiasi Industri Rekaman Indonesia, album Badai Pasti Berlalu tahun 1977 adalah album Indonesia terlaris kedua dengan terjual sembilan juta keping dari tahun 1977 hingga 1993. Pada tahun 1990, video musik “Pergilah Kasih” ditayangkan sebagai klip Indonesia pertama di MTV Hong Kong. Klip “Sendiri Lagi” terpilih sebagai Best Indonesian Clip Ever di Ajang Video Musik Indonesia.
Baca juga: Biografi Jason Ranti, Musikus Indie yang Unik dan Penuh Tafsir
Chrisye menerima tiga Penghargaan BASF, yang diadakan oleh produsen kaset BASF hingga pertengahan 1990-an, untuk album terlaris; Yang pertama didapatkan untuk “Sendiri” pada tahun 1985, yang kedua untuk “Jumpa Pertama” pada tahun 1988, dan yang terakhir untuk “Pergilah Kasih” pada tahun 1989. Chrisye juga menerima BASF Lifetime Achievement Award 1994 atas kontribusinya di dunia musik Indonesia; di tahun yang sama beliau juga menerima penghargaan sebagai penyanyi rekaman terbaik.
Masuk tahun 2005, Chrisye jatuh sakit. Beliau mengidap kanker paru-paru. Masuk keluar rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Walaupun tahun 2006 kondisi Chrisye membaik dan bisa membuat dua album kompilasi. Namun, awal 2007 kondisinya memburuk hingga 30 Maret 2007 Chrisye menghembuskan nafas terakhir.
Begitu banyak karya dan menjadikan Chrisye sebagai musisi papan atas, tidak membuat Chrisye hidup bermewah-mewahan. Chrisye adalah pria sederhana. Menurut Aciu Widjaja mantan Presiden Musica Studio, suatu cerita ketika Chrisye dan beberapa orang lainnya bepergian ke luar negeri, hanya Chrisye yang tidak menyukai pakaian mewah atau restoran kelas dunia; Sebaliknya, dia makan di restoran sederhana. Bahkan sampai setelah menikah, Chrisye sering makan di warung tenda. Chrisye memang sosok yang low profile, namun karyanya membuat semua orang kagum. Tak heran jika seorang jurnalis senior Alberthiene Endah menulis dua biografi Chrisye. Pertama, Chrisye: Sebuah memoar musikal tahun 2007 yang menceritakan masa kecil, karier, dan perjuangannya melawan kanker. Yang kedua, The Last Words of Chrisye, diterbitkan pada tahun 2010 dan berkisah tentang masa lalu Chrisye.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani