Jangan Bodohi Rakyat dengan Makan Siang Gratis – Program makan siang gratis adalah program yang digaungkan oleh pasangan Prabowo Gibran saat debat Pilpres 2024. Untuk sementara waktu, keduanya dinobatkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih yang dimenangkan oleh KPU dan MK. Entah nanti keduanya akan dilantik atau tidak, yang jelas belakangan ini rakyat sudah teriak soal pendidikan yang naik hingga 500%, BBM naik, pajak naik, dan beberapa aturan yang sering meresahkan rakyat.
Oleh sebagian kalangan, program ini terkesan menggiurkan. Namun, sebagian yang lain menganggapnya sebagai program pembodohan dan pemiskinan. Dalam sebuah video, Prabowo mengatakan bahwa dengan program makan siang gratis, diharapkan anak-anak Indonesia akan mengalami peningkatan gizi. Dengan begitu, mereka memiliki otak yang cerdas dan bisa belajar dengan baik. Program ini juga untuk menurunkan angka stunting yang terjadi di Indonesia. Prabowo juga melihat program makan siang gratis yang diterapkan di China tampak berjalan dengan baik.
Tidak bisa dimungkiri bahwa tidak mungkin seorang siswa bisa belajar dengan baik jika perutnya kosong. Kenapa tidak sarapan bergizi? Di video lain, Prabowo berubah pikiran dan digantinya istilah makan bergizi. Tampak sekali dia tidak konsisten dengan perkataannya. Jangan-jangan, ini hanya janji manis saat kampanye saja atau lip service untuk menarik simpati rakyat. Saya tidak habis pikir, kenapa saat kampanye rakyat hanya diajak makan-makan dan joget gemoy. Dari situ saja sudah tercermin seolah-olah hidup ini hanya untuk makan dari sesuatu yang sudah siap untuk dikonsumsi.
Program Tidak Mencerdaskan
Rakyat tidak diajak berpikir bagaimana caranya mendapatkan makanan agar mereka bisa bertahan hidup. Lalu apa hakikat dan tujuan kita hidup di dunia? Apakah sekadar untuk makan-makan dan menikmati hidup? Program makan siang gratis, makan bergizi atau apalah namanya, terkesan sesuatu hal yang hanya untuk mengikuti kesenangan duniawi. Jika hal ini yang diimplementasikan, maka nilai hidup manusia tak ubahnya seperti apa yang keluar dari perutnya. Saya menganggapnya sebagai program yang tidak mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik.
Baca juga: Biografi Prabowo Subianto, Catatan Singkat Perjalanan Karier
Program makan siang gratis jika tidak untuk mendapatkan rida-Nya, itu hanya omon-omon saja. Sebagaimana yang disampaikan oleh pasangan Prabowo Gibran bahwa anggaran dana untuk makan siang gratis diperkirakan per tahunnya sekitar Rp400 triliun. Estimasi anggaran dananya melebihi dana pembangunan IKN (Ibu kota Negara) yang sudah direncanakan oleh pemerintahan Jokowi. Format program ini sepertinya belum ada kejelasan dan perencanaan yang matang. Untuk sementara ini, APBN belum ada pengalokasian anggaran makan siang gratis. Tersebab itulah, dalam rangka merealisasikan janji kampanye makan siang gratis, Prabowo hendak menggandeng Baznas (Badan Amil Zakat Nasional).
Saat wartawan bertanya pada Gibran mengenai program makan siang gratis, dia tampak kebingungan. Dia mengatakan bahwa nanti akan ada menteri urusan makan siang gratis. Wow, rupanya bakal ada penambahan menteri, nih. Sepanjang sejarah bangsa Indonesia, baru kali ini ada menteri urusan makan siang gratis. Dengan kata lain, ada seorang menteri yang hendak mengajak rakyatnya untuk menjalani hidup secara hedonis. Lalu, di mana letak kemuliaan bangsa dan negara? Inikah yang disebut dengan menyongsong Indonesia emas?
Sementara di bidang pendidikan tinggi, rakyat harus membayar dengan harga yang sangat mahal. Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, mengatakan bahwa pendidikan wajib hanya dua belas tahun. Selebihnya, jika anak-anak bangsa ingin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi, itu sifatnya kebutuhan tersier. Jadi, kebutuhan pendidikan tinggi hanya bisa diraih oleh mereka yang berduit.
Padahal, di luar negeri, banyak anak-anak orang miskin yang berprestasi dan memiliki daya saing tinggi. Mereka ini adalah aset dan investasi negara yang harus dijaga. Negara mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik untuk setiap warganya. Hal ini terlihat jelas dalam bunyi Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Akan tetapi, faktanya, dana APBN hanya diprioritaskan pada pembangunan fisik semata.
Berbagai pinjaman dari luar negeri selalu dimanfaatkan atau bahkan dihabiskan untuk sarana dan prasarana fisik saja. Program makan siang gratis termasuk pembangunan fisik manusia. Jika pembangunan fisik manusia tidak dibarengi dengan pendidikan yang memadai, maka itu sifatnya proses pembodohan manusia. Mahasiswa sudah mulai protes dengan naiknya biaya pendidikan. Sebagian dari mereka terpaksa drop out karena tidak mampu membayar UKT yang semakin melambung tinggi. Nadiem mengatakan bahwa kenaikan UKT hanya diperuntukkan mahasiswa baru.
Baca juga: Biografi Gibran Rakabuming Raka, dari Pengusaha hingga Politisi
Sulitnya Memperoleh Pendidikan Tinggi
Di tengah sulitnya perekonomian, rakyat malah semakin dipersulit dalam memperoleh pendidikan tinggi. Dampaknya banyak anak-anak yang tidak bersekolah dan tidak juga bekerja. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia. Kebanyakan mereka adalah Gen Z yang seharusnya berada di masa-masa produktif.
Ada berbagai alasan yang membuat anak muda masuk ke kelompok NEET, seperti putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga, dan lainnya. Pemerintah menilai masih tingginya pengangguran pemuda membuat daya saing pemuda mencapai posisi yang optimal. Salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) pemuda adalah rendahnya daya saing pemuda di pasar kerja.
Program makan siang gratis ini sudah diterapkan oleh tujuh puluh dua negara. Namun, perlu diingat bahwa negara-negara yang menerapkan makan siang gratis ini telah melalui tahapan pertama, yaitu pendidikan gratis. Jadi, anak-anak dan tiap individu berhak mendapatkan pelayanan pendidikan secara maksimal dan memadai. Karena hanya dengan ilmu dan pendidikan yang lebih baik, derajat seseorang menjadi terangkat, kesejahteraannya memadai, dan spiritualitas lebih terjaga.
Finlandia adalah negara pertama dengan program makan siang gratis untuk semua siswa. Selain makan siang gratis, pemerintah juga menyediakan pendidikan gratis yang berkualitas untuk warganya. Tidak berhenti di situ, pemerintah juga memberikan layanan kesehatan untuk semua rakyatnya. Sehingga negaranya menjadi negara yang maju dan sejahtera. Orang tua di sana tidak akan pusing mencarikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.
Makan Siang Gratis Harus Sejalan dengan Pendidikan Gratis
Tahapan makan siang gratis harus seiring dan sejalan dengan pendidikan gratis yang sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab negara. Sungguh, ironis jika pemerintahan pasangan Prabowo-Gibran mencanangkan program makan siang gratis, sementara untuk meraih pendidikan yang lebih baik harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Bukankah hal ini hanya akan menciptakan manusia-manusia hedone yang mencintai dunia, sementara otaknya kosong tidak berilmu?
Baca juga: Tawuran Pelajar hingga Bullying, Apa yang Salah dengan Pendidikan Kita?
Menurut saya, jika program makan siang gratis tidak dibarengi dengan pendidikan gratis, pemerintah hanya akan menciptakan manusia-manusia zombie yang tidak berpendidikan dengan baik. Arah tujuan kehidupan mereka menjadi tidak menentu. Generasi yang hanya dicekoki dengan makan siang gratis tanpa dibarengi dengan pendidikan yang memadai akan menjadi beban negara.
Mereka tidak mampu bekerja dengan baik, karena pendidikan mereka yang masih sangat rendah. Apakah pemerintah sengaja membuat proses pemiskinan dan pembodohan secara berantai? Bukankah hal ini akan menjadi problem sosial yang sangat rentan dan membahayakan kedaulatan negara?
Perlu diingat bahwa pendidikan adalah pilar kedaulatan negara. Warga negara yang terdidik lebih cenderung berpartisipasi dalam proses demokrasi, memahami hak dan kewajiban mereka, serta mendukung stabilitas politik dan keamanan nasional. Pendidikan juga penting untuk inovasi dan pengembangan teknologi, yang mendukung kedaulatan ekonomi dan keamanan.
Tanpa pendidikan yang memadai, negara menjadi tergantung pada tenaga kerja dan teknologi asing, yang dapat mengancam kedaulatan nasional dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mencapai kedaulatan dan pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan yang seimbang. Program makan siang gratis harus diiringi dengan upaya menyediakan pendidikan berkualitas bagi semua warga negara.
Dengan demikian, negara dapat memberdayakan warganya untuk mencapai kemandirian dan berkontribusi pada kemajuan nasional. Oleh karena itu, program makan siang gratis perlu dikaji ulang kembali. Jangan sampai program ini direalisasikan dan di sisi lain memberikan dampak buruk terhadap bangsa dan negara.