Biografi Vasily Zaitsev, Penembak Jitu dan Pahlawan Uni Soviet – Perang Dunia II banyak melahirkan nama-nama yang dianggap cukup berjasa dalam jalannya pertempuran. Tidak sedikit pula tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan ataupun orang yang berjasa dalam berbagai peperangan semasa Perang Dunia ke-2. Salah satu orang yang dianugerahi gelar sebagai pahlawan dari Uni Soviet, atau kini Rusia, adalah Vasily Zaitsev yang merupakan seorang penembak jitu (sniper) ulung pada masa Perang Dunia II.
Biografi Vasily Zaitsev
Masa Kecil dan Kehidupan Pribadi
Vasily Grigoryevich Zaitsev lahir pada 25 Maret 1915 di Yereninskoye, Orenburg Governorate, Kekaisaran Rusia. Vasily lahir di dalam keluarga seorang petani yang hidup dan menetap di pegunungan Ural, Rusia. Semasa kecilnya, ia juga kerap kali membantu kedua orang tuanya untuk bertani dan dia mendapatkan pengajaran menembak dari kakeknya. Dia mulai belajar menembak sejak belia dan sukses memburu binatang pertamanya pada saat usia 12 tahun.
Semasa kecil hingga remaja, Vasily banyak menghabiskan waktu pendidikannya seperti anak-anak di Rusia pada umumnya. Pada tahun 1930, dia tercatat lulus sekolah tinggi konstruksi di Magnitogorsk. Dia mendapatkan gelar sebagai ahli pertukangan dan juga sempat mengenyam pendidikan akuntansi dasar. Akan tetapi, dia hanya beberapa tahun menggeluti dunia sipil sebelum memutuskan untuk masuk militer di tahun 1937.
Karir Dunia Kemiliteran dan Menjadi Sniper Terkenal di Uni Soviet
Vasily masuk dunia kemiliteran Uni Soviet pada tahun 1937. Dia juga melayani sebagai petugas di divisi artileri. Setelah lulus, dia kemudian dipindahkan ke departemen keuangan di armada pasifik Uni Soviet. Dia bertugas di angkatan laut Uni Soviet di Vladivostok saat pihak Nazi Jerman mulai menginvasi negaranya. Bersama rekan-rekannya, dia kemudian mencalonkan diri untuk ikut bertempur di garis depan dan diangkat sebagai seorang perwira tingkat rendah.
Vasily Zaitsev kemudian dipindahkan masuk ke Angkatan darat Uni Soviet di tahun 1942 dan masuk ke 284th “Tomsk” Rifle Division. Karena kemampuan menembaknya yang cukup baik, dia dipercaya sebagai seorang penembak jitu saat pertempuran Stalingrad terjadi pada tahun 1942. Bahkan, kemampuan menembak jitunya kerap kali merepotkan tentara Nazi Jerman saat pertempuran kota Stalingrad dari tahun 1942 hingga tahun 1943.
Vasily Zaitsev kemudian menjadi ikon penembak jitu Uni Soviet kala itu. Kepiawaiannya saat menjadi penembak jitu membuat banyak tentara ingin masuk ke divisi penembak jitu di Uni Soviet. Hal ini juga ditindaklanjuti oleh divisi Propaganda Red Army militer Uni Soviet yang menyebarkan bahwa siapapun seorang sniper yang sukses menjatuhkan 40 orang musuh akan dihadiahi gelar “Noble Sniper”.
Sepanjang karirnya sebagai seorang penembak jitu, dia sukses merobohkan 400 orang musuh yang terkonfirmasi. Jumlah ini kemungkinan lebih banyak apabila digabung dengan korban yang tidak terkonfirmasi. Dia juga sempat melatih beberapa calon penembak jitu mudah yang akan bertempur di garis depan saat Perang Dunia II. Pada tahun 1943, dia sempat harus mendapatkan perawatan setelah matanya terluka akibat terkena peluru mortir. Di tahun yang sama dia juga dianugerahi dengan gelar Order of Lenin atas jasanya kepada Uni Soviet saat pertempuran Stalingrad. Semasa melayani militer, dia juga terkenal sebagai salah satu anggota partai politik Bolshevik di Uni Soviet.
Memasuki Masa Pensiun dan Akhir Hayat Vasily Zaitsev
Saat Perang Dunia II usai, dia kemudian diangkat menjadi seorang kapten dan memutuskan untuk menetap di Kiev yang kini menjadi wilayah Ukraina. Vasily Zaitsev kemudian menempuh pendidikan di sekolah tinggi industri tekstil di kota tersebut dan mendapatkan gelar insinyur. Dia lalu diangkat menjadi direktur di sebuah pabrik tekstil.
Vasily Zaitsev menghabiskan masa tuanya di kota tersebut hingga dia menemui ajalnya pada 15 Desember 1991. Dia meninggal tepat 11 hari sebelum pembubaran Uni Soviet dan dimakamkan di kota Kiev, Ukraina. Pada tahun 2006, makamnya kemudian dipindahkan sebagai bentuk penghormatan terhadap dirinya. Dia dimakamkan kembali secara militer di Mamayev Kurgan, Volgograd, Rusia yang dahulunya bernama Stalingrad.
Editor: Widya Kartikasari