Jangan Mengultuskan Senior, Mereka Bukan Dewa!

Jangan Mengultuskan Senior, Mereka Bukan Dewa! – Kata senior tentu tidak asing bagi kita. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris dan digunakan untuk mengategorikan seseorang atau kelompok yang lebih tua atau lebih berpengalaman. Di lingkungan kampus, kata senior biasanya merujuk pada mereka yang memiliki lebih banyak pengalaman, seperti dosen, mahasiswa, atau tenaga pendidik.

Menurut saya, tidak ada yang salah dengan penggunaan kata senior. Namun, dalam kenyataannya, istilah ini sering kali memiliki konotasi negatif, terutama ketika merujuk pada mahasiswa senior, yang kerap diasosiasikan sebagai abang-abangan kampus.

Masalahnya, istilah senior sering kali justru merujuk kepada orang dengan sifat angkuh, gila hormat, dan haus validasi dari orang lain, khususnya dari junior atau adik tingkat. Senior-senior kampus modelan ini, kadang cukup meresahkan bagi junior. Mereka minta dihormati, suka marah-marah enggak jelas, dan selalu menyalahkan junior yang dianggap tidak memiliki attitude yang baik.

Baca juga: Mari Ubah Kata Senior Menjadi “Señor, Señora, Señorita” Demi Keberlangsungan Organisasi

Lebih parah lagi, jika mereka memiliki jabatan di organisasi kampus, perilaku semena-mena terhadap junior semakin menjadi-jadi. Tidak jarang mereka menggunakan posisinya untuk menggoda junior perempuan dengan alasan seperti, “Kalau ada yang enggak paham, tanya aja sama Abang, ya, Dek.”  Sebuah fenomena yang klasik dan sering terjadi di kampus.

Abang-Abangan Kampus

Pembahasan senior kampus atau abang-abangan kampus memang tidak ada habisnya. Dewasa ini, fenomena senior kampus menjadi bahan jokes oleh beberapa content creator di sosial media seperti TikTok dan Instagram. Apakah ada yang tersinggung? Oh, tentu ada, dong. 

Namun, berbicara soal ketersinggungan, ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan, “Ketersinggungan itu diambil, bukan diberi.” Ketersinggungan mengajarkan kita bahwa hidup ini tidak hanya tentang diri kita sendiri. Dunia tidak berputar hanya pada kita sebagai porosnya. Begitu juga dengan senior. Mereka bukanlah poros kehidupan kampus, apalagi alam semesta.

Tidak ada yang salah ketika senior menegur junior yang belum memahami tata krama, tidak mengerti sistem kehidupan di kampus, atau bahkan tidak menghormati dosen dan teman-teman satu angkatannya. Hal semacam ini wajar terjadi dalam kehidupan sosial, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Kita tidak hidup sendirian. Kita membutuhkan orang lain untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diemban dan diamanahkan.

Senior Bukan Dewa

Senior kampus sejatinya haruslah menjadi teladan bagi juniornya, bukan justru menjadi biang kerok yang merusak junior dalam lingkup pergaulan. Sejujurnya, saya pribadi tidak suka melihat senior yang gila hormat, terlebih lagi  yang suka caper pada junior perempuan demi mendapatkan pasangan, gebetan, atau pacar. Apa gunanya berperilaku seperti itu? Apakah Anda akan terlihat keren? Oh, tentu tidak, sobat. Hahaha.

Justru, perilaku seperti itu hanya akan membuat Anda menjadi bahan lelucon dan cemoohan di kalangan junior. Jadi, stop menjadi senior yang gila hormat, dan mulailah memperbaiki value diri Anda. Karena sejatinya, kehormatan hanya diberikan kepada orang-orang yang memang pantas untuk dihormati.

Baca juga: Jadilah Senior yang Berhati Luhur!

So, stop mendewakan atau mengultuskan senior di kampus, terlebih senior-senior yang berada di organisasi. Ingat! Mereka hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. 

Seperti yang saya bahas di awal, saya tidak suka dengan senior yang egois dan gila hormat kepada juniornya. Semua ada porsinya masing-masing. Jika sudah berlebihan, tentu itu menjadi tidak baik. Sama halnya dengan menjadikan senior sebagai sumber kebenaran di atas segala-galanya. Wah! Itu sudah masuk ke tahap pengkultusan.

Human Right atau Hak Asasi Manusia adalah bentuk kemerdekaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia merdeka atas dirinya sendiri, asalkan tidak keluar dari koridor nilai dan norma kehidupan yang ada. Menjadikan senior sebagai sumber untuk bertanya atau mencari jawaban atas ketidaktahuan kita? It’s no problem. Silakan saja, asalkan hal itu dilakukan masih pada koridor yang baik, membangun, dan mendukung critical thinking kita.

Senior is Human, not God

Kesalahan terjadi ketika kita sudah memposisikan senior sebagai sumber kebenaran tunggal dan satu satunya yang paling benar. Ingat, senior bukan dewa, nabi, atau bahkan Tuhan. Senior is human. Mereka sama seperti manusia lainnya. 

Pesan saya untuk junior-junior di kampus: please gunakan pemikiran rasional Anda agar tetap berjalan dengan baik. Jangan sampai pemikiran yang cetek dan mau diatur-atur oleh senior justru membuat anda seperti setir mobil yang mudah diputar-putar begitu saja. 

Setiap manusia harus punya pendirian, termasuk junior kampus sekalipun. Kehidupan akan terus berputar dan berjalan, sampai kita meninggal atau dunia ini kiamat. Kita akan selalu hidup untuk belajar dan belajar.

Belajar tidak seharusnya berasal dari satu sumber saja. Harus ada berbagai sumber lainnya agar kita menjadi manusia yang bijak dalam melakukan apa pun. Sejatinya, manusia belajar untuk memperoleh kebijaksanaan, bukan untuk menjadi angkuh terhadap manusia lainnya. Keangkuhan inilah yang menjadi akar fenomena pengkultusan dan pendewaan seorang seseorang. 

Bagikan di:

Artikel dari Penulis