Biografi Yang Chil-Seong, Gerilyawan Asal Korea Semasa Perang Revolusi Indonesia

Biografi Yang Chil-Seong

Biografi Yang Chil-Seong, Gerilyawan Asal Korea Semasa Perang Revolusi Indonesia – Periode 1945-1949 di Indonesia dikenal sebagai periode Revolusi Kemerdekaan. Periode ini penuh dengan berbagai pertempuran yang dilakukan oleh para pejuang Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Pada masa ini pula banyak pihak dari dalam negeri bahu-membahu melawan pihak sekutu seperti Belanda dan Inggris yang ingin menduduki kembali Hindia-Belanda atau Indonesia yang merupakan bekas koloninya.

Namun, dari sekian banyak pejuang revolusi yang melakukan pertempuran di periode tersebut. Ada beberapa nama asing yang justru turut membela para pejuang dan turut andil dalam beragam peran guna mempertahankan kemerdekaan. Salah satu nama yang turut andil dalam perjuangan di masa Revolusi adalah Yang Chil-Seong atau yang memiliki nama lokal Komarudin.

Biografi Yang Chil-Seong

Kehidupan Pribadi Yang Chil-Seong dan Kedatangannya ke Indonesia

Yang Chil-Seong merupakan seorang tentara Kekaisaran Jepang asal Semenajung Korea. Beliau lahir di Wanjoo, Wilayah Jeolla Utara atau kini yang dikenal dengan nama Jeonbuk, Korea Selatan. Dia lahir pada 29 Mei 1919. Catatan semasa kecilnya kurang begitu diketahui secara luas. Namun, diperkirakan dia berasal dari keluarga sederhana di Korea yang saat itu sedang diduduki oleh Kekaisaran Jepang.

Dia kemungkinan masuk ke dalam bagian masyarakat Korea yang mengikuti wajib militer guna membela Kekaisaran Jepang. Dia diperkirakan merupakan tentara reguler yang dikirim ke kawasan Asia tenggara saat Jepang mulai menginvasi negara-negara di kawasan tersebut. Akan tetapi, dia memiliki kemampuan yang jauh di atas pasukan reguler wajib militer pada umumnya. Kemampuannya tersebut meliputi berbahasa asing selain Jepang, kemampuan intelijen, hingga sabotase.

Beberapa ahli berpendapat kemampuan ini dikategorikan sebagai pasukan elit terlatih yang dimiliki pasukan reguler Jepang. Banyak yang berpendapat dia juga merupakan seorang perwira meskipun pangkatnya tidak setinggi atau setara dengan perwira asli Jepang.

Yang Chil-Seong kemudian ditugaskan ke kawasan pulau Jawa. Dia diperkirakan mendarat antara bulan Mei-Oktober tahun 1942, bersamaan dengan datangnya tentara reguler Jepang. Dia diperkirakan merupakan salah satu atasan bagi para Phorokamsiwon atau Prajurit penjaga tawanan perang yang kebanyakan merupakan orang Korea. Yang Chil-Seong sendiri memiliki nama Jepang Yanagawa Shichisei dan mulai menetap di Hindia-Belanda kala itu.

Mulai Hidup Berbaur dengan Pribumi dan Ikut Berjuang di Sisi Indonesia

Sejak datang ke pulau Jawa, Yal Chil-Seong dikenal sebagai pribadi yang cukup baik dan mudah berbaur dengan masyarakat Pribumi. Bahkan, dia juga menjalin kisah asmara dengan salah seorang wanita Pribumi dan pada akhirnya memutuskan untuk menikahinya pada tahun 1945. 

Selang beberapa waktu setelah dia menikah, Jepang memutuskan untuk menyerah kepada sekutu akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang resmi menyerah kepada sekutu di bulan Agustus 1945 dan mengakhiri perang dunia ke-2.

Kondisi ini menimbulkan dilema bagi Yang Chil-Seong. Dia senang karena telah terbebas dari belenggu Jepang, tetapi bingung dengan nasibnya yang bukan seorang Pribumi. Dia bisa saja diperlakukan sebagai penjahat perang oleh sekutu. Atau justru dibunuh oleh para pejuang pribumi yang menganggapnya sebagai tentara Jepang.

Suatu ketika di tahun 1945, Yang Chil-Seong yang ditangkap oleh pasukan tentara revolusi beserta beberapa tentara eks-Kekaisaran Jepang lainnya justru menginginkan untuk bergabung dengan pihak Indonesia yang kala itu bertempur melawan Belanda dan Inggris. Yang Chil-Seong kemudian mengganti namanya menjadi Komarudin dan masuk ke dalam pasukan gerilyawan yang dikenal dengan nama “Pasukan Pangeran Papak (PPP)” pimpinan Mayor Kosasih. Di pasukan ini Yang Chil-Seong atau kini memiliki nama Komarudin berperan sebagai seorang prajurit sekaligus instruktur dalam ilmu mata-mata dan spionase.

Latar belakang pasukan elit yang dimiliki oleh Yang Chil-Seong membuatnya menjadi salah satu tokoh yang cukup berperan sentral dalam gerakan gerilyawan tersebut. Bahkan, perjuangannya di tahun 1946-1948 berhasil membuat Belanda saat itu kewalahan menghadapi aksi spionase, sabotase, dan serangan gerilya pasukan PPP tersebut di sekitar Jawa barat hingga Jawa tengah.

Tertangkap oleh Belanda dan Dieksekusi Mati

Sepak terjang Komarudin alias Yang Chil-Seong pada akhirnya harus terhenti usai dia tertangkap di kawasan Gunung Dora, Jawa Barat. Yang Chil-Seong bersama beberapa pasukan PPP lainnya harus tertangkap oleh pasukan elit buru sergap militer Belanda di tahun 1948. Dia kemudian harus diadili dengan pengadilan militer dengan tuduhan sebagai pemberontak dan dieksekusi mati pada 10 Agustus 1948. Yang Chil-Seong dieksekusi mati dengan cara ditembak oleh regu tembak kala itu. Jasadnya kemudian dimakamkan di Pasir Pogor. Sekitar 27 tahun kemudian, makamnya yang berada di pemakaman Pasirpogor kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya. Bersama para pasukan PPP dan beberapa orang asia timur lain pembela Indonesia kemudian dianugerahi gelar pahlawan oleh Pemerintah Indonesia.

Editor: Widya Kartikasari

Bagikan di:

Artikel dari Penulis