Tidak Ada Rahasia Khusus Menggondrongkan Rambut selain Sabar – Selama kurang lebih selama dua tahun menggondrongkan rambut – selain dikira sebagai anak teknik – saya cukup sering ditanya: tips-tips dan rahasia memanjangkan rambut dengan cepat. Jujur saja, saya enggak tau apa-apa mengenai hal tersebut, lha wong sebenarnya saya ini menggondrongkan rambut dengan seadanya, ngawur, tanpa apa-apa. Beneran!
Sebenarnya, saya lebih senang kalau ditanya mengenai: cara merawat rambut gondrong dengan baik dan benar. Hanya saja, setelah bercermin selama durasi iklan Spotify, saya baru sadar, kalau rambut bondol saya ini memang tak seanggun Yuni Shara. Jangankan Yuni Shara, dengan seorang Hariono yang selama 90 menit berjibaku di lapangan sepak bola saja, rambut saya masih kalah jauh kerennya.
Maka, wajar saya tidak pernah ditanya mengenai: cara merawat rambut gondrong yang baik dan benar. Dan lebih sering ditanya: cara memanjangkan rambut dengan cepat.
Karena saya tidak pernah memanjangkan rambut dengan cara khusus, akhirnya saya memutuskan untuk memberi satu jawaban. Dan, jawabannya, tidak ada cara khusus memanjangkan rambut, selain sabar. Kalau sebenarnya ada perawatan khusus memanjangkan rambut di internet sana, seperti sampo kuda.
Masalahnya, saya juga enggak pernah mencoba. Saya sampai kepo menanyakan hal tersebut ke beberapa orang, dari cowok, cewek, anak teknik, dan bahkan Hariono—kalau saya kenal, sih, sayangnya enggak. Bahkan saya juga menyimak komentar di YouTube. Kata mereka, sih, perawatan khusus tersebut enggak selalu worth it, dan enggak semua cocok.
Lagian, ya, kalaupun perawatan tersebut worth it, lantas hitungan cepatnya apakah terjadi semalam, seminggu atau sebulan? Tidak! Tetap berbulan-bulan.
Maka jawaban sabar, bagi saya bukan jawaban omong kosong yang lahir atas ketidaktahuan saya. Tapi kenyataannya memang begitu, bahwa kunci punya rambut gondrong itu, ya sabar. Bukan cuma durasi nunggu-nya, tapi juga mesti sabar dengan hal-hal lain, seperti:
Pertama, menghadapi stigma rambut gondrong, yang sering dianggap: urakan, tidak bersih, hingga dikira dukun. Stigma yang seringnya saya terima dari orang terdekat, terutama orang tua. Saya awalnya cukup risih, karena tiap kali pulang ke rumah selalu disuruh cukur rambut oleh orang tua saya.
Baca juga: Tidak Semua Pria Cocok Berambut Gondrong dan Saya adalah Salah Satunya
Lambat laun saya mencoba memahami pola pikir orang tua saya. Ya, wajar saja, orang tua saya ini diasuh lama oleh pemerintahan orba, yang dulunya memang memandang sinis kaum adam berambut gondrong. Yowis, cukup didengarkan, tanpa perlu di-iya-kan. Dan sadar atau tidak, ternyata kuping saya cukup kebal selama dua tahun.
Lalu kesabaran kedua, adalah menghadapi celaan. Apalagi, di masa-masa gondrong nanggung di setengah tahun awal, yang penampakan rambutnya memang cela-able. Ya, gimana, dikuncir terlihat terlalu memaksakan, mau dicukur sayang, kanan-kiri njabrik. Dan di titik masa ini, kesabaran memang benar-benar diuji.
Lebih khusus adalah rambut yang modelnya morak-marik seperti milik saya. Tidak lurus, tapi juga tidak keriting banget. Saya harus menghadapi celaan awal, seperti katanya rambut saya ini mirip sarang tawon. Sontak saja, saya enggak terima. Karena jujur, saya lebih legawa kalau rambut saya ini dibilang mirip logo partai Golkar ketimbang sarang tawon. Huft.
Tetapi, sebenarnya model rambut saya ini segmentif. Di satu sisi, bisa sangat mudah dicela. Di satu sisi, orang yang menyukainya tak sungkan memuji, “rambut gondrong unik dan lucu.” Seperti kata seorang perempuan yang membuat saya cengar-cengir sendiri. Walaupun sampai sekarang masih saya pertanyakan kesadarannya.
Hei, untuk yang pernah mengatakan itu, jika membaca ini, saya mau menanyakan itu sekali lagi. Beneran, toh? Kamu mengatakannya dengan sadar, kan? Heuheu.
Kesabaran ketiga, setiap cowok gondrong akan menghadapi problem-problem perawatan rambut panjang yang dulunya tidak pernah dipahami. Mulai dari kerontokan yang sering, rambut bercabang, harus menahan tidak keramasan sampai dua hari. Hingga mau tidak mau, kadang terpaksa membeli kondisioner, vitamin, sampai masker rambut. Produk perawatan macam apa ini?
Maklum saja, kita dibesarkan dengan stigma gondrong dari orang tua, lanjut dengan model pendidikan yang mengharamkan rambut gondrong, yang setiap harinya selalu diintai guru BP. Sekalinya punya kesempatan gondrong, mak jegagik kaget dengan cara merawatnya. Kalau saja kita diizinkan otodidak merawat rambut gondrong sedari kecil, pasti enggak sekaget itu.Dan dari hal yang saya jabarkan di atas, memang kunci besar punya rambut gondrong itu cuma satu, teman-teman, yaitu sabar! Tolong, ini rambut! Mbok pikir ini Candi Prambanan? Kamu pikir hadiah togel yang meledak dalam semalam? Ini rambut teman-teman, yang tumbuh panjangnya enggak semalam-dua malam, tidak ada mukjizat mak jegagik prok-prok-prok langsung gondrong. Sabar, dong! Malah saya yang ngegas ini, kan.
Editor: Widya Kartikasari
Designer: Design by Ghani