Biografi Sunan Drajat, Wali Pemerhati Kesejahteraan Rakyat – Sunan Drajat merupakan seorang putra dari Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Ia dikenal sebagai sosok penting dalam kelompok Wali Songo yang memperluas ajaran Islam melalui pendidikan akhlak bagi masyarakat. Salah satu hal yang menjadi sorotan dari Sunan Drajat adalah kepeduliannya yang tinggi terhadap nasib fakir miskin. Ia mendidik masyarakat sekitar untuk memperhatikan nasib fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, memiliki empati, etos kerja keras, kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong-royong.
Biodata Sunan Drajat
Nama asli | Raden Qosim |
Nama panggilan lain | Raden Syarifuddin, Sunan Mayang Madu, Sunan Mahmud, Sunan Muryapada, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Raden Imam |
Nama ayah | Raden Rahmat (Sunan Ampel) |
Nama ibu | Nyai Ageng Manila |
Tahun lahir | 1470 Masehi |
Tahun wafat | 1530 Masehi |
Tempat dakwah | Desa Drajat, Kabupaten Lamongan |
Makam | Desa Drajat, Kabupaten Lamongan |
Biografi Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir dengan nama Raden Qasim pada sekitar tahun 1470 Masehi. Ia adalah putra bungsu dari Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila. Menurut Babad Risaking Majapahit dan Babad Cerbon, Raden Qasim merupakan adik dari beberapa tokoh lainnya seperti Nyai Patimah bergelar Gede Panyuran, Nyai Wilis atau Nyai Pengulu, Nyai Taluki bergelar Nyai Gede Maloka, dan Raden Mahdum Ibrahim bergelar Sunan Bonang.
Sejarah Singkat Sunan Drajat
Sunan Drajat, yang pada awalnya dikenal dengan nama kecil Raden Qosim, adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah memperdalam pengetahuan agama Islam, ia menetap di Desa Drajat yang terletak di wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada abad XV dan XVI Masehi, di mana ia memusatkan kegiatan dakwahnya. Selama 36 tahun, ia memimpin kerajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai bagian dari kerajaan Demak yang otonom.
Sebagai seorang wali yang menyebarkan agama Islam, Sunan Drajat terkenal karena jiwa sosialnya yang sangat memperhatikan nasib orang miskin. Sebelum memberikan pemahaman tentang ajaran Islam, ia lebih dulu mengusahakan kesejahteraan sosial. Ia mendorong masyarakat untuk memiliki etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentaskan kemiskinan, dan menciptakan kemakmuran.
Karena keberhasilannya dalam menyebarkan agama Islam dan usahanya dalam mengatasi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi masyarakatnya. Sunan Drajat dianugerahi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi sebagai penghargaan atas jasanya. Tidak ada tambahan informasi baru yang disertakan.
Metode Dakwah Sunan Drajat
1. Menjadi Bagian Penting Masyarakat
Sunan Drajat merupakan tokoh yang sangat penting dalam lingkungan dakwahnya karena ia dihormati dan diikuti oleh masyarakat. Beberapa naskah mencatat bahwa ia menikahi putri dari petinggi desa atau wilayah kabupaten. Hal ini memudahkan ia untuk mengajak pemimpin dan rakyatnya masuk dalam agama Islam, serta mengajak orang kaya untuk menginfakkan sebagian harta mereka pada fakir miskin.
Selain itu, Sunan Drajat juga memperoleh kepercayaan masyarakat dengan menyembuhkan warga yang sakit melalui doa dan ramuan tradisional. Ia juga dikenal karena kesaktiannya, yang terbukti dengan adanya Sumur Lengsanga di daerah Sumenggah. Sumur tersebut diciptakan dari sembilan lubang bekas umbi hutan yang dicabut, dan akhirnya memancarkan air bening untuk menghilangkan dahaga para pengikutnya selama perjalanan.
2. Mengayomi Masyarakat
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, terutama setelah dibukanya lahan baru di perbukitan Drajat. Beliau sering melakukan patroli malam untuk menjaga dan melindungi warga dari gangguan makhluk halus yang sering mengganggu. Setelah salat Asar, beliau juga kerap melakukan ronda sambil berzikir dan mengajak warga untuk berhenti bekerja dan melaksanakan salat Magrib. Hal ini menunjukkan kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya, serta menggambarkan keseriusannya dalam memperkuat iman dan ketakwaan warga.
3. Mengentaskan Kemiskinan
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang yang sangat memperhatikan kepentingan sosial, terutama kaum fakir miskin. Sesuai dengan namanya, Al-Qosim yang berarti orang yang suka memberikan harta warisan, rampasan perang, dan sebagainya, ajaran Sunan Drajat lebih menekankan pada keberlangsungan kesejahteraan masyarakat melalui tindakan seperti kedermawanan, solidaritas, gotong royong, penciptaan kemakmuran, serta upaya untuk mengentaskan kemiskinan. Hanya setelah hal-hal tersebut tercapai, beliau kemudian memberikan ajaran dan pemahaman tentang Islam.
4. Dengan Kearifan dan Kebijaksanaan
Sunan Drajat mengajarkan ajaran Islam dengan cara yang bijaksana dan tidak memaksa, dengan menggunakan metode dakwah bil-hikmah. Ia melakukan pendekatan melalui pengajian-pengajian di masjid, mendirikan pesantren, dan memberikan fatwa atau petuah untuk berbagai masalah. Selain itu, beliau juga mengajarkan kaidah-kaidah yang bertujuan untuk tidak saling menyakiti, baik secara perkataan maupun perbuatan. Contohnya, ia mengajarkan agar hindari pembicaraan yang merendahkan atau menjelekkan orang lain.
5. Melalui Kesenian
Sunan Drajat, seperti Sunan Bonang, mengamalkan metode dakwah yang menyesuaikan dengan adat dan budaya setempat, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia kerap menyampaikan ajaran Islam melalui seni dan budaya tradisional, seperti dengan menggubah petuah dalam tembang pangkur yang diiringi alat musik gending. Museum Sunan Drajat juga menyimpan beberapa tembang pangkur yang telah diubah. Keahlian bermusik Sunan Drajat juga dikenal luas, terbukti dengan eksistensi gamelan ‘Singo Mengkok’ yang dimilikinya.
Wafatnya Sunan Drajat
Sunan Drajat tutup usia pada tahun 1522 Masehi dan dimakamkan di desa Drajat, kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Terdapat sebuah museum di dekat makam beliau yang menyimpan berbagai peninggalan dari masa kejayaan Wali Songo, termasuk beberapa peninggalan kesenian dari Sunan Drajat.
Demikianlah biografi Sunan Drajat.
Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani