Biografi Megawati Soekarnoputri, Presiden Wanita Pertama Indonesia – Nama Megawati Soekarnoputri atau sapaan akrabnya (Bu Mega) terdengar tidak asing di telinga kita, apalagi sepanjang Pilpres 2024 banyak sekali baliho dengan gambar beliau. Selain seorang perempuan, Megawati juga sosok politikus ulung. Tak hanya itu, Ibu Megawati juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden dan Presiden Indonesia. Menjadi sejarah bahwa sampai sekarang belum ada lagi Presiden dan Wakil Presiden perempuan.
Selain seorang politikus, tentu Bu Mega juga seorang Ibu Rumah Tangga. Meski demikian, tidak menjadi penghalang untuk tampil di ruang publik. Bu Mega merupakan anak dari proklamator kemerdekaan Indonesia, yakni Ir. Soekarno. Tentu tercatat panjang perjalanan Bu Mega dalam pendidikan maupun kariernya. Berikut adalah profil dan biografi lengkap Megawati Soekarnoputri, sang perempuan pertama yang menjadi presiden di Indonesia.
Profil Megawati Soekarnoputri
Nama | Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri |
Tempat Lahir | Yogyakarta |
Tanggal Lahir | 23 Januari 1947 |
Ayah | Soekarno |
Ibu | Fatmawati |
Kakak | Guntur Soekarnoputra |
Adik | – Rachmawati Soekarnoputri – Sukmawati Soekarnoputri – Guruh Soekarnoputra |
Suami | – Surindro Supjarso (1968-1970) – Taufiq Kiemas (1973-2013) |
Anak | – Mohammad Rizki Pratama – Muhammad Prananda Prabowo – Puan Maharani |
Pendidikan | – SD Perguruan Cikini Jakarta (1954–1959). – SLTP Perguruan Cikini Jakarta (1960–1962). – SLTA Perguruan Cikini Jakarta (1963–1965). – Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung (1965–1967); tidak selesai. – Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta (1970–1972); tidak selesai. |
Agama | Islam |
Profesi | Politikus |
Biografi Megawati Soekarnoputri
Kehidupan Pribadi dan Perjalanan Pendidikan
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, yang lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri, menjabat sebagai Presiden Indonesia yang kelima. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 1947, dan merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dan Fatmawati, penjahit Sang Saka Merah Putih pada saat proklamasi kemerdekaan.
Megawati dibesarkan di Istana Merdeka hingga tahun 1966 saat ayahnya turun dari jabatan Presiden. Pendidikan Megawati dimulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Perguruan Cikini, Jakarta. Pada tahun 1965, ia memulai studi sarjananya di bidang pertanian di Universitas Padjadjaran, namun tidak menyelesaikannya dan meninggalkan universitas pada tahun 1967.
Pada tahun 1968, Megawati menikah dengan Surindro Supjarso, seorang pilot Letnan Satu Penerbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, dan memiliki dua anak laki-laki bernama Mohammad Rizki Pratama (1968) dan Mohammad Prananda (1970). Namun, pada saat Megawati mengandung anak keduanya, Surindro hilang dalam tugasnya menggunakan pesawat militer Skyvan T-701 di Biak, Papua pada tahun 1970. Meskipun upaya pencarian dilakukan, Surindro dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut.
Pada tahun yang sama, Soekarno juga meninggal dunia karena sakit. Setelah itu, Megawati kembali melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan psikologi di Universitas Indonesia, namun ia tidak menyelesaikan kuliahnya dan berhenti pada tahun 1972.
Pada tahun 1972, Megawati memutuskan untuk menikah lagi, kali ini dengan Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Hassan Gamal Ahmad Hasan. Namun, hubungan ini tidak berlangsung lama dan akhirnya berujung pada perceraian. Kemudian, pada tahun 1973, Megawati menikah untuk ketiga kalinya dengan Taufik Kiemas. Dari pernikahan ini lahirlah seorang anak perempuan bernama Puan Maharani pada tahun yang sama.
Perjalanan Karir Politik
Perjalanan politik Megawati Soekarnoputri dimulai dari keluarga politiknya yang terkenal, dengan ayahnya yakni Soekarno. Yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia. Namun, peran aktifnya dalam politik dimulai pada tahun 1980-an ketika dia mulai terlibat dalam Gerakan Mahasiswa di Universitas Indonesia.
Megawati memilih untuk terlibat dalam dunia politik dengan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1987. Dia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk periode 1987-1992. Karier politiknya mulai naik ketika dia terpilih sebagai Ketua Umum PDI.
Namun, saat itu pilihan Megawati ditentang oleh pemerintahan Presiden Soeharto. Sehingga kemudian mengangkat Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Hal ini menyebabkan PDI terpecah menjadi dua (dualism) yang dipimpin oleh Megawati dan Soerjadi. Pada akhirnya puncaknya adalah ketika bentrokan fisik di kantor pusat PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta. Akibat perpecahan ini, Megawati tidak dapat mencalonkan diri dalam Pemilihan Presiden pada tahun 1997.
Pada tahun 1998, masa pemerintahan Presiden Soeharto berakhir. PDI yang dipimpin oleh Megawati kemudian berganti nama menjadi PDI-Perjuangan (PDI-P) dan mengadopsi lambang banteng hitam moncong putih. PDI-P kemudian memenangkan Pemilihan Umum Tahun 1999, tetapi Megawati kalah dalam pemilihan presiden di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Dia kemudian menjabat sebagai wakil presiden di bawah Presiden Abdurrahman Wahid. Pada 23 Juli 2001, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang kelima untuk masa jabatan 2001-2004, menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden di Indonesia.
Selama masa kepresidenannya, Megawati mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2003 dan menerapkan kebijakan privatisasi BUMN pada tahun yang sama. Selain itu, Megawati juga memberikan usulan untuk pemilihan presiden (pilpres) dilakukan secara demokratis secara langsung dan dipilih oleh rakyat. Tak hanya itu, Megawati juga berhasil menangkap pelaku dalam kasus Bom Bali I dan II.
Setelah Menjabat sebagai Presiden
Setelah masa jabatannya berakhir, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden dalam Pilpres 2004, kali ini berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Namun, Megawati kalah dalam pemilihan tersebut dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang kemudian menjadi Presiden ke-6 Indonesia.
Pada tahun 2009, Megawati mencalonkan diri lagi sebagai calon presiden bersama Prabowo Subianto. Namun sekali lagi, Megawati kalah dalam pemilihan tersebut dari SBY yang kemudian melanjutkan masa pemerintahannya dari 2009 hingga 2014. Pada tanggal 8 Juni 2013, suami Megawati, Taufik Kiemas, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Singapura karena penyakit jantung. Taufik dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada tanggal 9 Juni 2013.
Pada tahun 2014, Megawati tidak mencalonkan diri sebagai calon presiden, tetapi tetap aktif berperan di balik layar sebagai Ketua Umum PDIP. Dia kemudian menunjuk Jokowi sebagai calon Presiden yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selanjutnya, untuk bersaing dalam Pilpres 2014 Jokowi menggandeng Jusuf Kalla. Jokowi berhasil memenangkan Pilpres 2014 dan menjadi Presiden ke-7 Indonesia.
Pada tahun 2019, Jokowi kembali mencalonkan diri sebagai presiden berpasangan dengan Ma’ruf Amin, dengan dukungan dari PDIP. Jokowi kembali memenangkan Pilpres 2019 dan melanjutkan masa jabatannya hingga 20 Oktober 2024. Selama masa jabatan Jokowi sebagai presiden, Megawati juga menduduki sejumlah posisi di pemerintahan, termasuk sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).