Beorganisasi tapi Suka Ngrasani – Sahabat Kapito.Id, semoga kita senantiasa dalam keadaan sehat dan gembira selalu, terutama sehatnya hati dan sehatnya dompet yang menjadi nilai menuju kebahagian sejati.
Beberapa pekan ini penulis sedang menemukan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh para aktivis kampus yang menurut kaca mata kami termasuk yang agaknya berlebihan. Dan akhirnya penulis tertarik mengungkap hal itu dalam sebuah coretan yang gak penting dan tidak terlalu manfaat.
Aktivis kampus yang merupakan para pegiat organisasi di kampus sejatinya memiliki aktivitas berlebih dibanding mahasiswa lainnya. Betapa tidak, di saat teman-temannya sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang semakin hari semakin banyak, para aktivis ini malah menjadi penghuni tetap warkop pojok kampus. Bahkan disaat mahasiswa biasa sudah mulai kembali ke kos atau rumahnya masing-masing ketika malam datang, para aktivis kampus ini masih saja berada di warkop yang sama dengan narasi yang sama. Katanya sedang membahas perkembangan organisasi. Meski penulis tidak sepenuhnya yakin, karena kebanyakan mereka malah lebih sibuk dengan hape miringnya masing-masing. Atau bahkan ada sebagian yang lain sedang membuat konten dalam sebuah platform media sosial, sebut saja tiktok yang memang menjadi aktivitas kekinian mahasiswa ketika sedang berada di sebuah warung kopi. Dan hal itu dikerjakan hampir setiap hari. Selain itu, beberapa di antara mereka ada yang lebih suka ngrasani (gibah/menggunjing) saudaranya sesama aktivis yang mereka anggap tidak sesuai dengan jalan pikiran mereka. Sialnya, ngrasani-nya secara berjamaah, Opo gak pegel jane…
Baik, sebelum lebih lanjut membahas aktivitas para aktivis kampus, penulis ingin sedikit mengurai tentang makna sebuah organisasi dan bagaimana sejatinya kita berorganisasi. Wah seru ini kayaknya.
Menurut KBBI, organisasi memiliki beberapa arti, yaitu: kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu; dan kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Kata organisasi sendiri berasal dari kata “organ” yang merujuk pada organ tubuh manusia, dimana otak, tangan, kaki dan segenap organ tubuh satu sama lain mampu bergerak dengan koordinasi dan perintah yang dikirim dari otak. Sehingga dapat dipahami bahwa kegiatan organisasi adalah kegiatan yang membutuhkan koordinasi, komunikasi, beserta pembagian peran dan tugas untuk mencapai tujuan tertentu dengan perintah yang terarah.
Islam menganjurkan organisasi untuk hal yang baik, terlebih untuk kemaslahatan umat dan masyarakat. Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2:
… و تعاونوا على البرّ و التقوى و لا تعاونوا على الإثم و العدوان…
… Dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan…
Dalam ilmu sharaf, kata “ta’aawanu” berasal dari kata “ta’aawun” setiap kata dalam bahasa Arab yang memiliki bentuk asal “tafaa’ul” memiliki beberapa makna pokok yang salah satunya adalah “saling”. Seperti kata “tawaashau” dalam surat Al-Ashr ayat 3 :
… إلا الذين آمنوا و عملوا الصالحات و تواصوا بالحق و تواصوا بالصبر…
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.
Sehingga menunjukkan bahwa adanya interaksi dua arah dalam ayat di atas, yang mampu dimaknai sebagai kegiatan koordinasi yang berdasarkan komunikasi antar orang-orang yang memiliki satu tujuan, baik kebaikan dan ketaqwaan (yang dianjurkan) atau dosa dan permusuhan (yang terlarang). Dan dalam ushul fiqih, kata perintah dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa hukumnya adalah wajib.
Dari dalil di atas tentu menjadi seorang aktivis kampus sangatlah dianjurkan dalam Islam. Bagaimana di dalam berorganisasi kita akan menjadi pribadi yang terbiasa berbuat baik, melakukan sesuatu secara berjamaah, dan ha-hal positif lain tentunya.
Sahabat Kapito, kembali ke pembahasan aktivis kampus yang suka gibah/ngrasani teman- temannya. Temuan penulis mereka yang suka ngrasani ini cenderung ditujukan kepada pimpinan di atasnya karena dianggap melakukan program kerja yang tidak penting, atau tidak sesuai dengan keinginannya. Yang kemudian hal demikian ini dijadikan bahan pergunjingan sesama peserta ngopi dan akhirnya menimbulkan kesan-kesan negatif bagi organisasinya sendiri. Melihat dalil yang ada diatas sejatinya, kita janganlah kemudian ngrasani sesama aktivis di satu organisasi. Ada langkah lain yang barangkali masih bisa dilakukan. Misalnya adalah membangun komunikasi antar pimpinan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang tepat tadi. Bukan malah membuat gaduh dengan ngrasani di mana-mana yang sejatinya malah akan menimbulkan masalah-masalah baru di dalam organisasi yang sedang diperjuangkan bersama ini. Selanjutnya, penulis berharap kepada seluruh aktivis kampus pegiat organisasi yang budiman, untuk bersama-sama seluruh elemen dalam satu organisasinya untuk bersatu-padu, berjalan bersama-sama mewujudkan tujuan organisasinya. Berjalan beriringan, saling mengisi kekurangan untuk membesarkan organisasi, serta melebarkan sayap dakwah organisasinya.