Pergi ke Pernikahan Mantan adalah Hal yang Paling Menyebalkan

Pergi ke Pernikahan Mantan

Pergi ke Pernikahan Mantan adalah Hal yang Paling Menyebalkan – Pernikahan menjadi suatu tujuan bahkan suatu indikator manusia bisa merasakan merdeka dari kesendirian dan menjadi tolak ukur manuasia menjadi bahagia karena telah menemukan alasan yang dapat membuatnya bahagia dengan pernikahan.

Bagaimana tidak, pernikahan adalah saat bertemunya dua manusia yang memisahkan diri dengan masa lalu untuk menjadi satu demi masa depan.

Firman Allah Swt dalam surat Ar-Rum ayat 21 “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” Disebutkan bahwa bagi yang menemukan pasangannya akan merasa tenteram dan menemukan kasih sayang. 

Namun, perlu diketahui bahwa setiap manusia memiliki masa lalu yang bernama “MANTAN”. Entah itu memiliki kisah baik atau bahkan membahagiakan, semoga para mantan yang telah ditinggal menikah diberi kerelaan, penerimaan, dan keikhlasan.

Oke, mari kita membahas mengapa hal paling menyebalkan adalah datang ke pernikahan mantan.

Beberapa kisah memang berakhir, entah berakhir ke jenjang pernikahan atau berakhir menjadi kenangan yang tak pernah padam. Setelah pada fase berpisah, masing-masing individu memiliki waktu untuk healing dari kisah dan berdamai dengan masa lalunya dengan waktu yang singkat maupun lama tergantung seberapa besar rasa kehilangan yang dialami.

Baca juga: Harapan Orang Tua dan Sumbangsih Besarnya terhadap Ambyarnya Asmara

Setelah pada fase menerima dan berdamai dengan masa lalu maka akan menuju fase ikhlas dan saling mendoakan kebahagian masing-masing. Itu berarti masalah kedua belah pihak sudah selesai dan menjadi lingkar pertemanan sebagaimana sebelumnya. Apapun yang terjadi pada masing-masing individu menjadi urusan pribadi dan tidak terikat pada komitmen apapun. Saya ulangi, menjadi urusan individu.

Meskipun salah satu sudah kejenjang pernikahan dengan individu yang berbeda, tentunya tidak menjadi persoalan karena memang sudah bukan menjadi kepentingan bagi sang mantan. Dapat undangan tidak menjadi persoalan karena sudah menerima. Sakit hati juga tidak memberi dampak apa, cemburu sudah bukan miliknya, dunia juga tidak dalam genggamannya, tidak ada pilihan lain selain menerima dan ikhlas serta sudah siap dengan risiko tersebut.

Teman Adalah Faktor Utama Goyahnya Hati

Sebenarnya dalam praktik nyata, datang ke pernikahan mantan tidak menjadi persoalan asalkan tidak membawa sebab yang membuat hati ini goyah. Salah satu sebabnya adalah teman kita sendiri. Teman akan selalu melihat kita (sebagai sang mantan) seperti melihat kebersamaan saat masih bersama dan selalu memberi embel-embel kata yang seolah menguatkan namun memberi kesan toxic positivity, seperti:

“Kamu yang tabah ya”.

“Kamu kuat ya”.

“Kamu sudah ikhlas kan?”

“Kamu pasti dapat lebih baik kok”,

“dst……….”

Contoh-contoh di atas tidak memberi dampak apapun kecuali meruntuhkan keyakinan sesorang yang sudah tidak ada persoalan dengan masa lalu. Kalimat-kalimat tersebut terus berulang, entah sepanjang perjalanan menuju lokasi pernikahan, bertemu kawan di tongkrongan atau ucapan yang masuk dari pesan Whatsapps. Terus berlanjut selama beberapa hari atau bahkan seterusnya.

Jadi, hentikan memberi ucapan atau kalimat-kalimat demikian. Setidaknya kurangi, walau niat anda baik untuk menguatkan tapi itu akan membuka kenangan masa lalu yang sudah dianggap selesai dan tertutup.

Kalian sulit mengerti bagaimana dia meredam kesedihannya, berapa lama waktu dia untuk berdamai dengan masa lalunya, bagaimana dia bisa menenangkan hatinya sendiri, bagaimana cara agar dia tidak mengingat kembali kisah yang lama, bagaimana trauma dia saat mengalami konflik suatu hubungan, bagaimana dia mengalihkan kenangan buruk menjadi kebaikan yang tersisa, bagaimana dia bisa berubah dari kebiasaan lalu menuju saat dia sendiri, bagaimana dia menata niat dan kesiapaan sebelum menuju ke pernikahan, bagaimana menahan rasa memiliki saat menatap kenyataan bahwa tidak bisa bersama lagi dan bagaimana dia bisa menjalani kehidupan hingga saat ini tanpa bayang-bayang masa lalunya sendiri.

Sekuat-kuatnya manusia berusaha melupakan, sesungguhnya kenangan tidak akan bisa dihapuskan. Jadi, mari bantu dengan memberi asa bahwa teman adalah tempat singgah saat mencoba untuk berdamai dengan masa lalu dan dirinya.

Salam dari saya yang juga telah ditinggal menikah oleh mantan saya beberapa waktu yang lalu.

Editor: Firmansah Surya Khoir
Designer: Design by Ghani

Bagikan di:

Artikel dari Penulis