Degradasi Generasi: Apatisme Mahasiswa

Mahasiswa Apatis

“Mahasiswa kok apatis?” 

Penggalan kalimat di atas tidak jarang didengar di kalangan mahasiswa yang digunakan sebagai lelucon. Padahal penggalan kalimat itu sebenarnya adalah bentuk satire pada para mahasiswa di zaman ini yang memang terkesan apatis dengan keadaan sosialnya.

Sebelum lebih dalam, kita perlu mengulik terlebih dahulu tentang mahasiswa dan perannya dalam kehidupan sosial. Salah satu peran mahasiswa adalah menjadi social control.

Social control adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial, mengajak, dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Adanya kontrol sosial yang baik, diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau membangkang. 

Deskripsi tersebut setidaknya menyadarkan kita tentang pentingnya “social controller” atau pengontrol sosial di tengah-tengah masyarakat. Social controller tidak melulu harus berasal dari mahasiswa, namun seorang mahasiswa harus menjadi social controller. Alasan mengapa mahasiswa harus menjadi social controller karena mereka telah mendapat pendidikan dan pengalaman yang lebih daripada non-mahasiswa.

Berdasarkan apa yang saya alami, saya sangat merasakan kesenjangan mahasiswa dalam berperan sebagai social control antara mahasiswa zaman dulu dengan sekarang. Banyak orang yang berpendapat seperti itu, bahkan masyarakat non-mahasiswa pun sepakat dengan kesenjangan tersebut.

Tidak maksimalnya kinerja mahasiswa dalam melaksanakan fungsinya dalam ruang lingkup sosial mendasari munculnya kata “Mahasiswa Apatis”. Lantas menjadi penyakit yang menyelimuti mahasiswa zaman sekarang. Isitilah “Mahasiswa Apatis” menjadi bukti terdegradasinya generasi mahasiswa saat ini. Bahkan mayoritas dari mereka tidak peduli dengan istilah tersebut. 

Baca juga: Intrik-Intrik di Dunia Mahasiswa

Hal yang bisa menjadi penyebab utama mengapa mahasiswa saat ini menjadi sangat apatis terhadap lingkungan sosialnya yaitu akibat dari perkuliahan daring. Mahasiswa yang melakukan kuliah secara daring terbiasa berjalan dan bekerja sendiri tanpa bersosial dengan siapapun. Hal tersebut terus terjadi hingga melemahkan ciri khas mahasiswa yang sebenarnya yakni rasional, analisis, kritis, universal, idealis, akademis, dan sistematis dalam kehidupan sosial.

Namun, saya juga tidak menutup mata dan mengkambinghitamkan Covid-19 ataupun pembatasan sosial (kebijakan kuliah daring atau online) sebagai satu-satunya penyebab. Karena memang pada saat itu keputusan yang terbaik adalah melakukan pembatasan sosial guna mengurangi penyebaran wabah.

Baca juga: Fenomena Mahasiswa Data dan Aktivis Data yang Muncul Belakangan Ini

Menurut saya ada beberapa hal lain yang membuat terjadinya “Mahasiswa Apatis” semakin merjalela, yakni:

  • Mahasiswa sudah terlalu nyaman dengan hidupnya.
  • Mahasiswa merasa paling sibuk dengan tugasnya.
  • Terlalu sibuk menjilat birokrasi.
  • Terlalu sibuk berorganisasi yang isinya mahasiswa-mahasiswa yang sama.
  • Buta terhadap isu sosial.

Faktor-faktor tersebutlah yang saya yaikini membuat mahasiswa semakin apatis terhadap permasalahan sosial di sekitarnya. Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin mengutip sebuah narasi sebagai refleksi untuk teman-teman pembaca. Saya mengutip narasi yang dibuat oleh Najwa Shihab tentang “Mahasiswa Masa Kini”.

Mahasiswa masa kini
Menjadikan forum diskusi
Sebagai ajang pamer intelegensi
Menjatuhkan yang lain demi meninggikan gengsi

Hobinya mengkritisi
Tapi tak sanggup berkontribusi
Berlagak politisi
Tapi masih ciut di hadapan birokrasi
Banyak menjadi mahasiswa wifi
Yang diam dan bungkam dijejal koneksi

Belajar jujur dikata individualis
Tak memberi contekkan katanya tak etis
Open brain tanpa open internet dibilang tak realistis
Miris..

Mahasiswa terlalu terambung IPK
Huruf dan angka yang masih dianggap simbol bahwa ia bisa
Tak peduli hasil dari mana
Asal bisa mendapat A

Tak peduli rakyatnya lapar
Harga kebutuhan dikendalikan pasar
Teriakan mahasiswa tiada terdengar
Mereka di ruangan ber-AC “katanya” sedang belajar

Mahasiswa kekinian
Titip absen dianggap simbol setia kawan
Tak ada motivasi belajar membenahi tatanan
Kuliah asal cukup kehadiran
Masa bodoh rakyat menderita asal mereka duduk nyaman

Mahasiswa!
Agen perubahan katanya
Akbarkan sumpah mahasiswa beserta makna
Jangan hanya mengejar IPK
Rakyat tak butuh angka
Mereka perlu aksi nyata.

-Najwa Shihab

Editor: Firmansah Surya Khoir
Visual Designer: Al Afghani

Bagikan di:

Artikel dari Penulis