Ikut Ormawa Itu Sama Seperti Naik Transportasi Umum

Ikut Ormawa

Ikut Ormawa Itu Sama Seperti Naik Transportasi Umum – Selain salah masuk jurusan, mahasiswa baru (maba) rawan juga salah masuk ormawa. Terlebih, banyak sekali pilihan ormawa di kampus. Ada ormawa intra kampus, mulai dari tingkatan jurusan, fakultas, sampai universitas. Ada pula ormawa ekstra kampus, seperti HMI, PMII, dan IMM.

Kejadian salah masuk ormawa, memang jamak dialami oleh maba. Baik maba yang berkuliah di PTN, maupun PTS. Hal itu cukup wajar. Mengingat, situasi kampus jauh berbeda dengan situasi yang ada di sekolah. 

Sebagai mantan mahasiswa si paling organisatoris. Saya punya sedikit tips, cara ikut ormawa yang benar, versi saya pribadi. Cara ini bekerja dengan baik. Minimal pada diri saya sendiri.

Menurut saya, ikut ormawa itu sama seperti naik transportasi umum. Bingung ya? Kenapa saya menyamakan ikut ormawa dengan naik transportasi umum? Sini, biar saya jelaskan maksud saya.

  • Harus Tau Tujuan Akhirnya

Sebelum naik transportasi umum, tentu penumpang sudah tau dong tujuan akhirnya ke mana. Bahkan, kalau sering ke tujuan akhir tersebut, biasanya sudah hafal rute-rutenya. Misal ketika naik BRT, ke tujuan tertentu. Pasti sudah tau halte apa saja yang dilewati.

Begitu juga ketika ikut ormawa. Sejak awal, maba harus punya tujuan ketika ikut ormawa. Kalau tanpa tujuan, kelak hasil ikut ormawa, cuma dapat capeknya saja. Selain itu, maba juga perlu menyusun rute atau step by step, agar bisa mencapai tujuan masuk ormawa.

  • Cari Transportasi Umum yang Sesuai Tujuan

Biasanya, orang naik transportasi umum yang searah dengan tempat yang ingin dituju. Tapi, ada loh orang yang naik transportasi umum tanpa tau tujuannya ke mana. Alasannya pengen nyobain aja, gimana rasanya naik transportasi tersebut. Contoh terdekat dalam hidup saya, ketika KRL baru-baru sampai ke Cikarang. Saat itu, beberapa orang di sekitar saya, ada yang naik KRL cuma karena fomo saja.

Ketika ikut ormawa, maba harus tau tujuan ormawa tersebut. Sesuai atau enggak dengan tujuan maba. Jangan pernah masuk ormawa karena ikut-ikutan orang lain. Yang ada, nanti si maba malah akan “kesasar”.

  • Jangan Pilih Transportasi Umum Berdasarkan Tampilannya Saja

Ospek adalah waktu yang paling tepat bagi ormawa untuk memperkenalkan diri ke maba. Makanya saat ospek, biasanya ormawa telah “bersolek”. Supaya banyak maba yang tertarik. Dan akhirnya bisa masuk ke ormawa tersebut.

Saran saya bagi maba, sebaiknya jangan pilih ormawa dari tampilannya saja. Karena yang terlihat bagus di luar. Belum tentu bagus di dalamnya. Kalau dalam lirik lagu Souljah, tak selalu yang bersinar itu indah.

Seperti pertimbangan pertama saat naik transportasi umum, yaitu sesuai atau dekat dengan tempat tujuan. Bukan bagus-bagusan tampilan dari transportasi umum. Percuma kalau bagus tapi enggak sampai tempat tujuan.

  • Yakin dengan Pengemudi Transportasi Umum

Ketika naik bus, apakah pernah terbesit dalam pikiran untuk mempertanyakan kemampuan pengemudinya? Mungkin, ada penumpang yang pernah berpikir seperti itu. Tapi, saya rasa sangat jarang. Mayoritas penumpang yakin dengan keahlian mengemudi sang supir. 

Terlebih, jika PO bus yang dinaiki, sudah berpengalaman dan berkualitas. Mesti, kita langsung percaya kepada kemampuan supirnya. Tanpa perlu tau orangnya. Bahkan, enggak tau tampang supirnya sama sekali.

Sama seperti di ormawa. Sejak pertama kali masuk, maba seharusnya sudah tau karakter dan kemampuan para penggerak roda organisasi. Kalau belum tau, sebaiknya dicari tau dan didalami. Daripada maba naik dalam transportasi umum yang “pengemudinya” ugal-ugalan. Yang dapat menyebabkan resiko “kecelakaannya” semakin tinggi.

  • Berani untuk Turun jika Salah Jalan

Saat pertama kali naik TransJakarta ke tujuan tertentu. Terkadang, seseorang mengalami kesasar. Atau minimal salah pilih trayek/koridor. Ketika seseorang tersebut sadar kalau dirinya kesasar atau salah trayek, dia harus berani turun dan mencari TransJakarta yang sesuai tujuannya.

Sama halnya dengan di ormawa. Ketika maba sadar, tujuannya sudah enggak sesuai atau enggak bisa dicapai di ormawa. Sebaiknya maba segera berhenti atau keluar dari ormawa. Kalau diteruskan aktif di ormawa, malah membuat semakin “tersesat” nantinya.

  • Menikmati Ketidaknyamanan Selama Perjalanan

Jujur, transportasi umum di Indonesia itu masih banyak kekurangannya. Sekali pun itu kereta api. Yang kerap digadang-gadang, memiliki pelayanan terbaik. Kekurangan tersebut, yang membuat penumpang biasanya enggak nyaman dalam perjalanan.

Tapi, penumpang harus membiasakan diri dengan ketidaknyamanan tersebut. Minimal sampai tempat yang ingin dituju. Agar tujuan perjalanan si penumpang dapat tercapai.

Begitu pula di ormawa. Ketika maba tau tujuan akhir ikut ormawa. Maba harus siap dengan proses selama aktif di ormawa, yang kerap bikin enggak nyaman atau kecapean. Supaya tujuan akhir tersebut, dapat tercapai.

  • Biasa aja Kalau ada Penumpang yang Turun

Namanya transportasi umum, ada penumpang yang naik, ada juga yang turun. Itu hal lumrah saat naik transportasi umum. Enggak ada penumpang yang enggak turun-turun saat naik transportasi umum. Bahkan, pengemudi transportasi umum juga bakal turun, saat waktu kerjanya selesai.

Seharusnya, seluruh anggota ormawa juga begitu. Membiasakan diri ketika ada anggotanya yang tiba-tiba keluar, enggak perlu drama. Mungkin dia sudah enggak sejalan dengan organisasi. Atau sudah sampai pada tujuan akhirnya. 

  • Tau Kapan Harus Turun

Kamu pernah merasa nyaman banget saat naik transportasi? Kalau pernah tingkat nyamannya sampai gimana? Soalnya, saya pernah terlalu nyaman naik transportasi umum. Sampai enggak sadar, kalau tujuan akhir saya sudah terlewat.

Kalau di ormawa, ada jenis mahasiswa yang telanjur nyaman berproses di organisasi. Sampai melupakan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Padahal, dia harusnya sudah selesai berproses di ormawa. Dan, harus segera merampungkan studinya.

Benarkan apa yang saya bilang? Ikut ormawa itu sama seperti naik transportasi umum. Semoga tips ini berguna bagi kamu yang mau atau sedang ikut ormawa.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani

Bagikan di:

Artikel dari Penulis