Wahai Penjoki dan Pengguna Joki Tugas, Bertobatlah!

Wahai Penjoki dan Pengguna Joki Tugas, Bertobatlah! – Belakangan ini, banyak mahasiswa yang menggunakan jasa joki untuk menyelesaikan tugas kuliah. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Journal of Academic Ethics, dari 1.081 mahasiswa yang disurvei di Indonesia, sekitar 6.75% mahasiswa melaporkan telah terlibat dalam kegiatan penjoki tugas atau contract cheating. Miris. Kadang, saya bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ini fenomena baru atau sudah ada sejak lama? Pertanyaannya, jika mahasiswa yang menggunakan joki untuk tugas, lalu untuk apa kuliah? Saya kesulitan mendamaikan logika yang sungsang ini. Anda ingin kuliah, tetapi saat kuliah, Anda malah menggunakan joki untuk mengerjakan semua tugas kuliah. Lalu tujuan kuliah Anda apa? “Absurd!” kalau kata Albert Camus.

Saya sendiri sudah 6 tahun menjajaki dunia perkuliahan. Mulai dari S1 silam dan sekarang tengah menyelesaikan studi S2. Dulu, sempat terlintas di pikiran saya, mungkin wajar saja S1 menggunakan joki untuk tugas. Akan tetapi, sampai sekarang sudah S2 saja, fenomena ini tidak kerap hilang. Saya menyaksikan sendiri teman-teman yang sedang melanjutkan studi S2 menggunakan joki untuk tugasnya, bahkan menjadi penjoki tugas. Hal ini membuat saya resah melihat fenomena tidak sehat ini karena praktik ini jelas tidak sehat dari segi apa pun. Saya berani berdebat soal ini.

Baca juga: Banyak Mahasiswa Mager, Joki Skripsi Makin Seger!

Apakah mengerjakan tugas kuliah itu susah? Padahal, tugas kuliah itu tidak ribet, gampang, bahkan bagi sang amatiran. Ini alasannya.

Padahal Sudah Ada Ai

Zaman sudah maju. Tidak hanya maju, tapi pesat sekali. Semua bisa melihat dengan mata telanjang bahwa kemunculan AI sudah tidak terelakkan. Meskipun ada kontroversi di kalangan akademisi, itu hal lain. Yang jelas, beberapa kampus memperbolehkan dengan syarat tertentu. Bahkan, tidak jarang beberapa kampus justru mengadakan seminar terkait pemanfaatan AI. 

Anda bisa memanfaatkan AI untuk mengerjakan tugas kuliah. Simple, bukan? Ini zaman bukan seperti zaman pra-socrates. Bukan zaman kenabian yang susah sekali mencari rujukan, baik tulisan atau bahan. Tidak perlu memakan waktu berbulan-bulan untuk mencari rujukan. 

Tidak ada ide? Tanyakan saja dengan AI. Ada beberapa AI yang cukup valid. Meskipun perlu di-cross-check kembali. Kalian ingin cepat untuk membuat latar belakang? Ada Poe.com. Kalian ingin membuat presentasi? Ada Gamma App. Dapat tugas merangkum video di Youtube, tetapi malas mendengarkannya karena panjang dan ingin cepat? Ada Skipit.AI. Kalian malas ngetik? Manfaatkan fitur Google Docs. Kalian bingung stagnasi ide untuk mengerjakan tugas? Tanyakan semua ke ChatGPT, Bard AI, Bing AI. Semua AI ini tersedia 24 jam. Tanyakan apa pun, pasti akan dijawab. Apa susahnya buat tugas? Masih males? 

Dosen Bahkan Tidak Mengecek Detail Tugas Kuliah

Kedua, dosen kalian tidak mengecek secara detail tugas mahasiswa. Dosen bukan reviewer jurnal Scopus atau reviewer penerbit buku mayor yang memperhatikan kata per kata. Tidak. Asal tugasmu siap, itu sudah cukup. Meskipun hasil tugas tersebut berantakan dan tidak sesuai harapan dosen. Jika dosen menerapkan idealismenya pada mahasiswa, mungkin tidak ada mahasiswa yang lulus tepat waktu di dunia perkuliahan. Dosen Anda bukan Rocky Gerung. Jadi, apa susahnya mengerjakan tugas?

Baca juga: Joki Skripsi dan Sekaratnya Dunia Kampus

Temanmu Juga Tidak Peduli Jika Tugasmu Jelek

Terlebih lagi, teman-teman kalian bahkan tidak peduli jika hasil tugas kalian bagus atau jelek banget. Saya pernah melihat beberapa tugas teman saya yang masih berantakan. Kadang antar kalimat tidak nyambung. Terkadang typo-nya banyak syekali. Kadang tidak rapi. It’s oke. Itu tidak masalah. Setidaknya, itu adalah hasil jerih payah mereka mengerjakan sendiri tanpa bantuan joki. Sebagai teman saya bersyukur. Lagian, kuliah bukan tempat saling menjatuhkan. Kerjakan saja tugas kuliah, seberapa pun hasilnya. Asal anti joki-joki. Beres. 

Malu, deh, sama Orang Tua yang Nguliahin

Hal yang terpenting adalah rasa malu orang tua. Bayangkan jika orang tua tahu. Orang tua menghabiskan uang banyak untuk anaknya agar bisa kuliah menggapai cita-citanya, tetapi anaknya justru menggunakan joki untuk mengerjakan tugas. Kalau saya pribadi malu. Malu pakai banget. Orang tua rela mandi keringat, minum pun air keringat, tetapi anaknya hadeh… Tobat, deh, jokiin tugas.

Penjoki Mesti Tobat

Nah, ini tidak kalah penting. Maraknya pembahasan tentang penjoki tugas melebihi perbincangan saham kripto. Penjoki juga mesti segera tobat. Melansir kumparan,com, ahli pidana dari Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Mudzakir pernah mengatakan bahwa joki tugas (baik paper, jurnal, skripsi, tesis, bahkan disertasi atau lainnya) jelas melanggar kode etik akademis. Sanksinya tidak ringan. Penjoki dan pengguna jasa joki adalah maling akademis. Saya tidak pandang bulu, baik teman, saudara, pacar saya, siap-siap tersindir dengan tulisan ini. Mungkin tulisan ini tidak bisa mengubah masalah ini di Indonesia. Akan tetapi, sebagai seseorang yang akan melanjutkan karir di dunia akademisi, idealisme seperti ini penting dipaku mati. Tidak nego-nego. 

Jadi, penjoki mesti tobat, deh!Sebenarnya, tidak susah untuk mengerjakan tugas kuliah, termasuk tugas akhir. Tidak sesusah yang kalian bayangkan. Akan tetapi, yang jelas mesti sabar, percaya proses. Memang zaman begitu cepat bergerak, tetapi jangan pula kita menjadi manusia yang dalam ilmu sosial disebut high speed modernity. Dunia yang serba instan. Dunia telah menyediakan segala perkembangan teknologi informasi yang pesat untuk memudahkan kalian. Kalian masih tetap butuh joki tugas? Perbanyak istighfar. Banyak-banyak bertobat pada Tuhan. Jika terasa capek kuliah, ingat ada orang tua yang jauh lebih capek menguliahkan kalian sebagai anaknya agar bisa mencapai cita-cita. Penjoki dan tukang joki, bertobatlah! Jika setelah tulisan ini tayang masih tetap begitu (menjadi joki dan menggunakan joki) mending putus kuliah saja sekalian. Itu lebih terhormat.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis