Jika Tidak Terlalu Penting Jangan Telepon di Tengah Malam – Seringkali saya terbangun di malam hari akibat suara dering dari ponsel. Suara tersebut bukan alarm melainkan telepon lebih tepatnya panggilan WhatsApp. Saya memang tidak mematikan data seluler ketika mau tidur, data seluler tersebut tetap menyala hingga pagi. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Karena biasanya saya sulit untuk tidur, jadi harus memutar musik di Spotify dan tentu itu memerlukan data seluler.
Memutar lagu pun tidak langsung membuat saya tidur, tetapi membutuhkan waktu satu jam baru bisa tertidur. Baru beberapa menit tertidur, suara panggilan WhatsApp berbunyi. Saya pun langsung tersentak kaget dan langsung mengangkatnya. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menelepon.
Jadi saya itu tipe orang yang jarang sekali teleponan sama teman, apalagi teleponan sama pacar. Karena saya tidak punya pacar. Ketika kemudian ponsel berbunyi, panggilan WhatsApp di tengah malam saat sedang tertidur. Naluri saya mendorong untuk mengangkatnya, karena penasaran siapa tahu bersifat penting. Tetapi setelah diangkat, ternyata saya dikerjain.
Baca juga: Duka Abadi Mahasiswa Organisasi: Di-ghosting sampai Pontang-Panting Sendiri
Itulah yang akan menjadi pembahasan pada tulisan saya kali ini, mengenai teman-teman yang jailnya minta ampun.
Sebut saja namanya Sijem (nama samaran), ia kawan saya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Kami jarang berkomunikasi, istilahnya hanya saling save nomor saja. Malam itu malam Senin. Setelah menikmati seporsi soto, saya memutuskan untuk pulang ke kost, menyalakan musik dan merebahkan diri di kasur.
Tetapi saya belum ngantuk padahal badan terasa capek. Karena baru saja pulang dari Bogor ada kegiatan. Jam di dinding menunjukkan pukul 23.30 dan saya berusaha untuk tidur. Karena esok harinya saya harus kuliah dan ada ujian juga. Akhirnya saya mulai mengantuk lalu tertidur.
Kemudian ponsel berbunyi karena panggilan WhatsApp, saya pun langsung bangun dan mengangkatnya. “Assalamu’alaikum”, sang penelepon mengucapkan salam. Saya yang familiar dengan suara tersebut dalam hati berkata “Kok tumben Sijem menelpon saya, malam-malam begini.”
“Wa’alaikumussalam, iya ada apa yah?” jawab saya saat itu. “Gimana kabar kamu?” tanya Sijem. “Alhamdulillah baik” jawab saya. Sijem pun langsung menutup panggilan WhatsApp.
Setelah lihat jam, ternyata sudah jam 12 malam. Saya yang tadinya ngantuk, enggak jadi ngantuk. Untuk mengatasi kegabutan, saya pun melihat status WhatsApp. Ternyata di statusnya Sijem, ia sedang main Uno. Dugaan saya Sijem kalah dan tantangannya adalah menelepon saya.
Selanjutnya saya konfirmasi via chat WhatsApp, ternyata dugaan saya benar. Seketika itu juga keluar kata-kata dari mulut saya “Anjir.” Gara-gara hal itu saya harus begadang semalaman suntuk. Ditambah lagi kipas angin kamar saya tiba-tiba rusak, lengkap sudah begadang sambil gerah-gerahan.
Sama halnya dengan Sijem, kawan saya yang satunya lagi bernama Caty (nama samaran). Saya dan Caty teman satu organisasi, seringkali kami saling cekcok perihal pelaksanaan program kerja. Waktu itu ada kegiatan ngopi di warkop teman-teman satu organisasi, termasuk Caty. Tetapi saya tidak ikut karena saya sedang ada kesibukan lain.
Baca juga: Tipe-Tipe Orang dalam Organisasi, Kamu yang Mana?
Persis pukul 12 malam, sedang enak-enaknya tidur. Ponsel berbunyi panggilan WhatsApp. Saya pun langsung mengangkatnya, tanpa memperhatikan nama yang tertera di layar. Begitu penelepon mengucapkan “Assalamu’alaikum”, saya langsung faham bahwa itu suara Caty. Karena menjawab salam hukumnya wajib, maka saya pun menjawab “Wa’alaikumussalam”.
“Malik gimana kabarnya kamu?” tanya Caty. “Alhamdulillah baik,” jawab saya. Kemudian langsung dimatikan panggilan WhatsApp nya sama Caty. Seketika saya langsung dibuat kesal, karena berarti saya harus begadang lagi. Ketika kemudian saya ngechat dia “Ada apa sih telepon? apakah ada hal penting?”, chat saya malah tidak dibalasnya.
Sebenarnya masih banyak lagi teman yang ngerjain saya di tengah malam dengan cara menelepon. Bukan hanya Sijem dan Caty. Entah apa motif mereka melakukan hal tersebut, apa karena mentang-mentang saya jomblo kali yah? Hehehe.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Illustrator: Salman Al Farisi