Fitur Story di Media Sosial: Alat Pencitraan Diri dan Penipuan bagi Publik – Fungsi media semakin meluas sesuai dengan kemajuan dan berbagai fitur terbaru kebutuhan manusia. akhir-akhir ini manusia fana yang aktif di media sosial memiliki kecenderungan “kecanduan status” atau yang dikenal dengan istilah story. Bagi orang-orang tertentu, memaknai dan mendayagunakan story dapat berbeda-beda sesuai latar belakang. Bisa saja story merupakan hal penting bagi kepentingan sosial mengingat dirinya adalah public figure atau tokoh nasional. Atau golongan orang-orang yang memang menginginkan dirinya menjadi pusat perhatian orang lain.
Media sosial menjelma sebagai suatu sistem kamuflase global, yang kemudian dijadikan penilaian seseorang sebagai objek untuk mengetahui kepribadian orang lain. Hal itu dikarenakan manusia selalu menyimpulkan sesuatu dari apa yang sering dilihatnya, akan tetapi malas memaknai dan belajar lebih dalam dari apa yang terlihat itu. Maka tak jarang manusia modern bersifat konsumtif dan pragmatis terhadap apapun yang ada di sekitarnya.
Anehnya, beberapa dari orang amat gemar memberi makanan publik (khususnya dalam jangka teman medsos) tentang kegiatan sehari-hari, kepentingan personal, agenda penting atau bahkan rencana pribadi yang harusnya orang tak perlu tahu itu. Karena pada dasarnya kegiatan maupun rencana anda adalah tujuan anda pribadi, orang-orang hanya perlu anda suguhi manfaat atau hasil saja. Ibarat seorang bayi, anda baru “merencanakan” melangkah saja sudah anda publikasikan, selangkah sudah di-storykan. Seakan kegiatan dan tujuan anda tergantung pada komentar dan respon orang lain.
Baca juga: Jangan Ngeyel, Ini yang Bisa Kita Pelajari dari Kecerobohan Mengikuti Challenge Add Yours
Kalau anda sudah yakin dengan apa yang anda perbuat, jalani dan rahasiakan rencana anda karena yang mampu merestuinya adalah Tuhan. Mintalah doa pada orang tua anda dan orang terdekat anda, cukup. Kalau anda kecanduan men-storykan kegiatan anda, anda akan tergantung pada perhatian dan respon orang lain. Anda tidak bisa bebas dan tidak akan sampai pada tujuan karena respon orang lain pun tak selalu baik.
Lagi pula, bukankah media adalah alat penipuan paling ampuh di era ini? Coba renungkan, anda akan memposting kegiatan yang sering anda lakukan hanya sebatas yang terbaik saja kan? Juga anda ingin mendapat respon yang baik dari orang-orang kan? Kalau benar demikian, anda keliru memposisikan sosial media dan orang lain sebagai sumber primer usaha anda. Anda harus merdeka dan mandiri terhadap diri anda sendiri.
Menipu melalui media sosial itu gampang, anda tinggal membuat postingan atau story tentang politik, pasti anda akan dianggap ahli politik. Anda kutip quote Bahasa Arab pasti sudah dikira alim. Anda membuat story cuci piring saja bahkan bisa dianggap jago memasak, karena manusia selalu bias dalam hal-hal yang mereka tangkap.
Akhir-akhir ini memang banyak dari kita seakan diatur oleh media, oleh ke-viralan sesuatu yang ada di dunia maya. Tak sadar kita semua dikendalikan oleh hal-hal yang kita tonton setiap hari. Padahal media juga tak sepenuhnya benar, ada kepentingan-kepentingan lain yang ada di sana. Mengambil istilah yang dikutip dari tulisan Emha Ainun Nadjib, “kita harus berdaulat atas diri kita sendiri dan sesekali berusaha untuk khataman kehidupan sebagai upaya mengevaluasi dan menyelesaikan peran kita sebagai manusia yang seutuhnya”. Saran dari penulis, unggahlah story yang biasa-biasa saja, yang lucu-lucu saja, juga dengan jumlah yang normal saja. Jangan terlalu serius dan berharap orang lain akan memuji anda atas sesuatu yang telah anda lakukan. Saat Anda membuat story yang bagus, keren, dan penuh prestasi, pujian itu akan menjadi penyakit. Anda juga tidak perlu mengumbar kekesalan, keresahan, dan keluhan-keluhan di story sosmed anda, karena yang berurusan dengan itu adalah dirimu sendiri.