Biografi Boyan Slat, CEO dan Penemu Alat Pembersih Lautan

Biografi Boyan Slat

Biografi Boyan Slat, CEO dan Penemu Alat Pembersih Lautan – Boyan Slat lahir pada 27 Juli 1994 di Delft, Belanda. Sejak kecil, Boyan Slat tertarik untuk membangun berbagai hal, seperti rumah pohon, zip wire, hingga kemudian berkembang ke hal-hal yang lebih besar. Saat berumur 3 tahun, ia tertarik dengan roket. Pada 9 Juni 2009, Slat mencatat rekor Most Water Rockets Launch Simultaneously di Guinness World Record dengan menyelenggarakan peluncuran 213 roket air secara bersamaan di lapangan olahraga Delft University of Technology, Belanda.

Ketertarikan pada permasalahan sampah di lautan berawal di tahun 2011, Boyan Slat yang berusia 16 tahun sedang menyelam di Yunani dan terkejut melihat lebih banyak plastik daripada ikan. Setelah menggali lebih dalam tentang masalah polusi plastik, ia menemukan bahwa tidak ada yang melakukan upaya serius untuk menangani masalah ini.

Saat di sekolah menengah, melalui proyek sains sekolah, ia mempelajari permasalahan sampah di lautan dan meneliti mengapa pembersihan sampah di lautan dianggap tidak mungkin untuk dilakukan. Hasilnya, ia menemukan bahwa pembersihan sampah menggunakan kapal dan jaring akan memakan waktu ribuan tahun, biaya yang sangat besar, berbahaya bagi kehidupan laut, dan menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar. Proyek ini mengarah pada konsep pembersihan secara pasif. Slat menggagaskan cara pembersihan tumpukan sampah di lautan dengan memanfaatkan arus laut dan membiarkannya menjadi kekuatan pendorong dalam penangkapan sampah plastik. Dengan cara ini, ia menyatakan bahwa lautan bisa membersihkan sampah dengan sendirinya dan dalam jangka waktu yang lebih singkat. Plastik yang terumpul dapat didaur ulang dan dibuat menjadi produk, atau bahkann minyak. Proyek ini mendapat penghargaan Best Technical Design dari Delft University of Technology.

Baca juga: Biografi Osamu Dazai, Seorang Sastrawan Sekaligus Pecandu Bunuh Diri

Pada tahun 2012, setelah lulus SMA, Slat menjabarkan idenya pertama kali di TEDx Talks di Delft pada tahun 2012. Awalnya, idenya tidak banyak menarik perhatian. Slat juga baru saja mulai belajar Teknik Aerospace di TU Delft (Delft University of Technology) sembari terus mengembangkan konsepnya.

The Ocean Cleanup

Pada 2013, Boyan Slat mendirikan dan menjadi CEO The Ocean Cleanup, organisasi nirlaba yang mengembangkan sistem canggih untuk membersihkan plastik di lautan. Sebagai CEO, Boyan mengawasi jalannya organisasi baik dari sisi operasional, penelitian, serta teknik mesin (engineering). Selain memimpin tim, Boyan juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk penelitian dan engineering, di mana ia ikut menulis beberapa jurnal ilmiah dan beberapa paten.

Pada 3 Juni 2014, The Ocean Cleanup menerbitkan studi kelayakan setebal 528 halaman tentang potensi proyek yang meliputi bidang-bidang termasuk engineering, oseanografi, dan daur ulang. Berdasarkan pengujian ekstensif, simulasi komputer, dan ditulis oleh 70 ilmuwan dan insinyur; laporan ini juga menjawab banyak pertanyaan yang dilontarkan kepadanya oleh para kritikus. Bersamaan dengan ini, The Ocean Cleanup mengumpulkan US$2,2 juta melalui kampanye pendanaan massal dengan bantuan 38.000 investor dari 160 negara.

Fokus utama TOC adalah untuk membersihkan tumpukan sampah di lautan Pasifik atau yang disebut Great Pacific Garbage Patch (GPGP) yang merupakan area laut dimana sampah plastik yang berasal dari daratan sekitar Pasifik terkumpul, termasuk Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.   

Setelah melakukan ekspedisi, uji coba, dan banyak iterasi desain, pada 8 September 2018 sistem pembersihan laut pertama di dunia, System 001, dirilis dari San Francisco. Namun, ternyata System 001 tidak dapat menahan plastik secara efektif dan mengalami kerusakan teknis yang menyebabkan bagian sepanjang 18 meter putus pada satu titik. Pada 2 Oktober 2019, System 001/B, yang merupakan desain ulang dari Sistem 001, berhasil menangkap plastik. Misi pertama ini (System 001 & System 001/B) berhasil mengangkut sampah plastik sebanyak 60 kantong besar ke daratan pada 12 Desember 2019. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsep yang digagas Boyan terbukti mampu “menangkap” sampah plastik.

Pada 24 Oktober 2020, Boyan Slat mempresentasikan produk kacamata yang merupakan produk pertama hasil daur ulang dari “panen” sampah di lautan pada tahun 2019 dengan sistem 001. Kacamata ini dirancang di California oleh Yves Béhar dan dibuat di Italia oleh Safilo. TOC memperkirakan sepasang kacamata ini sama dengan membersihkan area yang setara dengan 24 lapangan sepak bola Great Pacific Garbage Patch. 100% dari hasil penjualan kacamata ini akan digunakan untuk operasi pembersihan lanjutan. TOC bekerja sama dengan DNV GL, lembaga klasifikasi internasional, untuk memverifikasi plastik yang telah dibawa dari laut.

Untuk mencapai tujuan pengurangan 90% plastik laut terapung pada tahun 2040, sistem yang berskala lebih besar, operasional, dan strategi teknologi yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi pembersihan lautan. Dengan pengetahuan dan data dari operasi System 001 dan System 001/B, TOC memformulasikan System 002.

Setelah melakukan uji coba sejak 31 Juli 2021, The Ocean Cleanup mengumumkan bahwa System 002 yang juga disebut JENNY terbukti bekerja dengan baik. Pada 12 November 2021, System 002 kembali beroperasi, dan memanen total sampah plastik sebanyak 3345kg pada 22 September 2021.

Selain membersihkan lautan dari plastik, diperlukan pula upaya menghentikan plastik baru memasuki lautanuntuk menutup keran. Pada 26 Oktober 2019, Boyan Slat mempesentikan Interceptor kepada dunia, di Rotterdam, Belanda. Dalam paparannya, Slat mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa 1.000 sungai paling berpolusi bertanggung jawab atas sekitar 80% polusi plastik dunia, cara kerja Interceptor, serta langkah selanjutnya. Interceptor merupakan sistem seperti tongkang yang 100% bertenaga surya, mengumpulkan plastik secara mandiri, dan mampu beroperasi di sebagian besar sungai paling berpolusi di dunia.

Dengan riset tentang kecepatan aliran, lebar sungai, keberadaan “hotline” plastik , lalu lintas, kedekatan dengan delta, dan sebagainya; The Ocean Cleanup bekerja sama dengan pemerintah dan operator lokal untuk membantu menentukan lokasi terbaik penangkapan sampah paling efektif dan paling sedikit mengganggu lalu lintas kapal di sungai. Pada pertengahan 2020, Interceptor pertama (Interceptor 001) beroperasi di Sungai Cengkareng, Jakarta, Indonesia. Menyusul Interceptor 002 di Sungai Klang Selangor, Malaysia; dan Interceptor 004 di Rio Ozama, Santo Domingo, Dominican Republic.

Penghargaan Boyan Slat

Penghargaan The Ocean Cleanup

Illustrator: Umi Kulzum Pratiwi Nora Putri

Bagikan di:

Artikel dari Penulis