Cara Islam Memandang Konsep Childfree dalam Kehidupan Rumah Tangga – Belakangan ini topik tentang childfree kembali menjadi perhatian masyarakat. Hal itu disebabkan oleh salah satu orang berpengaruh di media sosial khususnya Instagram yang memutuskan untuk childfree pada hubungan dengan pasangannya. Childfree sendiri adalah istilah dari sebuah keputusan yang diambil seseorang untuk menunda lebih lama atau tidak punya anak pada hubungan pernikahan mereka.
Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini? Sebelum lebih jauh membahas tentang ini, ada salah satu kalimat yang mungkin bisa menjadi reungan untuk kita semua, kalimatnya seperti ini “Kita tidak akan ada di dunia, saat orang tua kita memutuskan childfree”. Mungkin kalimat tersebut bisa sedikit menjadi pertimbangan untuk mereka yang memutuskan childfree tanpa adanya alasan yang kuat dan logis.
Tetapi jika berbicara masalah hak asasi manusia untuk memilih atau menentukan hidupnya, memang benar, semua orang berhak untuk memutuskan punya ataupun tidak punya anak dalam hubungan pernikahan mereka. Karena hidup adalah pilihan. Bahkan, jikapun ada orang yang memilih untuk beriman atau tidak beriman pada Allah Swt dan Rasul-Nya, siapapun tidak bisa memaksakan mereka untuk beriman, karena tidak ada paksaan dalam agama Islam. Seperti tertera pada Q.S. Al-Baqarah ayat 256 yang berarti “Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam).”
Juga sebagai muslim yang beriman, tentu saja kita berusaha untuk menjalankan syariat Islam yang Allah perintahkan pada hamba-Nya. Karena Allah Swt berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya agama yang diridhai dan diterima di sisi Allah hanyalah Islam.” (Q.S. Ali Imran:19).
Harus kita ketahui bahwa Allah Swt, telah mengatur bagaimana cara manusia hidup dengan kebahagiaan yang hakiki. Konsep childfree ini sedikit tidak sesuai dengan konsep kebahagiaan yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya. Karena apa? Seseorang yang memutuskan untuk childfree yang memang benar-benar tidak ingin memiliki keturunan tanpa alasan yang kuat dan logis akan kehilangan beberapa poin-poin kebahagiaan yang Allah berikan. Berikut poin-poinnya:
Pertama, mempunyai anak adalah salah satu fitrah manusia.
Salah satu kebahagiaan yang diharapkan oleh pasangan adalah mempunyai keturunan, betapa banyak orang di luar sana yang berusaha jungkir balik agar mereka bisa memiliki seorang anak. Mereka bahkan rela mengorbankan banyak harta, waktu bahkan semua aset yang mereka miliki untuk berobat supaya memiliki seorang anak.
Anak-anak adalah kebahagiaan dan permata hati bagi mereka yang masih berada dalam fitrah. Allah Swt berfirman, yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran:14)
Bahkan ada Nabi yang belum dikaruniai anak hingga umur mereka tua. Seperti Nabi Ibrahim dan Zakaria ‘alaihissalam, tentu mereka sedih sampai akhirnya mereka memohon dan berdoa kepada Allah agar mereka dikaruniai seorang anak dan Allah Swt mengabulkannya.
Kedua, anak adalah harapan kita ketika sudah tua.
Bisa jadi, saat kita tua nanti kita memiliki penyakit, misal stroke atau apapun itu (semoga Allah senantiasa menjaga kita semua), tentu dalam keadaan seperti ini anak-anak adalah orang yang paling ikhlas dalam merawat kita. Terlebih jika anak tersebut adalah anak yang sholeh lagi berbakti kepada orang tuanya. Karena Rasulullah saw bersabda: ”Ridho Allah bergantung kepada orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua.” (H.R. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Ketiga, anak adalah amal jariyah yang paling berharga untuk kedua orang tuanya.
Ketika kita meninggal nanti, anaklah yang akan mendoakan kita, asal kita bisa mendidiknya dengan baik. Anak-anaklah yang akan senantiasa ingat dan selalu mendoakan agar kita selamat dari siksa kubur saat banyak orang sudah melupakan kita.
Bahkan, saat di akhirat kelak orang tua bisa terkejut karena dia mendapatkan kedudukan tinggi. Sehingga bertanya-tanya hal apakah yang membuatnya bisa menjadi seperti itu dan ternyata karena doa-doa dari anak-anaknya.
Dari Abu Hurairah radliallahu’anhu berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan kepadanya.” (H.R. Muslim).Tetapi, kembali lagi bahwa hidup adalah pilihan. Bisa jadi mereka yang memutuskan untuk childfree memang mempunyai alasan yang logis, entah untuk kesehatannya atau ingin merawat anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya. Yang harus kita tahu, bahwa kita tidak boleh menghakimi mereka yang memilih childfree hanya karena kita mempunyai pendapat sendiri. Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam bisshowwab.