Mengapa Submit ke Jurnal Ilmiah Harus Bayar? Mari Saya Jelaskan – Bagi mahasiswa yang sudah pernah melakukan penelitian baik itu skripsi, tesis, atau mengikuti seminar, mungkin sudah familiar dengan artikel ilmiah dan jurnal ilmiah. Merupakan hal yang lumrah bagi seorang akademisi untuk menulis artikel ilmiah dan mengunggahnya ke salah satu jurnal ilmiah nasional ataupun internasional. Selain untuk publikasi hasil penelitian, mengunggah artikel ilmiah juga merupakan bentuk portofolio seorang akademisi. Jadi bukan hanya programmer dan desainer saja yang memiliki portofolio, akademisi juga. Namun, untuk submit ke jurnal ilmiah apalagi yang memiliki reputasi akan merogoh dompet dan biasanya memberatkan kalangan mahasiswa yang masih kere.
Lantas kenapa harus bayar? Kan kita yang submit, kita yang nulis, kita yang neliti, ambil data, dan tetek bengek sampai artikel siap dipublikasi. Nah, mari saya jelaskan untuk apa biaya tersebut. Namun sebelum itu, saya akan menjelaskan apa itu jurnal ilmiah.
Jurnal ilmiah sendiri bisa dibilang tempat penyimpanan dan tempat publikasi dari artikel-artikel ilmiah. Kalau dicari padanannya mungkin penerbit buku. Ibaratkan artikel ilmiah itu buku, maka jurnal adalah penerbitnya. Sama halnya dengan penerbit buku yang mengurus pendaftaran ISBN di perpustakaan nasional, jurnal juga mengurus pendaftaran DOI artikel agar memiliki Id secara online.
Baca juga: Apa itu Sinta dan Scopus dalam Jurnal Ilmiah
Lantas kalau hanya itu kenapa bisa biayanya sampai jutaan untuk submit 1 artikel saja? Tenang, saya jelaskan lebih lanjut. Saya akan berikan daftar alasannya menurut versi saya.
1. Jurnal Ilmiah Adalah Bisnis
Diakui atau tidak, pendidikan sendiri merupakan bisnis saat ini. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan akan ikut menjadi bisnis, seperti seragam, alat praktikum, buku, dan pastinya artikel ilmiah. Mari kita kerucutkan ke arah buku dan artikel ilmiah saja, karena keduanya hampir sama.
Saat akan menerbitkan buku, tentu penulis akan dimintai biaya penanganan. Maka dalam artikel ilmiah juga begitu. Bedanya mungkin untuk artikel ilmiah lebih mahal, setahu saya minimal sekitar 500 ribuan untuk jurnal nasional yang serius (banyak yang asal biasanya gratis). Selain itu, penerbit buku juga akan menjual buku dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya cetak karena memang ini adalah bisnis. Hal ini juga terjadi pada jurnal-jurnal ilmiah selaku penerbit dari artikel ilmiah. Namun, masih banyak juga jurnal yang memberikan akses gratis pada seluruh artikelnya atau biasa disebut open access journal.
Baca juga: Cara Penulisan Daftar Pustaka dengan APA Style
Selain itu, dalam penerbitan buku juga ada proses editing yang melibatkan pekerjaan jasa. Dalam jurnal ilmiah juga ada, bahkan ada reviewer yang biasanya orang-orang S2 atau S3 sekaligus proses editing saat finalisasi sebelum diterbitkan. Yang namanya jasa harus ada bayarannya, upload doang gak mau bayarin memangnya kamu lagi memperbudak? Gak mau direview? Yasudah bikin website sendiri sana.
2. Biaya Perawatan Website Jurnal
Jurnal ilmiah itu sifatnya online dalam bentuk website. Nah, kalau sudah berurusan dengan website, pastilah ada domain dan hosting yang disewa agar website dapat diakses. Dari beberapa penyedia hosting dan domain yang saya tahu, biaya termurah setiap tahunnya adalah 700 ribu rupiah sudah termasuk domain. Tetapi yang standar dengan kecepatan yang bagus biasanya masih berkisar 1 juta pertahunnya.
3. Pendaftaran DOI (Digital Object Identifier)
Untuk kalian yang pernah membaca artikel ilmiah tentunya tahu DOI. Biasanya akan diberi sebuah link di artikel tersebut, contohnya seperti ini https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9. Lantas apa sebenarnya DOI itu sendiri? DOI adalah akronim dari “Digital Object Identifier” yang diartikan sebagai pengidentifikasi digital dari sebuah objek atau “digital identifier of an object” menurut Organisasi Standarisasi Internasional (ISO). Penjelasan lengkapnya, DOI adalah pengidentifikasi persisten (bersinambung) yang digunakan untuk mengidentifikasi objek secara unik dan tentunya telah distandarisasi oleh ISO.
Nah, biaya untuk bisa mendapatkan DOI itu lumayan mahal. Jurnal harus memiliki DOI juga agar berhak mendaftarkan DOI artikelnya. Langganan pertahunnya di salah satu agensi resmi pendaftaran DOI Crossref minimal adalah 275 USD atau sekitar 3,92 juta rupiah. Belum lagi untuk setiap artikel yang didaftarkan DOI, jurnal harus membayar 1 USD atau sekitar 14 ribu rupiah.
Maka jika diakumulasi, biaya yang sudah pasti dikeluarkan oleh pihak jurnal pertahunnya sekitar 5 juta belum pembayaran jasa para reviewer dan editor. Sehingga wajar saja submit artikel ilmiah harus membayar pada pihak jurnal. Semakin besar pendapatan jurnal, maka semakin besar pula yang harus dikeluarkan pertahunnya.
Nah, itulah alasan mengapa submit jurnal ilmiah itu bayar.
Baca juga: Tips Menulis Karya Ilmiah Populer
Tips Memperkecil Biaya Untuk Kalian Mahasiswa Kere
Saya beri tips untuk yang ingin submit artikel tapi dana tipis. Submit di jurnal jurusan milik kampus kalian sendiri, insyaallah gratissss. Kalau tidak mau di jurnal jurusan (mungkin karena ecek-ecek sekali jurnalnya) coba cari teman S2 atau dosen, tapi harus ikhlas menulis mereka sebagai penulis utama, nanti bisa gratis juga karena dosen biasanya akan diganti oleh pihak kampus untuk biaya submit artikel ilmiah. Ada juga cara lain, carilah jurnal-jurnal baru yang masih memberi promo gratisan atau promo diskon harga dengan ketentuan-ketentuan khusus, tapi harus bergerilya mencarinya ya.
Nah untuk cara yang terakhir, saya ada 2 jurnal SiLeT dan SiPoSE bisa kalian cek biayanya. Kalau mau gratis hubungi saya lewat ig atau email lalu pasang nama saya di penulis utama hahahaha. Yaa saya memang calon-calon kapitalis. Sekian dari saya, terima kasih.