Menulis Opini Jangan Asal Bunyi! Begini Tips & Trik Menulis Opini yang Benar – Pernah tidak, kalian menemukan sebuah opini dengan judul bombastis serta provokatif? Selain itu, pernah tidak, kalian menemukan opini yang ternyata setelah dibaca isi tulisannya tidak relevan dan data yang dipaparkan tak dapat dipertanggungjawabkan?
Fenomena seperti ini acapkali sering kita temui di sekitar kita, lo! Lalu, sikap seperti apa yang perlu kita ambil untuk mengantisipasi permasalahan tersebut? Dalam tulisan ini, penulis ingin menyampaikan trik sederhana agar tulisan opinimu tak dikira asal bunyi serta tak berbobot!
Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Pepatah tersebut tentu akrab di telinga kita. Bahkan, para motivator menggunakan pepatah itu untuk membakar semangat orang lain agar gemar menulis. Menulis adalah pekerjaan mulia, sebab itulah banyak orang yang berbondong-bondong untuk menulis apa yang ada di pikiran mereka.
Meski demikian, dalam menulis diperlukan kecakapan yang harus dikuasai. Terlebih menulis opini yang sering dimaknai sebagai pendapat pribadi. Hal tersebut rentan akan subjektivitas penulis serta ditakutkan dapat mengurangi citra tulisan yang sedang dibuat. Berikut tips dan trik menulis opini yang bisa kalian coba.
Tips & Trik Menulis Opini yang Benar
Mulailah Opini Kalian dengan Sebuah Pertanyaan
Idealnya sebuah opini yang baik berisi curahan isu atau keresahan yang ada di sekitar. Dari isu tersebut, kalian dituntut untuk menghadirkan solusi permasalahannya. Maka mulailah menulis opini dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan berfungsi sebagai pemantik awal atau kritik pembuka dari tulisan opini kalian nantinya.
Memulai dengan sebuah pertanyaan juga berfungsi untuk sarana introspeksi diri para pembaca opinimu. Karena isu yang kalian angkat akan cenderung lebih mudah tersampaikan kepada pembaca, dan pembaca ikut larut pada pertanyaan pembuka yang kalian angkat.
Kelebihan opening menggunakan sebuah pertanyaan lebih diunggulkan dibanding opening berisi uraian deskriptif atau definisi yang cenderung normatif dan membosankan. Hal ini akan menjadi boomerang bila pembaca merasa demikian. Selain itu, hal ini juga bisa mengakibatkan tujuan tulisan penulis tidak dapat tersampaikan kepada pembaca.
Riset, Riset, dan Riset: Rumus Penting!
Ingat, guys! Tidak ada rumusnya bila hendak membuat suatu karya tulisan tanpa melakukan riset atau mencari sumber data, terlebih menulis opini. Opini, meskipun pendapat pribadi, tetap membutuhkan riset. Sebab fungsi riset sebagai penguat atas opini yang kalian buat agar semakin tajam analisis tulisannya.
Baca juga: Membuat Karya Fiksi Memang Menggunakan Imajinasi, namun Bukan Berarti Tidak Membutuhkan Riset
Melakukan riset dapat memakai metode yang beragam, seperti halnya lewat literasi buku, angket penelitian, wawancara, dan lain sebagainya. Proses ambil data atau riset memang cenderung sedikit banyak merepotkan dan boros waktu. Namun, hal ini perlu dilakukan sebagai upaya strategi agar tulisan opini kalian memiliki nilai kualitas yang bagus.
Riset sebagai tolok ukur dari kualitas tulisan opini yang kalian buat, karena sejatinya riset adalah bentuk paparan data yang layak dipertanggungjawabkan kebenarannya. Riset memiliki nilai penunjang serta estetika penulisan yang memperkaya sudut pandang opinimu.
Satu Paragraf Satu Sumber Data
Pada umumnya, satu paragraf terdiri dari 4-5 kalimat sehingga membentuk porsi baca yang pas, tak terlalu banyak dan tak terlalu sedikit pula. Lalu, mengapa perlu ada minimal satu sumber data pada satu paragraf dalam tulisan opinimu? Simak alasannya!
Ibarat dalam satu paragraf terdapat tiga kalimat opini pribadi, maka setidaknya sisipkan dua kalimat untuk referensi atau sumber data. Trik seperti ini terus dilakukan pada setiap paragraf sehingga menjadi perpaduan yang cukup menarik untuk dibaca. Fungsi daripada sumber data tersebut yakni sebagai afirmasi akan fakta atas opini yang kalian buat.
Tentunya, bila dalam satu paragraf hanya berisi uraian opini saja, ketajaman analisis opini akan diragukan. Di samping itu, opini akan terlihat seperti uraian kosong yang tak berbobot. Maka, peran dari sumber data sangatlah diperlukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Jadi, mulailah meramu sumber data dalam setiap paragraf tulisan opini kalian ya.
Pilah Diksi dan Jangan Bertele-tele
Efektivitas dalam pemilihan kata atau diksi juga perlu dicermati, karena diksi memegang peranan penting dalam tulisan opini yang kalian buat. Tersampaikannya isi opini yang dibuat bergantung pada penyajian kata yang ditulis apakah dapat dipahami oleh para pembaca atau tidak? Akan menjadi riskan tentunya bila hal ini luput diperhatikan.
Terlalu bertele-tele dalam menulis opini juga bukan hal yang patut dilakukan, mubazir kata menjadi satu hal yang harus dihindari. Mulailah belajar menyusun kata yang ringkas, padat, dan jelas. Dalam penerapannya memang cenderung tidak mudah, tetapi dengan menggunakan trik baca ulang-koreksi secara berkala hal tersebut dapat dientaskan.
Sering kali dalam sebuah tulisan opini menjadi rancu akibat dari tidak jelasnya diksi yang dipilih, sehingga menjadi kebingungan tersendiri bagi para pembaca. Adapun trik yang perlu kalian ketahui adalah pemahaman terkait sinonim kata, serta rajin-rajin membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Opini yang Tajam, Bukan Menghina
Sepanjang isi tulisan ini penulis berulang kali menyebut kata tajam sebagai trik yang dapat kalian lakukan ketika membuat opini. Analisis tajam berarti sebuah gagasan atau uraian kata yang memaparkan pokok topik yang dibahas secara substansial.
Jika tulisan opini kalian bertujuan untuk memberi sebuah kritik atau membawa isu tertentu. Maka diperlukan diksi kritik yang tajam pula. Namun, definisi daripada opini berupa kritik yang tajam, tak semerta diartikan atau dimaksudkan untuk menghina. Terlebih bila menulis opini dengan nada kebencian dan terkesan menghina, tentu itu tidak dapat dibenarkan.
Sering kali jamak kita temukan adanya opini bernada SARA. Hal demikian sangat disayangkan, karena hal ini akan menurunkan kualitas daripada opini tersebut. Ketajaman tulisan tetap membutuhkan kebijaksanaan dalam mengambil sikap, berpikir, serta bertindak. Karena konsekuensi dari hal tersebut bisa berakibat pelaporan ke pihak berwajib.
Baca juga: Katanya Toleransi, Tapi kok Menuduh?
Yuk Pede dengan Karya Sendiri!
Mengapa perlu pede pada karya sendiri? Karena menulis opini bukanlah perkara mudah. Apresiasi pada diri sendiri diperlukan sebagai motivasi untuk lompat ke jenjang berikutnya. Memang sejatinya tak ada tulisan yang sempurna, kesalahan tentunya ada. Namun, tampil percaya diri dengan karya sendiri, mengapa tidak?
Menulis butuh proses panjang, dari situlah bentuk wahana belajar kita, kelak dengan sendirinya kemampuan tulis kita lambat laun pasti terasah. Karena tak jarang ditemukan banyak yang memilih stop menulis karena merasa kalah saing dan tak pede dengan karya sendiri. Oleh karena itu, sikap pede dan berani akan karya sendiri wajib digaungkan.
Itulah beberapa tips dan trik yang dapat penulis berikan agar tulisan opini kita tak asal bunyi atau asal tulis. Ketahuilah bahwa uraian ini penting agar kedepannya kita dapat ikut berperan menaikkan kualitas dari opini yang dibuat. Karena yang terpenting dari menulis opini adalah bagaimana kecakapan kita dalam meramu pendapat pribadi kita dengan fakta yang ada.
Semoga dunia literasi negara Indonesia semakin berintegritas dan berkualitas. Melahirkan penulis opini yang tajam dalam memberikan kritik yang tetap tidak bersinggungan dengan SARA.