Dilema Punya Uang: Bingung atau Untung? – Ungkapan “uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang” tidaklah salah. Saya paham bahwa hidup tidaklah selamanya tentang uang, seperti bernafas, tertawa, berjalan dan sebagainya. Bayangkan saja jika hal-hal tersebut membutuhkan uang, pasti butuh uang triliunan untuk itu.
Sementara, hidup juga butuh uang. Seperti untuk makan, bensin, listrik, dan lain sebagainya. Tergantung orang yang menjalaninya. Jika makannya kelas elit, tentu banyak uang yang dikeluarkan. Begitu juga dengan yang lain.
Namun, saya pernah mengalami bingung ketika punya uang, mau diapakan uang itu? Beli inikah? Atau ditabungkah? Sampai-sampai uang itu habis dengan sendirinya karena kebingungan yang tidak kunjung reda. Setelah reda, baru saya sadar bahwa uang saya telah habis. Belum lagi gajian masih lama pula. Sehingga, tidak punya uang justru malah buntung. Dalam artian terpaksa ngutang pas lagi butuh sesuatu karena enggak ada uang.
Tentunya saya sadar ini menjadi sebuah masalah besar bagi saya karena harus gali lubang dengan utang dan menutupnya dengan gajian. Alhasil dari sini saya tidak bisa menikmati uang itu. Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi kebingungan tersebut?
Si Hemat vs Si Bodo Amat
Bagi orang yang menganggap uang itu sulit didapat dan mudah dihabiskan, pasti ia akan berhemat. Tentu ia paham betul pepatah “hemat pangkal kaya.” Tidak akan mudah bagi ia untuk mengeluarkan uang. Meskipun begitu, hemat bukanlah pelit. Karena ia tahu kapan ia harus mengeluarkan uang dan kapan harus menghematnya.
Saat makan di warung atau restoran, misalnya. Jika tidak benar-benar butuh dan kepepet, si hemat tidak akan mengeluarkan uangnya untuk itu. Berbeda halnya dengan si bodo amat. Ia memiliki prinsip yang berkebalikan dengan si hemat, yaitu “uang mudah didapat dan sulit dihabiskan.”
Mungkin hal ini tidak akan masalah bagi Rafathar karena sudah menjadi sultan sejak lahir. Namun, bagaimana dengan mereka yang untuk makan bulan hari ini saja masih kebingungan? Bagaimana jika uang yang didapat hanya cukup untuk kebutuhan makan saja? Bagaimana dengan biaya pendidikan, listrik, air, dan sebagainya? Bukankah itu membutuhkan perencanaan uang yang matang?
Bukan Soal Banyak Sedikitnya Jumlah Pendapatan Uang
Ketika mendapat banyak uang, ya alhamdulillah. Begitu juga ketika mendapat sedikit banyak uang juga harus bersyukur dan alhamdulillah. Karena belum tentu orang lain mampu mendapat uang.
Barangkali orang sekarang terlalu sibuk memikirkan jumlah pendapatan uangnya sampai bingung mau dibuat apa. Ujung-ujungnya toh uang itu akan habis juga. Jika demikian, bukan masalah sedikit banyaknya pendapatannya, tapi pola pikir tentang uang yang kurang.
Jadi bagaimana uang itu akan dipakai? Untuk apa saja? Mana yang harus diutamakan? Sehingga, sedikit banyaknya pendapatan itu dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dan tidak hilang tanpa bekas begitu saja.
Makna Uang
Uang hanyalah alat pertukaran yang sah untuk membeli barang. Sebanyak apapun uang tidaklah berharga jika seseorang tidak bisa mengelolanya. Tidak tergantung banyak sedikitnya jumlah uang itu.
Andai kata seseorang memiliki sedikit uang, mampu mengelola uang dengan baik, itu sudah lebih dari cukup untuk memberi makna bagi uang yang dimilikinya. Apalagi jumlah uangnya banyak dan dapat mengelolanya, maka lebih bermakna lagi uang yang dimilikinya.
Jadi, mengelola ini lebih kepada suasana batin, yaitu sifat seseorang yang memiliki uang. Bagaimana ungkapan dari Robert Kiyosaki, seorang investor dan penulis buku Rich dad, Poor Dad bahwa,
“Bukan berapa banyak uang yang kamu hasilkan, tetapi berapa banyak uang yang kamu simpan, seberapa keras itu bekerja untukmu, dan berapa banyak investasi yang kamu simpan”.Kembali lagi bahwa memang uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Lebih penting lagi, segalanya butuh pengelolaan. Pengelolaan menjadi kunci. Mari menjadi pengelola uang yang baik untuk generasi masa depan yang financial freedom, bukan generasi yang gali lubang tutup lubang. Semoga bermanfaat!
Editor: Widya Kartikasari
Visual Designer: Al Afghani