Alasan ‘Menjadi Fans Manchester United’ Harus Masuk dalam Syarat Organisasi Kampus

Alasan Menjadi Fans

Alasan ‘Menjadi Fans Manchester United’ Harus Masuk dalam Syarat Organisasi Kampus Manchester United menjadi salah satu klub sepak bola yang memiliki suporter terbanyak di Indonesia. Melansir dari laman bola.okezone.com, ada sekitar 135,8 juta suporter yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Klub sepak bola dari Inggris tersebut menjadi klub sepak bola yang disegani saat Sir Alex Ferguson melatih dan mendapatkan banyak trofi bagi MU. Sejak kepergian Sir Alex Ferguson di tahun 2013, para pemain dan fans mendapat ujian bertubi-tubi dengan perolehan trofi yang menurun atau permainan yang terus merosot.

Kondisi MU saat ini membuat para fans terkadang khawatir karena minimnya kemenangan yang dipersembahkan. Tidak heran jika setelah pertandingan terakhir, banyak tagar #OleOut dari fans sebagai bentuk kritikan kepada sang pelatih yang saat ini dinilai kurang siap dalam melatih klub berjuluk Setan Merah ini. Apalagi setelah dibantai oleh klub sesama liga Inggris dengan skor yang tidak main-main, MU hanya memberi telur bagi timnya.

Untuk Anda yang sudah atau belum menjadi fans MU, sepertinya patut menguji adrenalin dengan bergabung di organisasi mahasiswa. Mengapa? Karena mahasiswa anggota organisasi berkaitan erat dengan konflik, segala kritikan, dan inovasi bagi organisasi kampus masing-masing. Berikut alasan mengapa menjadi fans MU harus masuk dalam syarat organisasi kampus.

  1. Kuat Mental

Kekuatan mental fans MU tidak perlu diragukan lagi. Setiap kali mengalami kekalahan dalam pertandingan, mereka harus siap dibully oleh fans klub lain, bahkan dikritik habis-habisan dan dipaksa bertahan atau ditinggalkan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan situasi di organisasi kampus. Para anggota akan terlatih lebih kuat dari segala macam kritikan yang membuat sakit hati yang tiada terkira. 

Beruntunglah suatu organisasi mahasiswa jika memiliki anggota yang merupakan fans MU karena anggota tersebut akan mampu menguatkan meski dirinya hancur akibat serangan fans klub lain.

  1. Setia

Penggemar MU itu setia. Mereka bisa saja meninggalkan MU dan menjadi fans klub sepak bola lain karena tidak kuat dibully atau tidak kuat melihat kekalahan MU. Akan tetapi, mereka tetap memilih bertahan. Sama halnya ketika di organisasi, mereka akan menjadi anggota yang loyal dan setia. Menjadi fans klub yang belum tentu menang saja setia, apalagi menjadi anggota organisasi kampus yang belum tentu sehat. 

  1. Sombong

Tidak heran jika karakter organisasi mahasiswa yang ndakik dalam mempelajari ideologi maupun kajian menjadikan mereka sedikit lebih sombong dibanding mahasiswa biasa. Mereka bahkan mengunggulkan organisasi mereka, namun melupakan esensi mahasiswa dalam nilai akademik. 

Hal ini sangat cocok untuk fans MU. Mereka memiliki prinsip, “Dipuji menang terbang kedinginan, kalah tetap bertahan.” Jangan kaget apabila MU menang—meski tipis—fans MU akan memiliki kesombongan lebih dibanding fans lain yang menang lebih besar. Wajar saja, itu adalah ekspresi setelah puasa kemenangan. Dimaklumi saja.

  1. Memiliki Sifat Qanaah (Menerima Segala Ketentuan)

Dalam berorganisasi, memiliki sifat qanaah adalah wajib. Walaupun setiap perencanaan telah diatur sebaik mungkin, jika saat pelaksanaan tidak sesuai, maka kita harus menerima apa adanya dan tidak perlu menyalahkan siapapun karena hal ini bisa dijadikan evaluasi untuk langkah ke depan.

Saat kalah dalam pertandingan, fans MU memiliki sifat qanaah. Mereka tidak bisa berbuat banyak. Mau memberikan kritik ke MU langsung juga gak bisa bahasa enggres. Untuk itu, mereka lebih memilih untuk menerima apa yang terjadi dan bertahan saat banyak meme atau ucapan kekalahan yang mereka terima. Cocok dengan organisasi yang diarahkan untuk Nrimo Ing Pandum.

  1. Tidak Pernah Menyalahkan Klub

Jika kebanyakan mahasiswa jebolan organisasi kampus sering menyalahkan organisasinya karena melenceng atau bahkan tidak mencapai apa yang diinginkan anggota, fans MU tidak pernah menyalahkan klub sebagai penyebab kekalahan klub tercinta mereka. Mereka hanya akan memberikan opini kepada pelatih seperti tagar #OleOut atau mengkritik manajemen klub untuk segera memperbaiki sistem tanpa mengurangi hormat kepada klub.

Itulah karakter yang dibutuhkan anggota organisasi kampus. Tidak menyalahkan wadahnya tetapi memberikan masukkan kepada pemimpin organisasi atau manajemen untuk berbenah dan ikut andil dalam perubahan. Bukan malah menyalahkan organisasi, tetapi mencari akar persoalan bersama-sama.

Meskipun begitu, ketika MU menang dalam pertandingan, bukan hanya kesombongan yang hadir tetapi ucapan apresiasi juga diberikan kepada pelatih seperti #SemuaSayangOle atau pemain-pemain yang berperan dalam kemenangan tersebut. Itulah mengapa fans MU bertahan dan bertambah sedikit demi sedikit karena mereka percaya bahwa untuk terbang perlu persiapan yang matang di tanah.

Jadi, apa ada alasan yang tega tidak memasukkan fans MU dalam persyaratan masuk organisasi kampus? Selain untuk ketahanan, organisasi juga berperan sebagai wadah untuk menghibur fans MU saat mengalami kekalahan. Mulia sekali bukan? mari bersama-sama merangkul untuk kebaikan organisasi dan para fans MU yang terdzolimi. Melalui media sosial resminya, saat ini tercatat jumlah penggemar MU sebanyak 74,5 juta di Facebook; 50,9 juta di Instagram; dan 27,9 juta di Twitter. Merangkak lebih baik daripada dipaksa berlari dan terbang. Jika tidak kuat, jangan mencoba menjadi fans MU. Salam #GGMU.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis