Perbedaan Penggunaan Tanda Hubung dan Tanda Pisah

tanda hubung tanda pisah

Perbedaan Penggunaan Tanda Hubung dan Tanda Pisah – Dalam bahasa Indonesia, tanda baca memiliki peran penting dalam menyampaikan makna yang jelas dan tepat. Dua tanda baca yang sering kali membingungkan adalah tanda hubung (-) dan tanda pisah (—). Meskipun bentuknya mirip, kedua tanda ini memiliki fungsi yang berbeda.

Pada dasarnya, tanda hubung dan tanda pisah termasuk dalam tanda baca pembatas, bersama dengan garis miring. Selain memiliki fungsi berbeda, penulisan ketiga tanda baca tersebut tidak disertai spasi sebelum dan sesudahnya.

Tanda baca pemisah (Sumber: ivanlanin.medium.com)

Tanda Hubung (-)

Penggunaan tanda hubung digunakan untuk menyambungkan dua bagian kata atau lebih agar tidak terjadi kesalahan dalam pemaknaan. Berikut beberapa fungsi utamanya:

1. Menyambung Suku Kata yang Terpisah oleh Pergantian Baris

Jika sebuah kata terpaksa dipisah karena pergantian baris, tanda hubung digunakan di akhir baris pertama.

Contoh:

Di samping cara lama, diterapkan juga ca-

ra baru.

Baca juga: Perbedaan Penggunaan Titik Dua (:) dan Titik Koma (;)

2. Menyambung Unsur Kata Ulang

Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur dalam kata ulang.

Contoh:

anak-anak

berulang-ulang

3. Menyambung Angka dalam Rentang Tertentu

Tanda hubung digunakan untuk menyambung dua bilangan yang berarti “sampai dengan”.

Contoh:

Periode 2010-2020 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Ujian akan dilaksanakan pada 5-10 Mei 2024.

4. Menyambung Huruf dalam Kata yang Dieja Satu per Satu

Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf-huruf dalam kata yang dieja. Selain itu, tanda baca pembatas ini juga digunakan untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:

p-a-n-i-t-i-a

20-05-2025

5. Menyambung Unsur Bahasa Indonesia dengan Unsur Bahasa Asing atau Daerah

Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing atau daerah.

Contoh:

di-sowan-i

di-smash

mem-back up

6. Menandai Imbuhan atau Bentuk Terikat yang Menjadi Objek Bahasan

Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk terikat yang sedang dibahas.

Contoh:

Imbuhan pe- pada pekerja bermakna ‘orang yang’ atau ‘pelaku’.

Bentuk terikat pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.

7. Memperjelas Hubungan Bagian Kata atau Ungkapan

Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan agar tidak menimbulkan ambiguitas. Ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam penulisan dan pembacaan suatu kata atau frasa.

Contoh dalam membandingkan dua hal:

  1. ber-evolusi dan be-revolusi
  2. dua-puluh-lima ribuan (25x 1.000) dan dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
  3. 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
  4. 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)

Contoh dalam merangkai kata.

  1. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (contoh: se-Sidoarjo, se-Indonesia)
  2. ke- dengan angka (contoh: peringkat ke-3)
  3. Angka dengan -an (contoh: tahun 1980-an)
  4. Kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (contoh: hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan)
  5. Kata dengan kata ganti Tuhan (contoh: ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu)
  6. Huruf dengan angka (D-3, S-1, S-2, S-3)
  7. Kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (contoh: KTP-mu, SIM-mu, STNK-ku).

Baca juga: Perbedaan Adalah, Ialah, Merupakan, Yaitu, dan Yakni

Tanda Pisah (—)

Penggunaan tanda pisah memiliki fungsi yang berbeda dari tanda hubung. Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan atau pemisahan dalam kalimat. Berikut adalah beberapa fungsi utama tanda pisah:

1. Mengapit Keterangan atau Penjelasan yang Bukan Bagian Utama Kalimat

Tanda pisah digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Contoh:

  • Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Menegaskan Adanya Keterangan Aposisi atau keterangan yang lain

Tanda pisah digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi, yaitu keterangan yang menjelaskan atau memberikan informasi tambahan tentang kata sebelumnya.

Contoh:

  • Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—juga berperan besar dalam merumuskan dasar negara.
  • Semua makanan ini—Rendang, Asam Padeh, Sala Lauak—adalah makan khas Minangkabau.

3. Menunjukkan Rentang atau Hubungan antara Dua Hal

Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tempat, atau waktu yang berarti ‘sampai dengan’.

Contoh:

  • Jakarta—Bandung adalah jalur yang sering dilewati wisatawan.
  • Dia berkuliah di Universitas Surabaya pada tahun 2015—2019.
  • Pendaftaran ajang pencarian bakat itu dibuka tanggal 15 Februari—15 Maret 2025.

Bentuk Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Kebanyakan orang menganggap tanda hubung dan tanda pisah sama saja. Ini karena bentuk keduanya yang hampir mirip. Namun, jika kita lihat lebih teliti, panjang keduanya berbeda. Coba perhatikan gambar di bawah ini untuk membandingkan keduanya.

Ini tanda hubung atau dalam Bahasa Inggris disebut hyphen yang bisa kalian cek di papan tombol ponsel kalian.

Ini adalah tanda pisah yang disebut en dash dalam Bahasa Inggris. Tanda pisah ini biasanya tidak digunakan dalam format Bahasa Indonesia.

Tanda pisah ini disebut em dash dalam Bahasa Inggris. Inilah tanda pisah yang digunakan dalam format penulisan Bahasa Indonesia.

Baca juga: Perbedaan Penggunaan Preposisi “di”, “ke”, “pada”, dan “kepada”

Selain dianggap sama, beberapa orang juga tidak mengenal tanda pisah dan menggunakan tanda hubung saat mestinya menggunakan tanda pisah. Salah satu penyebabnya karena di beberapa gawai atau perangkat komputer hanya menyediakan tanda hubung. Jika demikan, dua tanda hubung yang dirangkai tanpa spasi (–) dapat digunakan sebagai lambang tanda pisah. Beberapa aplikasi pengolah kata,seperi Microsoft Word, juga menyediakan fitur insert symbol (sisipkan simbol) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat tanda pisah.

Perbedaan en dash dan em dash
(sumber: IG @fauzanalrasyid)

Lalu Bagaimana dengan Garis Miring sebagai Tanda Baca Pembatas?

Penggunaan tanda garis miring memiliki dua fungsi utama dalam kaidah bahasa Indonesia.

1. Membatasi unsur nomor (surat/alamat) atau tahun takwim

Tanda garis miring digunakan untuk memisahkan elemen dalam nomor surat, alamat, atau tahun dalam sistem kalender.

Contoh:

No. 123/PKS/2024

Jalan Diponegoro No. 15/B

Tahun ajaran 2023/2024

2. Mengganti kata “dan”, “atau”, atau “per”

Tanda garis miring juga berfungsi sebagai pengganti kata sambung untuk menunjukkan pilihan atau hubungan dalam konteks tertentu.

Contoh:

Harap membawa fotokopi KTP/SIM (KTP atau SIM)

Tarif angkutan Rp5.000/km (Rp5.000 per kilometer)

Penutup

Penggunaan tanda hubung dan tanda pisah harus disesuaikan dengan konteks dan aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Yang perlu diingat, tidak ada spasi sebelum ataupun sesudah tanda hubung atau tanda pisah. Tanda hubung (-) berfungsi untuk menyambungkan unsur kata, tanda pisah (—) digunakan untuk memberikan penekanan atau memisahkan informasi tambahan. Sebagai tambahan, garis miring (/) berperan sebagai pemisah dalam nomor atau sebagai pengganti kata tertentu. Dengan memahami perbedaan dan fungsi masing-masing tanda baca ini, kita dapat menulis dengan lebih jelas, terstruktur, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.

Bagikan di:

Artikel dari Penulis