Fenomena Munculnya Istilah “Korea-Korea” ala Bambang Pacul – Bambang Pacul: Politisi Idola Baru Anak Muda – Beberapa waktu belakangan, media sosial ramai dengan sosok politisi senior tanah air yang menjadi idola baru anak muda. Beliau adalah Bambang Wuryanto atau biasa dipanggil Bambang Pacul. Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jawa Tengah ini sudah lama malang melintang dalam kontestasi perpolitikan tanah air. Dengan pembawaan yang khas, ia berhasil membuat anak muda merasa tidak canggung ketika berada di dekatnya.
Beberapa kanal media di Youtube pun beberapa kali mengundangnya. Seperti Total Politik, Mojok.co, dan Close The Door Podcast yang dibawakan Deddy Corbuzier. Bahkan, tidak berhenti di situ. Bambang pacul juga mendapat julukan “Komandan Pacul atau Komandan Korea-Korea”.
Lalu, apa yang membuat Komandan Pacul begitu menarik bagi anak muda hingga mendapat julukan “Komandan Korea-Korea”? Simak penjelasannya.
Baca juga: Demokrasi dan Politik Uang di Indonesia
Warna Baru Perpolitikan Nasional
Biasanya, aktor-aktor politik identik dengan pembawaan yang berwibawa. Menjaga citra supaya terlihat layak untuk menjadi pemimpin. Berbeda dengan politisi kebanyakan, Komandan Pacul tampil dengan begitu sederhana dan apa adanya. Namun, ternyata hal ini yang membawa daya tarik tersendiri bagi anak muda. Politik yang vulgar menjadi angin segar bagi anak muda, di tengah hiruk-pikuk perpolitikan tanah air yang penuh dengan intrik dan bermuka dua.
Misalnya saja, dalam setiap acara ‘Kongkow Bambang Pacul’, baik di Total Politik maupun Mojok.co. Ketika ditanya tentang keinginan untuk maju menjadi Jateng 1 (Gubernur), Komandan Pacul dengan intonasi dan gestur khasnya selalu menjawab dengan tegas, “Tidak”. Tak lama berselang ditimpali dengan, “Kecuali ditugaskan oleh partai.” Sontak jawaban yang plot twist ini menjadi tertawaan penonton yang hadir langsung.
Representasi Perjuangan Hidup Rakyat Kecil
Cerita yang erat kaitannya dengan orang miskin selalu laris di masyarakat. Kemiskinan berhasil memiliki tempat tersendiri di hati banyak orang. Begitu pula dengan Komandan Pacul. Berbekal cerita perjuangan ketika masih mahasiswa, mulai dari pernah merasakan kemiskinan yang lumayan ekstrim, di mana beliau terpaksa harus mengganjal perutnya selama seharian lebih hanya dengan memakan kue tradisional dari Jogja. Apalagi harus tidur di kandang monyet hanya untuk bertemu dengan salah satu menteri era Orde Baru.
Baru setelah selang beberapa tahun, beliau bisa merasakan nikmatnya kekayaan dan kekuasaan. Cerita-cerita bangkit dari kemiskinan tersebut berhasil menarik atensi anak muda. Tidak hanya mereka yang lahir dari keluarga miskin, tetapi mereka yang dari keluarga kaya juga tertarik dengan semangat yang berhasil dikobarkan Komandan Pacul.
Orang-orang miskin, yang pernah mengalami kemiskinan relatif ekstrim dengan semangat juang untuk bertahan hidup ini beliau sebut dengan ‘Mentalitet Korea’. Korea itu harus merelakan harga dirinya terlebih dahulu. Baru nanti setelah melenting (punya kekayaan dan kekuasaan), pakai kembali harga diri itu. Begitu kata Komandan kurang lebih.
Baca juga: Revolusi, Politik, dan Kekuasaan dalam Novel Animal Farm
Mengajarkan Nilai Kehidupan Seorang Kesatria
Komandan Pacul dalam setiap kanal “Kongkow Bambang Pacul” selalu menekankan bahwa beliau adalah seorang kesatria. Walaupun dalam dunia perpolitikan ada jalan raja (eksekutif) dan jalan kesatria (legislatif), beliau lebih memilih untuk berada pada jalan kesatria.
Pernah ditawari untuk menjadi Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) oleh Presiden Jokowi, beliau menolak. Alasannya karena menteri adalah jalan raja. Walaupun kemudian pernyataan itu ditutup dengan punchline, “Kalau nanti pidato di OPEC bisa mampus saya, karena tidak mahir Bahasa Inggris,” yang diikuti suara ketawa dari penonton yang hadir.
Pada pemilu tahun 2019, Komandan pacul sebenarnya tidak ingin melanjutkan karir di DPR-RI. Namun, karena Mbak Puan Maharani sebagai Ketua PDIP masih menginginkannya untuk menjadi Fraksi PDIP di Senayan, beliau pun mematuhi perintah dari atasan. Sebagai bentuk taat kesatria terhadap perintah tuannya.
Berbagai hal inilah yang menjadikan Komandan Pacul menjadi politikus idola baru anak muda. Karakter sederhana dan apa adanya yang berbanding terbalik dengan kebanyakan politikus. Ditambah dengan kemampuan untuk menceritakan masa lalu yang penuh dengan perjuangan. Serta tidak pelit untuk mengajarkan ilmu kehidupan kepada anak muda. Perpaduan inilah yang menarik perhatian para anak muda.