Kata Ulang: Jenis dan Aturan Penulisannya – Kata-kata seperti “anak-anak”, “jalan-jalan”, atau “bolak-balik” adalah contoh dari kata ulang atau reduplikasi, salah satu elemen unik dalam Bahasa Indonesia yang sering kita gunakan tanpa pikir panjang. Kata ulang mungkin terlihat sederhana, tetapi memiliki peran memperkaya bahasa dan menambah nuansa pada setiap kalimat. Misalnya, pernahkah kalian memperhatikan bagaimana kata seperti anak-anak memberi kesan jamak atau bolak-balik menyiratkan tindakan berulang.
Mulai dari percakapan santai, tulisan formal, hingga takarir Instagram, kata ulang selalu hadir untuk memperkuat makna, menciptakan ritme, atau sekadar membuat kalimat terdengar lebih akrab. Tapi, apakah kamu tahu bahwa ada berbagai jenis kata ulang atau aturan penulisan kata ulang? Nah, artikel ini akan mengupas tuntas tentang jenis-jenis kata ulang, cara penggunaannya, dan tips menuliskannya dengan benar. Mari lanjut baca~
Apa itu Kata Ulang?
Kata ulang, atau reduplikasi, adalah salah satu bentuk kata dalam bahasa Indonesia di mana suatu kata diulang seluruhnya atau sebagian untuk menghasilkan makna tertentu. Proses ini dapat memengaruhi bentuk dan makna kata, baik untuk menekankan, menggandakan, atau memberikan makna khusus.
Jenis-Jenis Kata Ulang
Ada beberapa jenis kata ulang yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia, di antaranya:
1. Kata Ulang Utuh (Dwilingga)
Kata ulang utuh terbentuk dengan mengulang seluruh kata dasar tanpa perubahan apa pun. Jenis ini sering digunakan untuk menunjukkan jumlah yang lebih banyak (pluralitas), intensitas, atau penegasan.
Contoh:
rumah-rumah
buku-buku
pohon-pohon
2. Kata Ulang Sebagian (Dwipurwa)
Kata ulang sebagian terbentuk dengan mengulang sebagian dari kata dasar, biasanya suku kata awal. Proses ini sering kali diiringi dengan perubahan bunyi pada suku kata yang diulang, seperti pelemahan vokal dari a menjadi e.
Contoh:
lelaki (dari laki),
bebatuan (daribatu),
pepatah (dari patah).
Kata ini sering digunakan dalam bentuk tetap sebagai kata kerja atau kata benda, misalnya,
“Dia adalah seorang lelaki yang tangguh”.
3. Kata Ulang Berimbuhan
Kata dasar diulang dengan penambahan imbuhan, baik di awal, tengah, maupun akhir kata. Jenis ini menghasilkan makna yang berbeda, misalnya menyatakan tindakan berulang atau melibatkan banyak pihak.
Contoh:
berlari-lari,
tumbuh-tumbuhan,
menari-nari.
Kata ini banyak digunakan untuk menyatakan kegiatan berulang atau sesuatu yang bersifat kolektif, seperti
“Kami berjalan beriring-iringan menuju aula”.
4. Kata Ulang Berubah Bunyi (Dwilingga Salin Suara)
Pada jenis ini, kata dasar diulang dengan perubahan bunyi pada salah satu elemennya. Perubahan bunyi ini biasanya memberikan efek musikalitas atau suasana tertentu dalam kalimat.
Contoh:
mondar-mandir,
bolak-balik,
sayur-mayur.
Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang berulang tetapi tetap memiliki variasi dalam bentuk atau arah, seperti
“Dia terus mondar-mandir di depan pintu”.
5. Kata Ulang Semu
Jenis ini tidak benar-benar terbentuk melalui proses pengulangan, tetapi secara morfologi menyerupai kata ulang. Kata-kata ini sudah menjadi bentuk tetap dalam bahasa dan tidak memiliki kata dasar yang dapat dipecah.
Contoh:
kupu-kupu,
lumba-lumba,
ubur-ubur.
Kata ini biasanya digunakan sebagai nama benda atau makhluk hidup, seperti
“Kupu-kupu berwarna-warni terbang di taman”
6. Kata Ulang Trilingga
Kata ulang ini melibatkan pengulangan sebanyak tiga kali, biasanya digunakan untuk meniru bunyi atau menggambarkan suasana tertentu.
Contoh:
dag-dig-dug,
cas-cis-cus,
ngak-ngik-ngok.
Kata ini banyak ditemukan dalam bahasa informal untuk meniru bunyi tertentu atau memberikan efek emosional, seperti
“Hatiku dag-dig-dug saat menunggu pengumuman”.
Aturan Penulisan Kata Ulang
Kapitalisasi pada Kata Ulang
Pada judul atau nama diri, tiap unsur kata ulang utuh—termasuk kata ulang semu—diawali huruf kapital. Pada kata ulang jenis lain, hanya unsur pertama yang diawali huruf kapital.
Contoh:
Terkenal di Sekolah Gara-Gara Tugas Membuat Video Klip
9 Ide Hadiah Kenang-kenangan untuk Dosen Pembimbing
Tips!
Pada judul atau nama diri, jika kedua unsur kata ulang itu sama, setiap kata diawali huruf kapital.
Jika kedua unsur kata berbeda, hanya yang pertama yang diawali huruf kapital.
Ketika dipakai pada awal kalimat (bukan judul atau nama diri), semua kata ulang hanya dikapitalkan unsur pertamanya.
Contoh:
Anak-anak bermain di taman sejak pagi.
Sayur-mayur di pasar itu segar.
Baca juga: Begini Penulisan Huruf Kapital yang Benar
Penulisan Tanda Hubung (-)
Tanda hubung (-) digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang, baik kata ulang dasar maupun kata ulang berimbuhan. Hal ini bertujuan untuk memisahkan dua unsur yang diulang, sehingga kata tetap mudah dibaca dan tidak menimbulkan kebingungan.
Selain itu, kata ulang ditulis menggunakan tanda hubung tanpa diberikan spasi sebelum dan sesudah tanda hubung.
Contoh:
✔ Petugas mendatangi rumah-rumah warga.
❌ Petugas mendatangi rumah – rumah warga.
❌ Petugas mendatangi rumah rumah warga.
Penulisan kata ulang harus konsisten dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD V). Penggunaan huruf besar, tanda baca, dan spasi harus diperhatikan sesuai konteks penulisan.
Pemahaman terhadap jenis-jenis kata ulang ini sangat penting dalam penulisan dan percakapan formal maupun informal. Setiap jenis memiliki fungsi spesifik yang membantu memperjelas maksud dan meningkatkan estetika bahasa. Begitu juga aturan penulisannya. Dengan mengikuti aturan ini, kalian dapat menulis kata ulang dengan benar dan sesuai kaidah bahasa Indonesia. Pemahaman aturan ini penting, terutama dalam dokumen formal seperti artikel, laporan, atau karya ilmiah.