Caffeine Withdrawal: Efek Pusing Akibat Belum Ngopi

Caffeine Withdrawal: Efek Pusing Akibat Belum Ngopi – Jika kopi bisa diapresiasi, tentu ia akan mendapat penghargaan dari Guinness World Record dengan kategori benda yang paling banyak diberi ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih pada kopi tentu datang dari berbagai kalangan manusia (kecuali mereka yang berpenyakit asam lambung, dan menyalahkan kopi) yang mendapat stimulus berupa ide, semangat, inspirasi, distribusi ekonomi, hingga manfaat filosofis, atau tak jarang sekadar update story belaka. Dengan batas-batas normal yang telah disepakati cendekiawan dan ahli di bidangnya, meminum kopi secara berlebihan tentu tidak baik, begitu pun banyak hal lainnya. 

Menurutnya sejarahnya, kopi dikenalkan Belanda melalui VOC pada akhir abad-16. Tanaman asal Ethiopia itu mulai ditanam di Batavia (Jakarta) dengan maksud menyaingi monopoli Arab saat itu. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, perkebunan kopi kemudian berkembang sebab relatif mudah ditanam bagi petani kecil, serta peminatnya yang tak pernah libur. Meski bukan tanaman khas Indonesia, kopi menemani masyarakat Indonesia dengan pasang surut problematika yang ada. 

Baca juga: Baca Buku di Warkop: Gerakan Populis yang Tak Perlu Estetika

Istilah caffeine withdrawal awalnya saya kumpulkan saat teman-teman seper-kopi-an saya di Paimo Coffee, Malang, yang dengan sadar dan bodoh, menyeruput kopi yang telah habis untuk mengulur waktu pulang, atau menjalin kedekatan spiritual atas dasar pertemanan orang-orang yang bingung, tapi penuh kerja keras dan semangat. Saya kira orang-orang, seperti teman saya, tak bisa datang ke penceramah, psikolog, maupun ahli terapi. Namun, anehnya, dengan mengeluarkan uang kurang dari 10.000 rupiah dan beberapa batang rokok, mereka merasakan dorongan rasa pahit yang menampar lesunya semangat hidup mereka. Kenyataannya, mereka merasa bahwa tidak memiliki uang, cinta, dan kehidupan yang melarat adalah pahit. Mereka bahkan telah berhasil menelan segelas kopi pahit setiap hari.

Suatu ketika saat beberapa teman saya di Paimo Coffee, Malang, banyak dari mereka yang mengklaim bahwa dirinya mengalami sakit kepala ketika sehari tak minum kopi. Meski saya meragukan diagnosa sepihak oleh teman saya, yang saya tahu riwayat pendidikan dan tabiat bejatnya, tentu saya tak percaya begitu saja. Hingga satu jam sebelum tulisan ini saya buat, saya menemukan wawasan baru tentang caffeine withdrawal.

Apa itu Caffein Withdrawal?

Singkatnya, caffein withdrawal merupakan efek dari pemberhentian mengkonsumsi kafein sebagai stimulan sehari-hari bagi tubuh, dengan gejala seperti leting, migrain, sakit kepala, dan lain sebagainya. Secara ilmiah, kafein merupakan zat stimulan dan adiktif yang legal dari golongan methylxanthine.  Meski dapat meningkatkan fokus, energi, keterjagaan, konsentrasi, atau akurasi, konsumsi kafein secara berlebihan dapat memunculkan caffein withdrawal sekitar 12 jam saat seseorang tidak mengonsumsi kafein. Hal ini disebabkan dari peningkatan regulasi reseptor adenosin serta konsentrasi adenosin yang kemudian menjadikan pemicu migrain. 

Selain karena gejala caffein withdrawal, penyakit letih, migrain, dan sakit kepala bukanlah penyakit asing bagi masyarakat kecil. Mengetahui sedikit mengenai caffein withdrawal tentu sangat membantu masyarakat dalam menghadapi kehidupannya, penghidupan yang tidak pasti, penghasilan yang pas-pasan, dan segala jenis pertanyaan yang belum bisa diselesaikan, kini hanya perlu dijawab sebagai caffein withdrawal (efek belum ngopi). 

Tentu kita sadar, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk kopi. Secara garis besar, caffein withdrawal memberi batasan dan pilihan yang sulit, seperti yang telah banyak orang lalui di hidupnya. Ketika kalian menikmati dan mulai terbiasa mengonsumsi kafein, kalian tidak bisa berhenti karena akan merasakan sakit kepala. Ketika anda ingin berhenti, sejenak tapi pasti, anda akan merasakan sakit kepala juga. Namun, sisi indahnya, perjalanan untuk meminum kopi juga memberi arti bagaimana kita menikmati pahit, menikmati harga, dan menikmati keresahan sehari-hari. Bahkan, saat ingin berhenti mengonsumsi kopi, kita harus menikmati efek caffein withdrawal. Kopi memang mengusir kesunyian dengan rasa pahit, dan kita harus menikmatinya. 

Sumber:

  • Auliansyah, D., & Carolia, N. (2018). Peran kafein dalam tatalaksana nyeri kepala dan kafein withdrawal. JK Unila Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 5(2).
  • Gumulya, D., & Helmi, I. S. (2017). Kajian budaya minum kopi Indonesia. Jurnal Dimensi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti, 13(2).
Bagikan di:

Artikel dari Penulis