Pro-Kontra Sterilisasi Kucing dan Anjing untuk Kontrol Populasi

sterilisasi Kucing anjing

Pro-Kontra Sterilisasi Kucing dan Anjing untuk Kontrol Populasi – Pembahasan mengenai sterilisasi atau kebiri terhadap kucing dan anjing tentunya masih akan terus bergulir hingga beberapa waktu ke depan. Hal ini masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ini disebabkan karena ada sebagian masyarakat yang setuju terhadap proses sterilisasi kucing maupun anjing, khususnya yang berada di jalanan. 

Namun, sebagian orang berpendapat pengebirian atau sterilisasi terhadap kucing dan anjing tersebut merupakan penghilangan hak berkembang biak bagi makhluk hidup. Bahkan, tidak jarang pula ada beberapa anggapan ekstrim yang menyamakan bagaimana jika manusia dikebiri saja untuk mengurangi populasi? Tentu semua pendapat tersebut memiliki beragam acuan mengenai pro dan kontra dari proses kebiri terhadap hewan-hewan ini. Lazimnya, yang cukup sering ditemui di Indonesia adalah kucing jalanan.

Pengebirian Kucing dan Anjing Jalanan untuk Kontrol Populasi

Hingga saat ini tidak ada jumlah pasti berapa ekor kucing dan anjing yang terdapat di jalanan di seluruh dunia. Hewab liar ini memang cukup susah untuk dideteksi jumlahnya. Namun, diprediksi ada jutaan kucing dan anjing yang berkeliaran di jalanan. Hal ini cukup wajar mengingat kedua hewan tersebut memang cukup cepat untuk bereproduksi. 

Jumlah kucing dan anjing di jalanan yang kian banyak tentunya dapat menimbulkan permasalah baru. Mulai dari overpopulasi, masalah higienitas lingkungan, hingga yang cukup ekstrim bisa pula mengganggu rantai makanan.

Beberapa tahun yang lalu, Australia sempat mencanangkan rencana pemusnahan 2 juta ekor kucing jalanan. Hal ini dilakukan karena dianggap sebagai hama di negara tersebut. Rencana tersebut tentunya menimbulkan aksi keras dari berbagai kalangan, khususnya para pecinta hewan peliharaan. 

Pemerintah Australia berpendapat bahwa kucing-kucing liar menjadi penyebab dari hilangnya beberapa spesies satwa asli Australia dalam beberapa dekade terakhir. Belum lagi kucing-kucing liar tersebut memang bukanlah hewan asli Australia. Kucing-kucing ini merupakan hewan peliharaan yang dibawa oleh para pendatang sejak puluhan tahun lalu.

Sejatinya, membeludaknya populasi kucing dan anjing di jalanan yang tidak terkontrol adalah dapat mempengaruhi rantai ekosistem di suatu wilayah. Jumlah kucing dan anjing yang terlalu berlebihan tentunya dapat mengganggu aktiv,itas makhluk hidup lainnya, terutama kegiatan manusia. Jadi, alasan pemerintah Australia untuk memusnahkan jutaan kucing di jalanan tersebut cukup masuk akal. Meskipun memang tidak dipungkiri cara yang diambil cukup ekstrim.

Cara sterilisasi dianggap sebagai salah satu cara kontrol populasi hewan di jalanan yang cukup berperikehewanan daripada harus membunuh secara langsung. Inilah salah satu faktor kampanye bagi sebagian orang terhadap sterilisasi atau kebiri terhadap hewan-hewan di jalanan, khususnya kucing dan anjing. Apabila tidak dilakukan pengontrolan, dikhawatirkan akan terjadi ledakan populasi dalam tahun-tahun berikutnya.

Kebiri Memiliki Beragam Manfaat Bagi Kucing dan Anjing

Selain berdampak terhadap kontrol populasi, proses sterilisasi ataupun kebiri tentunya memiliki beberapa manfaat lain. Salah satunya adalah hewan dianggap lebih sehat dan tidak mudah terserang stres akibat birahi setelah melakukan proses kebiri atau sterilisasi. Umumnya, kucing atau anjing yang sedang birahi menjadi mudah stress apabila sedang ingin kawin. Hal inilah yang membuat beberapa kucing atau anjing tersebut menjadi lebih agresif.

Hewan-hewan memang cenderung akan sedikit lebih agresif dan dapat menyerang manusia apabila sedang birahi. Selain itu, sterilisasi juga dapat menekan jumlah penyebaran penyakit yang mungkin bisa ditularkan dari hewan satu ataupun ke hewan lainnya. Belum lagi risiko beberapa penyakit juga dapat menular ke manusia karena populasi hewan-hewan jalanan tersebut yang kurang terkontrol. Meskipun memiliki beragam nilai positif, permasalah sterilisasi terhadap kucing maupun anjing akan selalu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Editor: Widya Kartikasari

Bagikan di:

Artikel dari Penulis