10 Mitos Kesehatan di Indonesia, Ini Penjelasannya!

10 Mitos Kesehatan di Indonesia, Ini Penjelasannya! Indonesia dikenal dengan beragam kepercayaan terkait kesehatan yang diwariskan secara turun-temurun. Meski beberapa kepercayaan tersebut tidak berlandaskan fakta ilmiah, banyak yang masih mempercayainya hingga kini. Akibatnya, ada begitu banyak mitos kesehatan di Indonesia, yang sebenarnya tidak terbukti benar secara ilmiah. PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) juga menganjurkan masyarakat untuk lebih kritis dan berhati-hati dalam mempercayai informasi terkait kesehatan, terutama yang tidak didukung oleh bukti ilmiah. Website resmi PAFI, pafinusantara.org, menyediakan berbagai informasi terpercaya dan edukasi mengenai kesehatan yang dapat diakses oleh publik untuk mendapatkan panduan yang benar dan terkini.

Berikut adalah beberapa mitos kesehatan yang populer di Indonesia, disertai penjelasan ilmiahnya.

1. Mandi Malam Menyebabkan Rematik

Salah satu mitos paling umum adalah bahwa mandi malam, terutama dengan air dingin, bisa menyebabkan rematik. Banyak orang menghindari mandi malam karena takut mengalami masalah pada sendi. Faktanya, rematik adalah penyakit autoimun yang tidak ada hubungannya dengan mandi malam. Rasa nyeri pada sendi mungkin bisa terasa lebih parah bagi mereka yang sudah memiliki gangguan sendi, namun mandi malam bukan penyebab rematik. Mandi malam hanya berisiko memperburuk rasa tidak nyaman karena suhu dingin yang memengaruhi sirkulasi darah, tapi tidak akan memicu penyakit rematik.

2. MSG Bisa Membuat Bodoh

Mitos kesehatan yang sering didengar di Indonesia adalah bahwa Monosodium Glutamate (MSG), atau micin, bisa membuat bodoh. Banyak orang percaya bahwa konsumsi MSG dalam jangka panjang dapat memengaruhi kecerdasan, terutama pada anak-anak. Mitos ini telah beredar luas di masyarakat, hingga muncul istilah “generasi micin” yang merujuk pada orang-orang yang dianggap kurang cerdas karena mengonsumsi makanan dengan MSG. Padahal, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.

MSG adalah penambah rasa yang aman dikonsumsi dalam jumlah wajar, terdiri dari natrium dan asam glutamat, yang merupakan asam amino alami yang terdapat di banyak makanan seperti tomat dan keju. Organisasi seperti WHO dan FDA menyatakan MSG aman. Meskipun beberapa orang sensitif terhadap MSG dan bisa mengalami gejala seperti sakit kepala, kondisi ini tidak berdampak pada kecerdasan atau fungsi otak.

3. Minum Air Es Bisa Membuat Gemuk

Ada kepercayaan bahwa minum air es bisa menyebabkan berat badan naik karena dianggap membuat lemak “membeku” dalam tubuh. Faktanya, air es tidak memiliki kalori sehingga tidak akan menambah berat badan. Proses metabolisme dalam tubuh tetap bekerja normal tanpa dipengaruhi suhu air yang diminum. Minum air es mungkin membuat tubuh sedikit bekerja lebih keras untuk mengatur suhu, namun ini tidak berpengaruh signifikan terhadap berat badan. Kenaikan berat badan lebih disebabkan oleh pola makan tinggi kalori dan kurangnya aktivitas fisik, bukan dari suhu air yang diminum.

4. Minum Es Menyebabkan Batuk dan Pilek

Banyak orang percaya bahwa minum es, terutama saat cuaca dingin, bisa menyebabkan batuk atau pilek. Faktanya, pilek dan batuk disebabkan oleh infeksi virus, bukan oleh suhu minuman yang dikonsumsi. Meski minuman dingin bisa memicu iritasi pada tenggorokan, terutama pada mereka yang sudah mengalami infeksi tenggorokan atau sensitif terhadap suhu dingin, es itu sendiri tidak menyebabkan seseorang terkena virus pilek atau batuk.

5. Permen Karet yang Tertelan Akan Bertahan Selama 7 Tahun dalam Tubuh

Mitos ini sering membuat orang takut menelan permen karet, karena diyakini bahwa permen karet akan tinggal di dalam tubuh selama tujuh tahun. Kenyataannya, permen karet tidak bisa dicerna tubuh, tetapi akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan seperti halnya benda lain yang tidak bisa dicerna. Tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk mengeluarkan benda-benda yang tidak dapat diproses, sehingga permen karet tidak akan tertinggal selama bertahun-tahun di perut.

6. Makanan Pedas Menyebabkan Maag

Makanan pedas sering kali dikaitkan dengan masalah lambung, seperti maag. Mitos ini berkembang karena rasa pedas bisa memicu ketidaknyamanan di perut bagi sebagian orang. Namun, makanan pedas bukan penyebab utama maag. Penyebab maag lebih sering dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori dan penggunaan obat antiinflamasi yang berlebihan. Meski makanan pedas bisa memperburuk gejala maag bagi mereka yang sudah memilikinya, konsumsi makanan pedas tidak langsung menyebabkan maag.

7. Menyusui Membuat Payudara Kendur

Banyak wanita menghindari menyusui karena takut payudara mereka akan kendur. Mitos ini salah karena sebenarnya payudara kendur lebih banyak disebabkan oleh proses penuaan, kehamilan, dan gravitasi, bukan karena menyusui. Selama kehamilan, perubahan hormon menyebabkan jaringan payudara membesar, dan setelah menyusui, jaringan tersebut akan kembali ke ukuran semula. Ini adalah proses alami yang terjadi pada setiap wanita, baik yang menyusui maupun tidak.

8. Minyak Kayu Putih dan Balsem Bisa Menyembuhkan Segala Penyakit

Minyak kayu putih dan balsem sering dianggap sebagai obat mujarab untuk berbagai penyakit, mulai dari masuk angin hingga sakit kepala. Meskipun kedua bahan ini memang bisa memberikan efek hangat dan meredakan rasa tidak nyaman sementara, mereka bukanlah obat yang bisa menyembuhkan penyakit. Penggunaan minyak kayu putih atau balsem lebih bersifat simptomatis, hanya meredakan gejala seperti pegal-pegal atau hidung tersumbat tanpa mengatasi penyebab utama penyakit.

9. Tidur Siang Menyebabkan Penyakit

Beberapa orang percaya bahwa tidur siang, terutama di sore hari, dapat membuat tubuh menjadi lemas atau bahkan memicu penyakit. Faktanya, tidur siang yang dilakukan dengan benar, yaitu sekitar 20-30 menit, justru dapat meningkatkan konsentrasi dan memperbaiki suasana hati. Tidur siang yang terlalu lama mungkin membuat tubuh merasa lelah karena masuk ke fase tidur yang lebih dalam, namun hal ini tidak terkait dengan penyakit.

10. Pasta Gigi Bisa Mengobati Luka Bakar

Mengoleskan pasta gigi pada luka bakar adalah mitos lain yang sering dipercaya. Faktanya, pasta gigi tidak dianjurkan untuk dioleskan pada luka bakar karena bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut dan memperparah kondisi luka. Cara terbaik menangani luka bakar ringan adalah dengan membilasnya di bawah air mengalir selama beberapa menit untuk mendinginkan area yang terkena panas, bukan dengan mengoleskan pasta gigi atau bahan lainnya.

Sebenarnya, masih ada begitu banyak mitos dalam kesehatan yang beredar di Indonesia. Mitos-mitos kesehatan ini berkembang di masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat. Penting untuk selalu merujuk pada fakta ilmiah dan berkonsultasi dengan tenaga medis profesional agar tidak salah kaprah dalam memahami kesehatan.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis