4 Alasan Enggak Perlu Jadi Panitia Ospek – Baru-baru ini media sosial ramai memperbincangkan ospek yang dibalut perpeloncoan di salah satu PTN di provinsi Banten. Salah satu bentuk perploncoannya adalah menjemur maba di siang bolong sampai sore hari. Saya rasa wajar netizen geram pada perbuatan perpeloncoan tersebut sebab hal itu memang sudah enggak relevan lagi di zaman sekarang.
Setiap ada berita terkait kampus pasti bakal menarik memori saya kembali pada kenang-kenangan manis selama berkuliah. Meskipun ospek yang saya jalani sangat jauh dari kata perpeloncoan apalagi kekerasan, tapi masa itu cukup menyenangkan untuk dikenang.
Salah satu hal yang paling menarik dari kegiatan ospek adalah melihat para senior yang lantang dan berani ketika di depan podium sehingga membuat banyak maba ingin memiliki jabatan seperti senior tersebut, misalnya Presiden BEM, Ketua Senat, Ketua Himpunan Mahasiswa, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebelum jauh berpikir sampai menjadi seorang “pejabat” ormawa, para maba harus melalui langkah awal terlebih dahulu, yaitu menjadi panitia ospek.
Jujur, sejak menjadi maba saya sama sekali enggak tertarik untuk menjadi panitia ospek apalagi memiliki “jabatan” di ormawa. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi keengganan saya untuk menjadi panitia ospek kampus.
- Harus siap siaga sejak pagi dalam jangka waktu tertentu
Biasanya maba diwajibkan datang paling lambat jam tujuh pagi untuk mengikuti acara ospek. Bahkan ada beberapa kampus yang mewajibkan maba untuk datang jam enam pagi atau sebelumnya untuk mengikuti acara ospek. Jika maba saja diwajibkan untuk masuk sepagi itu, sudah barang tentu panitianya bakal datang lebih pagi lagi.
Bangun pagi membuat saya males banget jadi panitia acara ospek, terlebih jangka waktunya bukan hanya sehari atau dua hari saja, tapi minimal satu minggu. Meskipun saya bisa bangun pagi untuk melaksanakan salat subuh, tapi selepas shalat biasanya saya langsung melanjutkan tidur lagi. Makanya, ketika kuliah pagi, saya kerap kali terlambat bahkan pernah enggak mandi agar enggak terlalu telat masuk kelas. Untuk urusan masuk kuliah pagi saja saya kerap terlambat, apalagi disuruh ngurusin ospek yang berangkatnya bisa lebih pagi dari kuliah. Bisa jadi berantakan itu ospek.
- Capek banget
Kita semua yang pernah mengikuti kegiatan ospek pasti tau bahwa kegiatan tersebut sangat menguras tenaga. Terlepas dari ada atau tidak adanya aktivitas fisik yang berupa hukuman dari panitia, ospek tetap sangat melelahkan.
Kita yang pernah menjadi peserta saja mengalami kelelahan, apalagi para panitia. Mereka yang jadi panitia pasti datang lebih pagi dan pulang lebih sore ketimbang peserta ospek. Makanya, daripada jadi panitia ospek yang bikin badan capek-capek, mending turu ra resiko.
- Khawatir disangka mau modusin maba
Kadang saya pernah berandai-andai menjadi panitia ospek ketika masih menjadi mahasiswa. Namun, ada risiko yang mungkin akan saya tanggung ketika menjadi panitia. Resiko tersebut adalah disangka modusin maba jika harus mendampingi suatu kelompok maba selama ospek. Ketika saya merasa dekat dengan laki-laki maupun perempuan, saya kerap memberikan perhatian yang berlebihan terhadap orang lain. Terlebih dengan kondisi tampang saya yang jauh dari kata rupawan dan nyaris dikategorikan buruk rupa, pasti banyak maba yang bakal enggak nyaman dengan bentuk perhatian yang saya berikan untuk suatu kelompok maba atau individu maba itu sendiri. Mungkin kalau saya gudluking, bentuk perhatian saya bakal sedikit termaafkan atau bahkan membuat kesengsem maba.
- Enggak tekun ngemong orang sakit
Acara ospek yang padat merayap dalam jangka waktu minimal satu minggu bisa membuat stamina dan kebugaran tubuh maba akan terus menurun setiap harinya. Oleh karena itu, ada beberapa maba yang sampai pingsan bahkan sakit saat mengikuti ospek.
Jujur dalam urusan ini saya kurang bisa untuk “ngemong” orang lain (bukan anggota keluarga) yang sedang mengalami kurang enak badan atau sakit. Terkadang saya lambat bergerak untuk menyadari kondisi seseorang yang sedang kurang fit. Dengan kebiasaan seperti itu, saya khawatir mahasiswa yang saya dampingi malah banyak yang sakit atau pingsan sebelum saya mengambil suatu tindakan pencegahan.
Begitu sekiranya hal-hal yang membuat saya enggak pengen untuk jadi panitia ospek. Selain itu, kesempatan untuk menjadi panitia ospek juga enggak pernah benar-benar datang kepada saya. Di dalam kampus, saya nyaris enggak berperan aktif dalam kegiatan perpolitikan kampus yang dapat melenggangkan saya menjadi pengurus BEM yang berperan aktif dalam setiap kegiatan mahasiswa termasuk ospek.
Editor: Widya Kartikasari
Visual Designer: Al Afghani