Dakwah Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri (Pangeran Wirokusumo) dan Penyebaran Islam di Kota Jambi – Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam penyebaran dan perkembangan Islam di berbagai wilayah, termasuk Jambi. Islam yang masuk dan berkembang di Jambi tidak serta merta hadir tanpa konteks sosial yang melatarbelakanginya. Ada proses panjang yang melibatkan para ulama. Salah satu tokoh penting dalam proses ini adalah Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri, yang juga dikenal sebagai Pangeran Wirokusumo.
Proses Islamisasi di Jambi
Berdasarkan catatan sejarah, masuknya Islam ke Jambi memiliki berbagai versi. Salah satu pendapat menyatakan bahwa Islam masuk ke Jambi seiring dengan perkembangan Islam di Palembang. Dalam kitab Aja’ib al-Hind (1000 M), kapten Buzurg bin Shahriyar melaporkan kedatangan saudagar Arab di Kerajaan Zabaj (Sabak) atau Sribuzah (Sriwijaya).
Sejarawan Azzumardi Azra mengungkapkan bahwa ada dua surat yang mencatat hubungan antara Jambi dan umat Muslim Arab: surat kepada Khalifah Muawiyah pada 661 M dan surat kepada Umar bin Abdul Aziz pada 1720 M (Lisseneini, 2022). Sementara itu, peneliti Belanda Elsbet Locher berpendapat bahwa islamisasi di Jambi dilakukan oleh orang Turki pada abad ke-15 M, meskipun bukti sejarah yang diajukan hanya berupa folklore atau cerita rakyat yang berkembang hingga saat ini.
Baca juga: Habib Hasyim bin Musyayakh bin Yahya, Ulama yang Mengislamkan Raja Kutai Kertanegara
Salah satu tokoh penting dalam proses islamisasi di Jambi adalah Ahmad Barus atau Datuk Paduko Berhalo, yang diyakini sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Menurut sejarah lokal, Ahmad Barus menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak, penguasa Jambi. Namanya kemudian diganti menjadi Ahmad Salim.
Pernikahan antara Ahmad Barus dengan putri Selaras Pinang Masak dianugerasi tiga orang putera dan satu puteri. Puterinya bernama Orang Kayo Gemuk, sedangkan ketiga puteranya bernama Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Pedataran, dan Orang Kayo Hitam. Ketika Orang Kayo Hitam memimpin Kerajaan Jambi sejak tahun 1500 M, proses islamisasi semakin berkembang (Aliyas, 2013).
Peran Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri (Pangeran Wirokusumo)
Sejatinya, Islam menjadi berkembang dan meluas ketika Islam menjadi agama resmi kerajaan Jambi. Naskah Ngabihi Shuto Dilogo mencatat bahwa Orang Kayo Hitam, putra Datuk Paduko Berhalo, memeluk Islam dan menjalankan ajaran-ajaran pokok seperti syahadat, salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji. Berikut isi naskah tersebut:
“Awal islam di Jambi Orang Kayo Hitam bin Datuk Paduko Berhalo yang memeluk Islam. Kepado hijrat Nabi Saw 700 tahun kepado tahun alif sapta syamsyiah dan kepado sehari bulam Muharram, hari kamis, dalam zaat zuhur, maso itu awal islam pada Jambi mengucap duo kalimat syahadat, sembahyang limo, puasa sebulanaka, dan naik haji” (Lisseneini, 2022).
Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri memainkan peran penting dalam memperkuat Islam di Jambi. Beliau lahir di Jambi dan menikah dengan perempuan pribumi yang bernama Ratumas Intan, putri dari Sultan Taha Saifuddin. Dokumen Belanda mencatat bahwa Sayyid Idrus berusia lebih dari 40 tahun pada tahun 1879, sehingga diperkirakan ia lahir sebelum tahun 1839.
Baca juga: Karomah Cahaya Habib Muhammad Alaydrus, Sang “Habib Neon”
(Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri. Sumber Foto: Facebook.com)
Keluarga Sayyid Idrus Al-Jufri telah aktif dalam perpolitikan di Jambi sejak 1812. Mereka berperan sebagai mediator antara penguasa lokal dengan Belanda. Sayyid Idrus Al-Jufri sendiri memiliki tiga orang istri, salah satunya adalah putri Sultan Nazaruddin, sultan di Kesultanan Jambi yang menggantikan Sultan Thaha Syarifudin pada pertengahan abad ke-19. Dari pernikahan ini, ia dianugrahi gelar Pangeran Wirokusumo dari Sultan Nazarudin dan diangkat sebagai “pepatih dalam” di Kesultanan Jambi.
Sebagai “pepatih dalam”, Sayyid Idrus telah turut mewarnai proses islamisasi di Jambi. Salah satunya menjadikan rumahnya, atau Rumah Batu Olak Kemang, sebagai basis penyebaran Islam. Rumah ini juga berfungsi sebagai:
1). Tempat musyawarah Sayyid Idrus, Sultan Nazarudin, dan Sultan Thaha Syaifuddin.
2). Tempat berkumpulnya ulama-ulama untuk membahas strategi pengembangan Islam di Jambi.
3). Lembaga pendidikan ajaran agama Islam.
Dari Rumah Batu inilah cikal bakal pondok pesantren dan madrasah di Jambi mulai berkembang (Siregar, 2024).
(Rumah Batu Olak Kemang. Sumber Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Warisan Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri
Selain Rumah Batu Olak Kemang, peninggalan lain Sayyid Idrus Al-Jufri adalah Masjid Al-Ikhsaniyah yang terletak di Kecamatan Danau Teluk, Desa Olak Kemang, Provinsi Jambi. Di masjid inilah jenazah Sayyid Idrus dikebumikan. Beliau turut mendirikan Pondok Pesantren As-ad dan tiga madrasah, yakni Madrasah Nurul Iman, Madrasah Sa’adatul Daarain, dan Madrasah Al-Chairiyah. Pengelolaan madrasah ini kemudian diteruskan oleh putrinya, Syarifah Hazra Al-Jufri, yang menikah dengan Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Mussawa.
Perjalanan dakwah Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri menunjukkan bahwa proses islamisasi di Jambi tidak hanya berlangsung melalui jalur kekuasaan, tetapi juga melalui pendidikan, musyawarah, dan kolaborasi dengan ulama setempat. Dengan berbagai peninggalannya, peran Sayyid Idrus dalam menyebarkan Islam di Jambi tetap dikenang hingga kini.
Referensi:
Lisseneini, N. Y. (2022). Proses Islamisasi Pada Masa Kerajaan Melayu Jambi. Kronik FKIP Universitas Jambi.
Aliyas. (2013). Meninjau Kembali Sejarah Masuknya Islam di Jambi. Media Akademika IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Siregar, I. (2024). Islamisasi di Jambi Oleh Pangeran Wirokusumo. Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Universitas Jambi.